Honeymoon
Warning!
Konten ini mengandung sedikit banyak adegan 18+
Kebijakan pembaca di perlukan
Underage, please go Away
-
-
-
Sebelum pengucapan Janji Suci, Bright terlebih dahulu menemui Joss di hutan, tepat di samping mereka akan mengucapkan Ikrar dan Janji sehidup sematinya.
"Joss-"
"Bright-"
"Ah, kau dulu, Joss."
"Baiklah. Bright, sebagai orang yang dipilih oleh Win untuk mendampingi seumur hidupnya, aku mohon kepadamu. Tolong jaga dia, Cintai dia, dan Sayangi dia. Jika sekiranya nanti kau bosan dengannya, kau sudah tidak mencintainya. Bawa padaku, aku dengan sukarela menerimanya. Aku, Joss Way-Ar dengan sangat, memohon kepadamu Bright Jongcheveevat."
Joss mengutarakan niat dirinya. Dia masih mencintai Win. Perasanaannya masih sama, tidak ada yang berubah. Dirinya masih tetap Joss yang menginginkan Metawin. Tapi apa boleh buat. Semua keputusan ada di tangan Win dan Win memilih Bright sebagai pasangan Hidupnya.
"Joss, bisakah kau ikhlaskan Win untukku? Bisakah kau realakan Win hidup dalam damai bersamaku? Aku berjanji akan mencintainya sepanjang hayatku, akan mengasihinya, menyayanginya, dan selalu akan seperti itu. Aku tidak bisa menurutimu jika harus membawa Win kepadamu jika aku Bosan. Itu tidak akan menjadi kali kedua kebodohanku meninggalkan Win. Tapi aku berjanji padamu. Kau boleh menemui Win kapanpun Win mau dan kapanpun aku Ingin menemuinya. Tidak bisakah kita berteman, Joss? Sama sama menjaga Win dari incaran Volturi?"
'Bodoh, Bright Bodoh. Bagaimana bisa kau meminta Joss untuk berteman denganmu sedangkan dia juga mencintai Win.'
Bright bermonolog.
"Jika itu maumu, Aku bisa saja menerima permintaanmu. Tapi ingat, ini semua demi Win dan hanya karena Win." Jawab Joss
"Sudahlah, kembalilah ke Altar. Keluargamu sudah menunggumu. Aku akan menyaksikan dari sini." Sambung Joss.
"Terimakasih, Joss. Aku pergi."
SetElah berucap demikian, Bright berlalu meninggalkan Joss sendirian.
Kembali dengan kesunyian, di bawah pohon Tua yang Rindang. Disinilah Joss. Menerima dengan segala sakit yang menghantam telak dadanya. Menyaksikan orang terkasinya menikah dengan Musuhnya.
Menangis? Tentu saja. Tapi itu bukan tangis haru dan bahagia. Melainkan tangis menyedihkan seorang Joss Way-Ar.
Tangisan pilu yang menyuarakan Isi hatinya.
'Win, tidak bisakah kau melihatku? Tidak bisakah kau mencintaiku barang sedetik saja. Bohong jika aku mengikhlaskanmu dengan Bright. Tapi aku juga tidak boleh egois. Aku menyayangimu, Win. Berbahagialah. Aku selalu disini. Menjagamu dari kejauhan. Dan melihat senyum bahagiamu dari Jarak yang kau sendiri tidak akan menyadari kehadiranku.'
$$$$$$$$$$$$
Setelah pengucapan Janji Suci. Bright dan Win langsung di usir halus oleh Gulf dan juga Tull.
"Beri kami Cucu, Segera!" Teriak Tull di sela langkah Win dan Bright menuju mobil.
"Mommy menunggu kabar bahagia dari kalian, Nak."
Gulf meneriaki kedua Anaknya yang tengah bersiap menjalankan mobilnya.
Hanya lambaian tangan sebagai balasan dari ucapan Gulf dan Tull.
"Fyuuhhh, dasar nenek lampir. Bisa tidak sehari saja biarkan aku tenang tanpa terikannya." Keluh Win setelah mobil berlalu meninggalkan pekarangan Rumah orang Tua Bright.
"Hahaha. Maklumi saja, sayang. Mereka kan sudah tua."
"Kau juga sudah Tua, jika kau lupa."
"Aishh, jangan ingatkan aku. Tua begini kau mencintaiku. Iyakan, sayang?"
Ucapan Bright total membuat muka Win memerah. Win menunduk guna menetralkan detak jantungnya juga pipinya yang terasa panas.
"Hei, Sayang. Kenapa kau diam?"
"Bisakah kau diam, Bright. BERHENTI MEMANGGILKU SAYANG. ITU TIDAK AMAN UNTUK JANTUNGKU. RASANYA SEPERTI AKAN KELUAR DARI DADA. JADI DIAMLAH!"
"Auuh, Sayangku malu rupanya. Kau harus terbiasa, Win. Aku akan sering memanggilmu sayang Mulai sekarang."
&&&&&&&&&&&&&&
Win dan Bright memilih pulau Voregou sebagai tempat bulan madunya.
Semilir angin pantai dan cahaya temaram sore menjadi teman Bright dan Win yang tengah menikmati waffel dan Sampagne di teras penginapan mereka yang langsung berhadapan dengan pantai.
"Sayang..." panggil Bright dengan Nada Huskynya.
"Yaa..." Win menjawab teramat pelan. Hampir terdengar sepeerti mencicit.
Matanya masih berfokus memotong waffel di atas meja di hadapannya.
Jika di tanya apakah Win malu. Jawabanya adalah iya.
Bagaimana tidak, di teras penginapan yang sunyi, di temani bias cahaya lembayung senja yang menawan. Dirinya kini di hadapkan dengan Prianya. Laki laki yang berhasil membuatnya gila dan bahagia secara bersamaan.
Prianya tengah meperhatikan setiap gerak geriknya.
Hanya satu potong waffel yang berhasil di kunyah dan di cerna oleh lidah Win, karena gugupnya.
Dan masih terlihat utuh waffel di hadapan Suaminya.
"Apakah kau malu?"
"Bajingan, pergi saja kau bajingan. Sudah tahu aku malu, malah di tanya."
Win hanya menunduk semakin dalam. Perutnya terasa sangat geli, seperti banyak kupu-kupu di dalamnya.
"Hahahaha, lihat pipimu sayang. Kau malu."
Bright semakin menggoda Win yang audah kalang kabut oleh salah tingkahnya.
"Bisakah kau diam, Suamiku?"
Bright diam. Dia tertegun beberapa saat.
"Apa sayang? Kau memanggilku apa?"
"S-suamiku." Cicit Win.
"Uuu lucunyaa. Lagi, aku ingin mendengarnya lagi."
"Suamiku."
"Lagi, lagi."
"Ish. Suamiku, suamiku, suamiku, suamikuuuu."
Win berteriak di akhir katanya.
Mereka bercengkrama, barcerita bagaimana mengenaskannya Win ketika di tinggalkan oleh Bright tanpa Kepastian dan Bright yang seperti Vampir kekurangan darah ketika jauh dari Win.
Tak terasa matahari semakin tenggelam menuju peristirahatannya.
Mengharuskan Win dan Bright memasuki penginapannya dan mulai membersihkan diri.
"Sayang, mari kita masuk. Angin malam tidak baik Untuk suami Tersayangku."
Win menurut, mengiringi Bright dengan berjalan di sisinya menuju kedalam penginapan.
"Bright, kau mandilah dulu. Aku akaj menyiapkan beberapa baju ganti dan Cream perawatan kulit."
Bright mengangguk dan berlalu meninggalkan Win yang tengah membongkar isi Kopernya.
Malampun menyapa. Kini mereka tengah berkutat dengan kegiatan masing masing di dalam penginapan.
Win tengah asik di depan meja rias. Dia habis mandi, ngomong-ngomong.
Dan Bright, terlihat memperhatikan Win dari atas ranjang. Dia hanya mengenakan bokser sebagai penutup bagian selatannya.
Ketika Win menyuruhnya menggunakan baju, Bright dengan santainya hanya menjawab
"Nanti juga akan di buka lagi."
Telak membuat pipi Win merona.
Tidak bisakah Suami Vampirnya ini tidak menggodanya dan melontarkan kata kata yang begity Vulgar? Batinnya.
Win memilih abai dan kembali fokus kepada beberapa Cream perawatan wajah di hadapannya.
Bright hanya Memperhatikan gerak gerik Win dari cermin besar di hadapannya. Bright tengah menikmanti gerakan-gerakan Win yang tengah mengoleskan beberapa Produk kecantikan di wajahnya.
Dan fokusnya buyar ketika Win mengoleskan pelembab pada Bibirnya.
Secara tiba-tiba Bright menghampiri Win dan menahan tangan Win yang tengah mengoleskan pelembab.
"Sayaang...?" Tanya Win. Sudah sepersekian detik sejak Bright menahan tangannya dan hanya diam memperhatikan Bibirnya.
Ahh Win tau. Suaminya ini tengah Needy.
"Ahhh, sepertinya aku melihat sesuatu yang besar dan menonjol, tetapi itu bukan bukit, ataupun apa." Win melepaskan tangannya dari Cekalan Bright dan menggeser tangannya menuju hal yang dia maksud.
Bright kaget dan cukup terkejut dengan aksi Win.
"Biarkan aku menjadi nakal untuk malam ini, dan hanya untukmu."
Bright masih diam. Dia belum bisa mencerna apa yang baru saja Win katakan dan Win lakukan terhadap sesuatu miliknya yang sudah menjadi mainan kesukaan Win sepertinya.
Terlihat bagaimana Win menatap dengan penuh binar Gundukan di hadapannya. Dan sesekali mengelusnya dengan lembut.
Lengguhan halus lolos begitu saja ketika tangan Win semakin gencar memainkan "Mainan" baru yang menjadi candunya.
"Sayang, berhenti." Perintah Bright yang matanya sudah penuh oleh kabut nafsu dan berubah menggelap.
Bukanya Berhenti, Win malah semakin semangat dan dengan lihainya menurunkan kain Fabrik yang di kenakan Bright.
Posisinya sekarang cukup memudahkan dan menguntungkan Win. Dimana Bright berdiri, tangan kirinya berpegangan kuat pada senderan kursi yang tengah di duduki Win.
Sedari tadi matanya tidak lepas dari punggung suami mungilnya yang tengah mengurut Miliknya naik turun.
Terbukti seberapa besar miliknya hingga Win menggubakan kedua tangannya untuk bisa mencakup miliknya.
"Hnnggg. Sekarang biarkan aku yang akan memanjakanmu, Sayang."
Bright menyerang Win dan mengangkat tubuhnya ke atas ranjang.
Win yang tidak kalah Needy nya hanya pasrah ketika badan mungilnya di kukung oleh badan Dingin suaminya yang anehnya terlihat Panas malam ini.
Badan Win yang lebih kecil dari Bright terlihat hilang ketika Bright mengukungnya dan mulai menjelajahi tubuhnya dengan sapuan sapuan lembut lidah milik Bright.
"A-ahh. Sudah cukup. Berhenti, aku sudah tidak kuat."
"Sudah tidak kuat, hm?" Bright menyeringai di sela kuluman pada nipple milik Win.
"Bagaimana jika kita bermain sampai terbit Fajar, Baby?"
Dan Win sepertinya menyesali keputuannya menggoda Bright malam ini. Dan besok, Win yakin, dirinya hanya akan Merebahkan diri di Kasur sepanjang hari.
@@@@@@@@@
Mereka menghabiskan malam panas di kamar tepi pantai.
Entah seganas apa Bright di atas ranjang. Yang jelas sekarang kamar mereka sudah tidak pantas di sebut kamar.
Tiang penyangga tirai sudah patah. Entah gaya apa yang mereka gunakan hingga ranjang pun sudah patah bagian tengahnya.
Dan kita tunggu, kebahagian apa dan kesediahan apa yang menanti mereka di depan sana.
_
_
_
TBC
Holaaa holaa. Jin apdet segini dulu, yaa.
Ingatkan Jin jika Jin lupa Apdet. Hehehe
Semoga apdetan ini bisa mengobati kerinduan kalian.
Maaf Jin gabisa bikin part 21++ yang panas panas.
Jangan lupa Vote dan Komennya sayang. I lav yuu:*
Jin Tomangie_
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top