Dinner and Brithday

Sesuai janji Bright, dia kini menjemput Win di rumahnya.

Bright tampak lebih menawan dengan stelan formalnya. Bright mengenakan kemeja berwarna Hitam, dengan lengan di gulung sebatas siku dan dua kancing atasnya di biarkan terbuka. Sedangkan celananya, Bright menggunakan warna senada. Dan mengenakan sepatu pantofel flat.

Bright tengah menunggu seseorang membukakan pintu untuknya.

"Selamat malam, Pak inspektur."

"Ah, kau Bright? Panggil aku Dad saja, nak. Mari masuk, Win masih bersiap."

"Baiklah, Dad."

Max membawa Bright duduk di kursi ruang tamu.

"Bagaimana kabar Dokter Mew?"

"Ah, Daddy baik, Dad." Jawab Bright

Sebenarnya dia juga gugup, takut dan juga gemetar, bagaimana jika Max tidak memberi izin Win pergi bersamanya lain kali, dan ini menjadi pertemuan terakhirnya dengan Bright.

"Kau tampan, Bright. Sama seperti ayahmu. Tidak salah jika Win jatuh Cinta padamu." Max berbicara sambil menyesap kopinya.

"Ah benarkah itu, Dad?" Tanya Bright canggung.

"Iya benar, bahkan Dad belum pernah melihat Win sebahagaia ini setelah perceraian Dad dan Mommynya Win."

Lanjut Max yang kini tengah menyesap batang Nikotinnya.

"Apakah kau tahu Bright, malam ini juga malam ulang tahun Win." Tanya Max.

"Ah, benarkah itu? Suatu kehormatan bisa mengajak Win makan malam di malam ulang tahunnya, Dad."

Tak lama muncul Win yang sudah turun dari kamarnya.

"Dad, kau ada acara malam ini?" Tanya Win mendekati Ayahnya Sambil menggulung lengan kemejanya

"Ah, tidak ada. Sepertinya Dad akan kerumah Kapten Gun sebentar, lalu kembali kerumah. Dan mungkin Dad hanya akan menonton siaran sepak bola sepanjang malam."

"Uuu, aku kasihan kepadamu, Dad. Cobalah cari pasangan disini, semoga saja kau menamukan yang lebih baik disini." Sahut Win.

"Ah, sudah. Sebaiknya kalian berangkat. Tidak baik membiarkan orang tua menunggu." Final Max, sebenarnya untuk menghindari Win mencecarnya untuk mencari pasangan. Max hanya ingin hidup bahagia dengan Win. Baginya Win mau tinggal bersamanya, itu sudah lebih dari cukup.

Bright sedari tadi diam, lebih tepatnya mengagumi Win. Win terlihat manis, bahkan sangat manis dengan balutan kemeja berwarna peach yang sengaja dua kancing atasnya di biarkan terbuka dan celana Bahan berwarna putih, serta sepatu sketc. Sedikit formal, namun santai.

"Kami berangkat, Dad." Bright pamit kepada Max, dan di angguki sebagai jawaban.

---------

"Sejak kapan kau memanggil Daddyku dengan sebutan Dad?" Tanya Win. Mereka tengah di perjalanan menuju rumah Bright.

"Sejak tadi, Daddymu yang menyuruhnya. Mungkin dia tahu, kalau aku akan menjadi menantunya."

Bright menjawab dengan santai, bahkan kelewat santai. Ekspresinya tetap datar dan dingin seperti biasa.

Win hanya ber Oh ria.

Selanjutnya, Win di buat takjub dengan pemandangan di sepanjang jalan menunu rumah Bright.

Sebenarnya Win gugup, mengingat perkataan Tay bahwa tidak ada yang tahu dimana Rumah Bright.

Kini mereka tengah memasuki kawasan hutan pinus, di sepanjang jalan berdiri dengan rapih pohon pinus yang sangat tinggi menjulang. Mungkin sudah sekitar 100 tahun pohon pinus itu di biarkan hidup. Dilihat dari lumut dan tanaman liar yang menepel dan tumbuh dengan subur di batang kokohnya.

"Aku belum pernah melewati jalan ini sebelumnya."

Win berkata sambil terus melihat pemandangan dari dalam mobil.

"Karena kau tidak pernah pergi sebelumnya." Timpal Bright.

"Kau berhutang untuk membawaku jalan-jalan setelah ini Bright."

"Dengan senang hati, Win."

--------

"Kita sudah sampai , Win dan Bright turun dari mobil. Bright berjalan terlebih dahulu dan mengajak Win masuk.

"Lewat sini."

Bright menuntun Win menuju lantai Dua.

"Mom, Dad. Aku datang."

Bright berteriak setalah memasuki ruang santai di lantai dua yang langsung terhubung dengan ruang makan. Ah sebenarnya ada dua ruang makan di rumah ini. Satu di lantai satu langsung dengan dapur. Dan yang di atas di gunakan hanya ada acara formal hanya untuk keluarga Mew.

Tapi percuma saja, mau sebarapa banyak ruang makan di rumah ini, Mew dan keluarganya tidak pernah makan makanan manusia pada umumnya.

Dia lebih suka memakan langsung di tempatnya.

"Tumben kau masuk lewat pintu, biasanya kau akan melompat lewat jendela."


Jawab Gulf, sambil meletakan Salad di meja.

Malam ini, Gulf dan Mew memakai baju Couple, kemeja berwarna maroon dengan aksen Gold di kerah kemeja dan bagian kancingnya, serta mengenakan celana bahan berwarna hitam. Lain dengan Saint yang memilih mengenakan kemeja berwarna Dark Brown. Sama sama mengenakan sepatu pantofel falt sebagai pelengkap.

Disitu juga sudah ada Mike, Toptap, dan Ohm.

"Kuharap Kau seterusnya masuk lewat pintu, Bright." Timpal Mew.

"Ah, dimana 'calon menantu'ku?" Tanya Gulf.

"S-selamat malam, nyonya Kanawut dan tuan Mew. Aku Metawin, Win Metawin." Sapa Win agak sedikit gugup.

Gulf tersenyum melihat pria manis yang muncul dari belakang punggung putranya.

'Benar, seperti perkiraanku.'

"Ah tidak usah terlalu formal begitu, Win. Panggil Mom dan Dad."

"Sepertinya kita pernah bertemu, Win." Imbuh Mew

"Iya Tu-Dad. Aku pernah ikut Daddyku melihat mayat di distrik barat. Dan kita bertemu di ruang mayat (?)"

"Ah iya, kau putra Inspektur Maxim bukan?" Tanya Mew. Sebenaranya dengan mudah Mew dapat mengenali Win. Karena aroma dia dan ayahnya hambir sama. Win mengangguk sebagai jawaban.

"Sudah, mari kita duduk. Win kau duduk di sebelah Bright."

Tanpa banyak kata Win menurut.

"Maafkan aku jika masakanku tidak sesuai seleramu, Win. Karena aku tidak tahu apa yang kamu suka."

"Tidak, Mom. Ini lebih dari cukup. Dan aku menyukai semuanya." Balas Win.

-------------

Win kini tengah berada di kamar Bright. Dia pamit setelah selesai makan malam. Dan Bright mengajaknya ke kamar. Bukan apa apa, hanya saja Win ingin melihat kamar Bright.

Dan setelah selesai melihat kamar Bright, Win pamit ke kamar mandi.

Kesempatan ini di gunakan Bright untuk memberitahu keluarganya.

Bright memberi tahu bahwa malam ini juga malam ulang tahun Win.

Dia ingin memberikan kejutan untuk Win. Secepat kilat, Saint dan Ohm pergi. Dan tak lama mereka kembali membawa kue tart black forest.

Bright memberikan kode kepada semua yang ada di ruangan itu untuk sembunyi. Bright juga mematikan lampu di ruangan itu.

"Bright, kau dimana?"

Win keluar dari kamar Bright sambil meraba sekitar. Tak lama Win dapat merasakan bahwa dirinya memegang tangan seseorang.

"Bright, kau kah itu?"

Win keluar dari kamar Bright dengan mencoba menyesuaikan ruangan yang tiba tiba gelap.

"Apakah kau belum membayar listrik, Bright. Kenapa gelap sekali."

Imbuh Win setengah berteriak.

"Aku disini, Win." Bright terkekeh seraya menimpali ucapan Win. Bright mendudukan Win di kursi dekat perapian. Dan dengan sengaja Bright meletakan telapak tangan dinginya di mata Win.

"Bright, apa yang kau lakukan?"

Saat Win hedak protes lebih lanjut, Bright membuka tangan yang menutupi mata Win.

Di depan Win, sudah ada Toptap dengan kue blacj forestnya.

Disitu juga ada tulisan

'Happy bithday Win'

Win menatap Bright.

"Kau tahu dari mana kalo aku berulang tahun malam ini?"

"Aku tahu dari Dad saat menunggumu bersiap."

Win terharu, dia bangkit dari duduknya dan memeluk Bright.

Sayangnya ketika Win bangkit, tanganya tidak sengaja menyenggol Vas bunga di meja dekat perapian.

"Ahhh, maafkan aku. Aku akan membersihkannya."

"Tidak, biar aku saja." Bright mencegah Win, karena dia tahu, jika Win terluka. Saint tidak akan bisa menahan dirinya.

Win, tetaplah Win yang keras kepala.

Dia mengambil puing vas tadi dan mengenai jarinya.

"Aww." Win menarik tanganya dan melihat seberapa besar lukanya.

Di sisi lain, Mew dengan sekuat tenaga memegangi tangan Saint untuk tetap tenang.

Dan satu tetes darah milih Win berhasil menyentuh lantai.

Detik itu juga Saint melepas tanganya Dari Mew dan menerjang Win.

Dengan sigap, Bright menghalau Serangan dadakan dari Saint.

Saint terpental beberapa meter kebelakang, bahkan dia menghantam lemari bufet dengan keras.

"BRIGHT, BAWA PERGI WIN, SEGERA." Perintah Mew saat melihat mata saint sudah sepenuhnya berwarna hitam dan otot-otot di tangannya semakin menonjol, kukunya juga sudah siap mengoyak mangsa di depannya.

Dengan cepat Mew menerjang Saint. Tidak peduli jida dirinya harus bertarung dengan anaknya sendiri.

Bright pun tak kalah cepat, dengan sigap dia menggendong Win dan terjun dari jendela lantai dua.

Bagi Mew, Nyawa Win lebih penting. Dan belum saatnya Takdir menjemput Win.






-

-

-

Tbc.


Ayooo, takdir apa wkwkwkwk.

Jangan lupa vote dan komennya.

JinTomang_

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top