Back

_____




Bright, yang mendengar Win telah mengakhiri hidupnya. Dengan sengaja dia mendatangi Volturi. Vampir yang bisa membunuh Bright. Bright putus asa. Bagaimana dia bisa hidup jika Win saja memilih mengakhiri hidupnya. Dan bagaimana dia bisa menjemput takdirnya jika Win saja sudah tiada.

Satu satunya jalan adalah dengan Bright menyerahakan diri dan memancing amarah Volturi, biarlah dia mati, daripada dia hidup tanpa Win. Memang Bright hanyalah raga yang hidup, jiwanya kosong. Tapi setelah bertemu dengan Win. Dia merasa bahwa dia menemukan kembali jiwanya.

--------------

"Bright, kau tak apa?" Tanya Win. Sekarang mereka berada di rumah Win. Lebih tepatnya di kamar Win

"Aku tak apa, Win."

Dengan penuh perhatian, Win membersihkan badan Bright, membantu ngompres bekas lukanya. Bukan berarti Bright sudah tidak beregenerasi dengan cepat. Melainkan Bright sudah kehilangan "nyawa" sejak dia memutuskan meninggalkan Win.

Perlahan, airmata yang sudah di tahan mengalir dengan sendirinya. Entah perasaan apa yang Win rasakan.

Haru, karena kembalinya Bright kepadanya. Atau sedih karena melihat kondisi Bright yang tak jauh berbeda dengannya.

Yang jelas airmata yang luruh adalah airmata kebahagiaan dan kesedihan yang berbaur menjadi satu.

"Istirahatlah." Titah Win sambil membenarkan letak selimutnya.

"Aku tahu kau tidak akan tidur. Setidaknya nyamankan posisi tubuhmu. Aku tidak akan kemana-mana." Timpal Win.

Bright menurut, meskipun matanya sama sekali tidak terpejam.

Dia menikmati Wajah damai Orang yang selama ini di Rindunya, orang yang selama ini memenuhi hati dan pikirannya, dan orang yang selama ini sudah dia tinggalkan. Yang tanpa sengaja dia sakiti, dengan begitu kejamnya pula Bright membiarkan Win menikmati rasa sakitnya sendiri tanpa dirinya.

Katakanlah Bright bajingan yang di untung, sekarang. Bagaimana tidak, dengan lapang dadanya Win merawatnya, bahkan menjaganya sampai benar-benar pulih.

Seharusnya tendang saja Bright dari ranjangmu, Win. Kau pukul saja wajah tampannya yang begitu menawan, buat dia merasakan sakit yang selama ini kau tahan.

"Win..."

"Hmm?"

"Apakah kau baik-baik saja selama aku pergi?"

Entah Bright memang bodoh apa bagaimana. Tidak ada orang yang baik-baik saja ketika di tinggal pergi tanpa alasan yang jelas. Tanpa kepastian kapan dirinya akan kembali. Sepertinya otak Bright tertinggal di penthouse milik Drake ketika di benturkan ke tembok.

"Aku baik, hanya saja disini, disini yang tidak baik." Timpal Win. Sambil memeganggi dada sebelah kirinya. Airmatanya pun masih setia meluruh meskipun sudah coba Win tahan.

"Salahkah aku jika hati ini selalu merindukanmu? salahkah aku jika otak ini selalu di penuhi olehmu? Dan salahkah aku jika mata ini selalu menangis hanya karena memikirkanmu?" Tanya Win, tak terasa Win sengan lancar mengutarakan apa yang selama ini dia pendam, apa yang selama ini ingin dia ucapakan, dan apa yang selama ini menyakiti hatinya.

"Jika memang salah, akan aku sudahi penderitaan yang kubuat untuk diriku sendiri. Tidah seharusnya bukan aku menangisimu yang baik-baik saja tanpaku? Dan sekarang pun kau sudah kembali."

Bohong jika Win berkata bahwa Bright baik-baik saja. Bahkan kondisinya tidak jauh dengannya yang terlihat lebih kurus, matanya sayu, tidak memancarkan ketenangan seperti pertama dia berjumpa denganya.

Apakah Bright juga sama dengannya, tidak pergi berburu dan tidak memenuhi insting dahaganya?

Katakanlah Win egois sekarang. Tapi dia hanya ingin Bright tau apa yang selama ini dia tahan, dia hanya ingin Bright mengerti bagaimana keadaannya selama ini.

"Aku minta maaf, Win..." gumam Bright lirih namun masih jelas terdengar di telinga Win.

"Kau tidak salah, Bright. Memang seharusnya aku yang tidak jatuh Cinta kepadamu." Jawab Win sambil menyeka arimatanya.

"Tidakah kau mau mendengarkan alasanku dulu?"

Bright berkata sambil membenarkan posisi menyender kepada kepala ranjang.


Walapun sebenarnya kepalanya masih berdenyut nyeri, tapi dia harus segera menyelesaikan dan menjeleaskan alasan dia pergi meninggalkan Win

"Apa yang perlu ku dengarkan? Sebuah pembelaan dan pembenaran? Atau sebuah kebohongan untuk menyelamatkan dirimu sendiri?"

"Terserah kau mau menyebutnya apa, aku hanya ingin kau tahu kebenarannya, Win."

Win diam, dan mengehela nafas.

"Ceritakan, jangan ada pembelaan disini."

Final Win yang kini membenarkan posisi duduknya.

"Aku tidak akan bertele-tele. Kau ingat, saat ulang tahunmu ke 18 ? Aku mengingat dengan jelas, saat tanganmu tergores Vas bunga yang tak sengaja kau jatuhkan. Dan saat itu Saint menerjangmu bukan? Sebenarnya ada alasan Saint menerjangmu, dia tahu bahwa di luar ada Zee, kau pasti ingat bukan saat keluargaku mengajakmu bermain kasti, sebelum aku membawamu ke rumah? Ya, Saint tahu bahwa diluar Zee sedang mengincarmu, terlebih saat kau denga keras kepalanya ingin membersihkan pacahan Vas yang tidak sengaja terjatuh dan tanganmu terluka karenanya. Disaat itulah Zee sudah bersiap menyerangmu, dengan kode dari Saint itulah aku tahu bahwa Zee sudah bersiap."

Bright menjeda penjelasannya.

"Dan setelah kepulanganmu, Daddy berkata kepadaku demi keselamatanmu aku harus pindah, aku menurut, karena aku pikir Zee tidak akan mengganggumu lagi. Tapi bukan kabar itu yang aku dengar, melainkan dia memintamu dari Joss dan bertarung dengan keluargaku."

Win masih setia mendengarkan. Dan sesekali menghela nafas.

"Dan saat itu aku pikir kau benar-benar meninggalkanku dari dunia ini karena kebiasaanmu yang menerjunkan diri itu, aku pikir setelah kau pingsan selama 4 hari kau akan meninggalkanku. Aku putus asa, Win. Maka dari itu aku mendatangi Drake dan teman-temannya, hanya dia yang bisa membunuhku. Aku berpikir, untuk apa aku hidup dan memiliki usia yang kekal sekalipun jika aku tanpamu."

Bright menagis kali ini.

"Maafkan aku yang sama sekali tidak memberitahmu, bahkan perpisahan kita tahun lalu di katakan perpisaan yang tidak layak. Aku meninggalkanmu dikala kau masih ingin melihatku. Aku pengecut, Win. Aku pecundang. Aku terlalu takut kehilanganmu saat itu. Maafkan aku."

Katakanlah Bright cengeng, dia tidak pernah menangis selama ini, bahkan saat Mew mengubah dirinya menjadi Vampir. Ini lebih menyakitkan daripada saat dia hampir mati karena gigitan Zee.

Dalam diam Win berpikir sekaligus tidak menyangka, bahwa kegiatanya selama setahun ini akan sampai ke telinga Bright.

"Mungkin aku tidak pantas mendapatkan maaf darimu, Win. Seelah perpisahan kita, bahkan satu tahun berlalu. Meskipun aku masih mendatangimu setiap malam. Aku sakit Win, sakit saat melihatmu meneteskan airmatamu dalam lelapmu." Bright menjeda kata-katanya.

"Entah karena terlalu lelap sampai kau tak sadar menangis oleh mimpimu, atau memang kau pura-pura terlelap sambil menangisiku. Setiap malam aku melihatu tidur sengan Joss, sakit Win. Aku tau, aku mungkin egois, dan aku terlalu gengsi untuk menyapamu. Tapi sebenarnya aku terlalu takut, takut Kau dalam bahaya. Takut kau tidak mau melihatku lagi, aku terlalu takut, Win." Bright melirih di akhir kalimatnya.

Win menangis, dia beringsut mendekati Bright, memeluk tubuh yang sudah lama dia rindukan. Memeluk tubuh yang meninggalkannya, memeluk tubuh dingin yang menengangkan.

Brightpun tak kalah erat memeluk Win, dia telah kembali. Memeluk Win-nya, memeluk belahan jiwanya.

Dan mereka terlarut dalam tangisan haru, saling menemukan. Dan saling kembali.










Hay hayyy, Jin apdet tengah malem. Huhuuuu maapkan, harusnya apdet kemarin tapi sinyalnya burik. Maapkan Jin ya..

Hayoloo, ada kejutan apa lagi ini hahahhaaa. Sambil dengerin lagu Don't you remember punya Adele pas banget ini wkwkwkk.

Dah ya sayang, segini dulu. Taun depan lagi.

Bay bay.

JinTomang_

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top