Oleh: eldelin
-not edited-
Author POV
Pagi itu seluruh murid Flower Junior High School sudah berkumpul di lapangan upacara. Di sana terdapat perwakilan dari Star Senior High School yang ikut berbaris di barisan para guru. Setelah upacara pagi ini, kelas tiga tidak di perbolehkan untuk kembali ke dalam kelas, karena sebuah pengumuman yang akan disampaikan oleh kepala sekolah. Seluruh murid sudah merasa senang dengan kehadiran perwakilan Star Senior High School. Setelah semua murid tenag, kepala sekolah menaiki mimbar dan menyampaikan bahwa hari ini akan di adakan jalur seleksi untuk dapat masuk Star Senior High School. Satu persatu dari mereka semua akan dipanggil untuk mengikuti seleksi pada ruangan khusus yang disediakan oleh sekolah untuk seleksi, dan hasil seleksi akan langsung diberitahukan kepada mereka setelah mereka selesai melakukan seleksi yang diadakan.
Aban POV
Sekarang sudah saatnya untuk aku memasuki ruangan seleksi tersebut. Aku dilanda kegugupan seperti yang lain, untuk mengatasi hal tersebut aku mengatur pernapasanku sebelum aku memasuki ruangan tersebut. Baru setelahnya aku mengetuk pintu untuk memasuki ruangan, dan saat di persilahkan masuk akupun membuka pintu.
“Silahkan duduk,” ujar lelaki berwajah oriental itu saat aku memasuki ruangan. “Sekarang, perkenalkan dirimu dan segala sesuatu yang kamu miliki yang mebuat kamu merasa berbeda dari orang lain, khususnya teman-teman sebayamu. Ingat, jangan ada yang kamu sembunyikan,”
“Nama saya Aban Yudistia. Saya lahir dikeluarga yang biasa saja, tidak ada hal aneh ataupun unik serta spesial dalam keluarga saya. Saya merasa berbeda dengan yang lain saat saya berbicara dengan mereka, karena kebanyakn dari mereka tidak mengerti apa yang saya maksud. Saat saya mengutarakan ide-ide saya mereka selalu tidak paham dan mengatakan apa yang saya maksud tidak akan dapat terjadi. Lalu saya pernah mengalami kejadian aneh saat sedang menatap lilin yang menyala. Saya menginginkan api lilin tersebut untuk padam, dan kemudian apinya padam tanpa saya harus meniupnya. Saya rasa hanya itu yang dapat saya sampaikan,”
Lelaki berwajah oriental itu berdiskusi dengan temannya yang jangkung. Setelah berdiskusi selama beberapa saat, mereka memberitahu bahwa aku lulus dan dapat bersekolah di Star Senior High School. Kata mereka murid seperti aku yang mereka cari, memiliki kemampuan dan kepintaran yang tidak sama dengan orang lain atau dapat dikatakan bahwa aku ini istimewa.
***
Author POV
Sudah beberapa tahun terlewati, kini Aban sudah melewati dua tahun bersekolah di Star Snior High School. Ia memilii dua orang sahabat yang bernama Angelo dan Acalia. Mereka berkenalan saat hari pertama dalam kegiatan pengenalan sekolah dan pendekatan bersama tean dan kakak tingkat. Aban baru sadar, ternyata semua yang bersekolah di sana adalah anak-anak yang istimewa seperti dia, tapi dengan kemampuan yang berbeda-beda tentu saja. Seperti Acalia yang dapat membaca pikiran orang lain dan mudah mengerti berbagai bahasa tanpa perlu repot untuk mempelajarinya. Sedangkan Angelo ia dapat memindahkan barang tanpa menyentuhnya dan ia memiliki kecepatan di atas rata-rata.
Tahun ini merupakan tahun-tahun terakhir mereka bersekolah di Star Senior High School. Tahun depan mereka semua sudah lulus dari sekolah yang sangat luas ini, dan bisa melanjutkan kuliah ataupun dapat mengikuti seleksi kerja di perusahaan yang di bangun oleh orang-orang istimewa seperti mereka. Kebanyakan dari murid di Star Senior High Scool memilih untuk langsung bekerja, karena gaji yang di tawarkan bagi mereka yang istimewa akan jauh berbeda dengan mereka yang tidak istimewa atau sering di sebut dengan manusia biasa.
Angelo POV
Beberapa bulan lagi akangkatan aku akan lulus dan meninggalkan sekolah ini. Tapi ada hal yang mengganjal untukku.Aku tidak sengaja mendengar percakapan kepala sekolah dengan beberapa pengusaha istimewa. Aku rasa aku harus memberitahukan ini kepada Aban dan Acalia. Aku segera mencari merka dan setelah bertemu mereka, aku membawa mereka menuju ruang diskusi yang terdapat di perpustakaan sekolah. Untung saja ruangan ini memiliki peredam suara yang baik, sehingga suara kami tidak akan terdengar dari luar.
“Ada apa?” tanya Acalia.
“Tadi, tidak sengaja aku mendengar percakapan kepala sekolah dengan para pengusaha,” aku melihat wajah mereka setelah mengatakannya. Aban menatapku seakan meminta untuk melanjutkan ucapanku. “Pengusaha ingin menguasai Bumi dan memusnahkan manusia istimewa yang menentang dia dan menurut mereka orang istimewa yang berhak atas dunia ini, maka mereka ingin memusnahkan sebagian manusia dan menjadikan sebagian dari mereka budak. Yang paling mengkhawatirkan adalah mereka ingin merekrut angkatan kita, dari siswa yang paling pintar, yang berarti itu adalah kamu Aban. Mereka juga membutuhkan orang-orang khusus seperti kamu Acalia, dan masih banyak lagi,”
“Jika seperti itu, kita harus menolong manusia biasa dan teman-teman kita semua. Apa lagi orang tua kita adalah manusia biasa,” kata Acalia.
“Aku akan meminta izin kepada kepala sekolah untuk membuat kapal luar angkasa yang dapat menampung banyak orang. Agar kita dapat menyelamatkan mereka yang ingin kehidupan yang damai tanpa perperangan,” kata Aban. Aku dan Acalia hanya mengangguk dan membiarkan Aban berlalu.
Aban POV
Aku sudah menemui kepala sekolah untuk meminta izin agar diperbolehkan menciptakan kapal luar angkasa yang dapat mengangkut banyak orang untuk mendapatkan planet baru yang dapat kami huni. Kepala sekolah akan membantu kami dan tidak akan membocorkan misi rahasia ini, tapi nanti saat keberangkatan kepala sekolah tidak dapat untuk ikut mereka, karena ia sudah terikat dengan para penguasa.
Kami semua yang terlibat dalam misi bawah tanah ini akan melakukan pembuatan kapal luar angkasa di bagian bawah sekolah yang sangat luas. Aku sudah memiliki desain dari kapal tersebut. Kapal tersebut berbentuk silinder panjang agar lebih banyak menampung orang, lalu ada beberapa mesin pendorong yang terletak dibeberpa sisi. Ada penyimpanan untuk pesawat kecil yang nantinya akan kami buat. Senjata tembakan yang kami buat akan digunakan hanya saat diperlukan. Pada bagian tengah kapal ini dibuat bagian terbuka berupa taman dan ladang guna bercocok tanam. Desain ini dibuat untuk kegiatan pemindahan yang tidak tahu kapan akan berakhir.
Acalia POV
Sudah berbulan-bulan misi pembuatan kapal kami jalankan, begitu pula perekrutan yang kami lakukan. Orang-orang yang ingin bergabung bersama kami sudah kami pindahkan untuk tinggal didalam ruang bawah tanah yang tidak jauh dari sekolah. Hal ini kami lakukan untuk menyelamatkan mereka. Penguasa istimewa sudah melancarkan aksinya dalam merekrut anggota dan membuat alat-alat canggih untuk memusnahkan manusia biasa.
Pemusnahan sudah mulai dilakukan dari desa satu ke desa yang lainnya. Jika mereka merasa orang-orang tak ada yang layak untuk dijadikan budak, maka desa tersebut akan habis mereka bakar, dan orang-orang di dalamnya akan dibunuh secara keji. Banyak mayat yang bergelimpangan disana-sini. Membuat banyak dari kami merasa kasihan dan jijik atas perilaku dari para pengusaha atau sekarang dapat kami sebut penguasa.
Kapal yang kami buat hampir siap hanya tinggal menambahkan beberapa tanaman yang berfungsi sebagai penghasil oksigen dan pengisian bahan akar sementara hingga kami dapat keluar dari bawah tanah, karena kapal ini menggunakan tenaga cahaya. Angelo mengusulkan hal tersebut agar kami juga dapat mengimbangi kecepatan cahaya dalam membelah galaksi. Selain itu kami juga menggunakan tempat penyimpanan energi, sehingga saat kami berjalan dengan cepat kami tidak kehabisan energi.
***
Lacy POV
Kelulusan kami para siswa kelas tiga akan dilaksanakan besok, dan besok akan menjadi hari bersejarah, karena kami akan melakukan pelarian masal. Keadaan di luar sana sudah sangatlah kacau. Kepala sekolah menginginkan kami untuk meninggalkan sekolah hari ini juga, tapi Aban beserta tim inti meminta agar mereka berangkat besok dengan dalih bahwa masih ada hal yang akan selesai dalam beberpa jam.
Para penguasa mencoba merekrut beberapa lulusan Star Senior High School, dan ada beberpa dari mereka yang menolak ajakan tersebut. Bagi mereka yang menolak, maka keesokan harinya ia tidak dapat ditemukan dimanapun juga. Kami semua berkesimpulan bahwa mereka yang menolak akan di bunuh oleh para penguasa.
Angelo POV
Pemberangkatan dalam lima, empat, tiga, dua, satu.
Suara itu aku dengar dari program yang sedang aku jalankan. Aku dan Aban sedang bertugas memegang kendali dan mencari planet tujuan. Kami sudah keluar dari bawah tanah dengan kecepatan standar roket yang manusia buat. Saat menginjak ketinggian enam puluh ribu kaki, aku melihat adanya serangan, maka aku dan Aban segera menaikan kecepatan agar kami segera keluar dari atmosfer Bumi, karena mereka tidak dapat mengejar kami dengan pesawat biasa. Dengan kecepatan tinggi kami dapat menghindari serangan yang mereka lancarkan kepada kami, karena kecepatn tembak mereka hannya satu per tiga dari kecepatan kami.
“Aban, kemana kita akan berpindah?”
“Lebih baik keluar dari Bima Sakti. Munculkan lubang cacing dalam lima, empat, tiga, dua, satu. Melompat.” Katanya.
Aku segera menekan tombol untuk melaju dan kami meninggalkan galaksi Bima Sakti. Hanya dalam hitungan detik kami sudah bisa keluar di galaksi lain. Kami memindai seluruh planet yang ada di galaksi baru ini. Sudah satu jam kami meneliti setiap data plamet yang masuk. Kini seluruh data sudah kami baca habis, tetapi tidak ada planet yang dapat menjadi tempat tinggal kami. Mulai dari yang terlalu kering hingga masih berupa gas saja.
“Aban, lebih baik kita makan dahulu, baru berpindah ke tempat yang lainnya,”
Acalia POV
Akhirnya aku melihat Aban dan Angelo memasuki ruang makan yang berada dekat dengan ruang terbuka. Di sana terdapat beberapa anak-anak yang sedang bermain bersama, ada pula yang sedang belajar di bawah pohon-pohon rindang.
“Hai, bagaimana? Apakah sudah ada planet yang memiliki indikasi untuk dihuni?”
“Belum. Setelah ini kita harus melontar lagi menuju galaksi lain untuk mencari planet baru,” jawab Angelo.
“Mau ayam bakar?” tanya Kristale yang di jawab anggukan oleh Aban, sedangkan aku dan Angelo hanya menggelang dan mengucapkan terima kasih.
“Oh iya, masakan Kristale itu enak loh. Walau dia bukan orang yang istimewa seperti kita,”
“Setahu aku, memang banyak manusia biasa yang lebih pandai dari kita yang manusia istimewa. Contoh saja ibuku. Dia sangat pandai dalam memasak,” kata Angelo.
Setelah selesai makan, aku mengikuti Aban dan Angelo menuju ruang kendali. Aban kembali membuka lubang cacing dan Angelo melontarkan kami masuk kedalamnya. Dan kini kami sudah di galaksi lain untuk melakukan pemindaian.
***
Kristale POV
Entah sudah berapa lama kami berkelana, yang pasti waktu berlalu sangat lambat di kapal ini, karena kami yang terus berpindah dan perbedaan waktu yang terjadi setiap kami melontar di lubang cacing. Kini aku berada di ruang kendali, tidak sembarang orang bisa masuk ruang kendali, karena ruang ini memiliki pengamanan ketat. Aku sering di ajak oleh Aban untuk masuk ke sini dan belajar banyak hal tentang kapal ini.
Sudah beratus-ratus kali kami melompati lubang cacing, tapi kami belum juga menemukan planet yang dapat kami huni. Di galaksi 197 kami sekarang meneliti data yang ada. Aku melihat satu data yang menarik. Ada planet yang memiliki unsur-unsur penunjang kehidupan seperti di Bumi. Aku lekas memberti tahu Aban dan tim. Mereka menyambut kabar ini dengan suka cita.
“Kamu bertugas untuk menjaga posisi kapal dan mengkoordinir masyarakat yang ada di kapal. Aku, Angeo, Acalia, Juliny dan Angelita akan pergi menunjau planet tersebut. Kita akan naik kapal M120. Ayo berangkat!” kata Aban.
Aban POV
Saat hendak keluar, Lacy menghampiri kami dan meminta kepadaku dengan nada manja agar ia di perbolehkan ikut. Aku kesal dengan kelakuannya, aku hendak membentaknya sebelum suara Kristale mengintrupsi kami.
“Biarkan saja ia ikut, Aban. Siapa tahu ia dapat membantu,” kata Kristale. Aku dapat melihat tatapan tidak rela pada matanya. Karena tidak ingin memperpanjang masalah, aku memutuskan untuk membawanya menuju planet tersebut. Kami menggunakan 3 pesawat dan mengendarainya dengan kecepatan tinggi, sehingga dalam waktu 3 menit kami sudah mencapai planet yang berada di tengah galaksi tersebut.
Kami menilat adanya hutan yang asri, dan lautan yang tenang. Kami berbagi kabar melalui radio. Kecepatan pesawat sudah kami turunkan dan kami terbang rendah sekitar tiga ratus meter di atas air laut. Aku melihat tempat seperti kota di depan sana dan mengabari yang lain untuk mendarat di sana untuk melakukan negosiasi agar dapat menempati bagian kosong dari planet ini.
Acalia POV
Aban sedang bernegosiasi dengan pemimpin di kota ini. Harapan kami adalah bisa menempati bagain lain dari planet ini, tapi aku dapat mrlihat tatapan matanya yang menginginkan sesuatu dari kami. Akupun nekat untuk membaca pikirannya, dan aku mendapatkan sesuatu.
“Jika kita mengizinkan mereka untuk mempati tempat kita, kita bisa memanfaatkan mereka untuk membuat teknologi maju untuk kita, dan mereka tidak boleh menggunakan teknologi yang lebih baik dari kita. Setelah beberpa tahun mereka merasa hidup aman, maka kita dapat menjatuhkan bom di atas tempat mereka, dan mereka semua akan mati. Jika ada yang selamat, kita akan jadikan mereka budak kita seumur hidup,”
Aku tersentak saat mengetahui pikiran dari pemimpin kota tersebut. Setelah Aban berbincang dengan pemimpin kota, mereka tampaknya ingin berdiskusi terlebih dahulu, kemudia aku memberi tahu Aban apa yang aku dapatkan setelah membaca pikiran sang ketua.
Kami memutusksan untuk meninggalkan planet ini secara diam-diam saat ini juga, karena pengawasan mereka pasti sedang lemah. Kami segera manaiki kapal dan bergegas terbang meninggalkan kota. Saat kami baru menjauhi kota, tampak kami dikejar oleh pasukan mereka. Mereka melemparkan serangan kepada kami. Pesawat kami dengan lincah menghindar, tapi naas kapal yang Lacy dan Juliny gunakan tertembak di sayap kanan. Untung saja kapal buatan kami mampu bertahan hingga keluar dari planet tersebut.
Lacy POV
Aku pikir tadi adalah waktu kematianku, tapi tidak. Masih ada kesempatan aku untuk hidup. Aku harus bisa menyatakan cintaku kepada Aban, karena aku sudah menyukai ia sejak masa-masa kami masih bersekolah di Star Senior High school. Hingga akhir-akhir ini aku sadar, aku bukan hanya sekedar menyukai Aban, tapi aku juga mencintai dia. Selagi ada kesempatan aku harus menyatakan cintaku.
Aku segera melangkahkan kakiku dengan mantap menuju ruang kendali kapal ini. Aku bertekat Aban harus tahu tentang perasaanku. Aku yakin Aban tidak dapat menolak pesona kecantikan yang ada di dalam diriku ini. Tak terasa aku sudah sampai di pintu ruang kemudi, akupun membukanya. Aku dapat menemukan Aban sedang menatap monitor-monitor yang ada di sana, karena kami baru saja berpindah galaksi.
Aku menyatakan perasaanku di hadapan beberapa orang yang ada di sana serta pintu ruang kendali yang tidak tertutup. Aban menatapku tidak percaya. Aku pikir dengan melihat ekspresi wajahnya ia akan menerima cintaku, tapi apa yang aku dapatkan? Yang aku dapatkan adalah penolakan secara keji.
“Mana ada perempuan dengan rendahnya meminta seorang lelaki untuk menjadi pacarnya. Kamu harus tahu, bahwa aku tidak memiliki perasaan apapun kepada kamu!” ucap Aban dengan tegas. Hal tersebut melukai hatiku dan membuat air mata terbendung di mataku.
“Lagi pula, aku sudah terlanjur mencintai orang lain,” katanya setelah beberapa saat. Hatiku semakin hancur saat aku mendengarnya. Air mata yang sedari tadi aku bendung, sudah tak lagi sanggup aku bendung. Kini ia terjun bebas membuat anakan sungai di wajahku.
Karena malu akupun memutuskan untuk meninggalkan ruang kemudi dan menuju kamarku dengan berlari. Tidak lama setelah aku tiba dikamar ada yang membuka pintu. Aku pikir itu adalah Aban, tapi perkiraanku salah, itu adalah Aris si manusia biasa.
“Sudahlah, laki-laki masih banyak di kapal ini, apa lagi diluar sana. Jangan tangisi satu laki-laki, karena masih banyak laki-laki yang dapat menempati posisinya,”
Kristale POV
Aku meminta Aban untuk mengejar Lacy, karena aku tidak tega melihatnya menangis. Hei, aku sama-sama perempuan dengan dia. Aku mengerti perasaannya saat itu, walau sejujurnya aku belum pernah berada diposisi itu. Tapi Aban menolaknya secara keras, katanya ia sudah mencintai orang lain.
“Aku tidak mencintainya, Krist. Yang aku cinta adalah kamu!” ucapnya dengan tegas. Aku mencari-cari kebohongan yang ada di matanya, tapi aku tidak menemukan. Aku kecewa mendengar kata-kata Aban, bukannya karena kau tidak suka dengan dia. Aku sangan menyukaianya, bahkan mencintai dia, tapi aku merasa ini terlalu cepat. Kami saja baru mengenal satu sama lain selama dua bulan waktu Bumi, tapi kini ia sudah berani menyatakan cinta.
Aku segera meninggalkan ruang kemudi dan menuju dapur tanpa mengucapkan satu katapun. Aku ingin merenung dan mencari teman berbicara yang lain agar aku dapat mengetahui apa yang harus aku lakukan, bagaimana perilaku yang harus aku tunjukkan kepada Aban. Banyak sekali pertanyaan yang butuh jawaban.
***
Aban POV
Sudah beribu-ribu kali kami berpindah galaksi. Dan sudah ratusan kali kami mendapatkan hal yang sama seperti di planet yang pertama kali kami sambangi. Mereka semua hanya ingin memanfaatkan kami agar dapat menjadi alat mereka untuk dapat menjajah planet lainnya. Pencarian kami untuk planet yang dapat di tinggali sangatlah sulit. Banyak yang memiliki suhu ekstrim, atau tidak memiliki air untuk penunjang kehidupan.
Kini angkatanku juga sudah menikah dan kebanyakn sudah memiliki anak. Ya, aku juga sudah menikah dengan Kristale, dan kami memiliki seorang putra bernama Devon Yudistia. Ia adalah anak yang pintar seperti aku dan ia memiliki kebaikan hati seperti ibunya. Devon sudah berusia dua tahun dan aku rasa sudah cukup untuk mecari planet.
“Mohon perhatiannya sebentar, kami para tim ekspedisi sudah berdiskusi dan menemukan satu titik terang yang mungkin kalian akan kurang setuju. Maka dari itu aku dan seluruh rekan disini meminta persetujuan kalian. Siapa saja yang setuju untuk tetap tinggal di kapal ini? Jika setuju kalian diperbolehkan untuk mengangkat tangan kalian. Kami akan melakukan perluasan kapal ini agar menjadi lebih nyaman untuk ditinggali,” ucapku.
“Bagi kalian yang setuju silahkan angkat tangan kalian!” pinta Angelo. Ya, hasilanya banyak yang ingin tetap tinggal di pesawat.
Devon POV
Namaku Devon, aku baru berusia sepuluh tahun. Aku memiliki sebuah ide cemerlang, tapi aku takut untuk memberi tahu kepada yang lainnya termasuk Errol sahabatku, anak paman Anggelo dan bibi Acalia. Ia seumuran denganku. Aku menyayanginya seperti saudara kandung.
Oh iya di kapal ini ada beberapa ruang yang sudah tidak terpakai, seperti ruang yang dibuat sama seperti keadaan diluar kapal, atau istilahnya tidak memiliki gravitasi. Aku ada di ruangan itu untuk melakukan uji coba yang aku sebut dengan misi rahasia. Semoga saja berhasil, karena jika berhasil ini dapat berguna bagi banyak orang yang ada di kapal ini.
Angelo POV
Usiaku sudah tidak muda lagi. Kami masih berpindah galaksi beberpa kali sejak keputusan tetap di kapal dibuat. Anakku Errol belakangan ingin sering tidak bersama Devon. Aku penasaran apa yang terjadi diantara mereka. Baru saja aku memikirkan hal tersebut, tiba-tiba datang Devon dan Errol keruangan kemudi.
“Ayah, Paman. Aku memiliki sebuah ide. Aku bisa menunjukkan kepada kalian. Semoga ide ini bisa kalian terima. Mari ikut aku,” kata Devon. Kami di bawa oleh Devon menuju ruang latihan yang sudah tidak kami gunakan. Kami melihat suatu keajaiban disana.
“Nak, kamu bisa menjadikan ini misi rahasia kamu dan Errol. Realisasikanlah itu. Ayah memberikan restu,” ucap Aban.
“Bagaimana jika gagal paman?” tanya anakku.
“Tidak masalah, karena tidak ada yang tahu mengenai hal ini. Biarkan ini tetap menjadi rahasia,”
Devon POV
Kini aku sudah berusia dua puluh empat tahun, yang berarti sudah sepuluh tahun misi aku dan Errol berlangsung. Pada saat pertama kali kami melepaskan partikel gas khusus ke angkasa, kemudia kami mengumpulkannya menjadi satu dengan alat khusus yang sudah aku buat selama tiga tahun sebelumnya.
Sekarang, aku dan Errol sedang berada di kapal N71 karyaku. Kami sedang dalam perjalanan untuk melakukan penyemaian ke tempat tersebut. Kami hanya membawa beberapa barang yang sekiranya akan kami butuhkan saja.
“Ayo kita turun,” ajakku. Kami membiarkan kapal yang kami tumpangi melayang beberapa meter dari permukaan. Dan kamipun menginjak permukaan.
“Yey, kita berhasil,” ucap Errol dengan bahagia dan bangga.
***
Author POV
Setelah penyemaian yang dilakukan oleh Devon dan Errol, beberapa hari kemudian mereka kembali ke sana dengan kapal induk yang membawa seluruh penduduk kapal. Saat pintu kapal terbuka seluruh orang berjalan menuju permukaan tanah dengan tatapan kerinduan untuk melihat daerah luar.
“Selamat datang semua, kini kita berada di planet ADEA 101. Disini belum ada tumbuhan besar, serta jumlahnya pun masih sedikit. Kita harus bekerja kerasa untuk membangun rumah dan lingkungan yang asri. Jagalah perdamaina di planet ini,” ucap Devon.
“And this is our new life, setelah bertahun-tahun berkelana. Kini kita mendapatkan planet yang bisa kita huni. Mari kita bangun bersama dan tetap jaga perdamaian yang sudah kita bangun,” tutur Errol.
Generasi Aban yang sudah memasuki kata senior disana, hanya menatap Devon dan Errol dengan tatapan bangga. Mereka semua senang karena dapat menempati planet lagi, walaupun itu adalah planet baru ciptaan Devon dan Errol, tapi biarlah itu menjadi rahasia tim ekspedisi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top