; Insomnia

- ˗ˋ ୨୧ ˊ˗ -

INSOMNIA

Actor! Tenma Tsukasa x Actress! Kusanagi Nene Fanfiction

જ⁀➴ Written by Callamelatte

જ⁀➴ Project sekai ©Sega,Colorful Palette.

જ⁀➴ Warning : Probably OOC, kind of Crossover ? (Genshin Impact Characters & mechanism Mentioned), Grow up! AU.

- ˗ˋ ୨୧ ˊ˗ -

Bukan hal baru bagi Kusanagi Nene bila ia memutuskan untuk bergadang sewaktu akhir pekan, apalagi Ditambah dengan kosongnya jadwal syuting di hari esok rasanya sudah seperti dunia memberikannya kesempatan untuk bermain Genshin Impact hingga menjelang subuh. Entahlah apa yang akan dilakukan gadis bersurai hijau keabuan tersebut hingga memutuskan untuk bermain selama itu, mungkin dia akan memutuskan untuk eksplorasi agar map miliknya tampak estetik dengan bilangan progres 100% yang tersemat di berbagai area dalam game tersebut, atau bisa jadi dia akan menyelesaikan quest-quest yang belum sempat ia sentuh.

Salahkan agenda seorang Kusanagi Nene yang padat sehingga game-game kesayangannya menjadi terbengkalai selama beberapa waktu, bahkan untuk game yang menuntut pengerjaan daily quest saja Nene kerap menyewa jasa penjoki supaya dia tidak pernah tertinggal bonus harian yang disediakan oleh game tersebut. Memang sulit rasanya untuk mengimbangkan waktu antara bekerja dan bersenang-senang tatakla kau adalah seorang artis yang sedang papan daun, oleh karena itulah ketika sekalinya Nene mendapatkan waktu luang, sudah pasti dia akan menggunakannya sebaik mungkin untuk melakukan hal yang sangat ia sukai. Misalkan, berkencan dengan PS5 yang ia dapatkan sewaktu ulang tahunnya yang ke-21 pada tahun lalu.

Dengan rambut yang disanggul ke bawah, hoodie serta celana piyama pendek yang nyaman, Nene sudah siap untuk meraih PS5-nya dan mengakses Genshin Impact dalam televisi berukuran 32 inch itu. Jantungnya berdebar antusias tatkala layar di hadapannya sudah menampilkan menu Genshin yang khas dengan tampilan pilar-pilar putih dan sebuah pintu batu misterius di tengah-tengahnya, ia merasa sangat antusias dengan rencana yang sudah ia susun secara rapih di dalam benak tersebut.

"Pertama mari daily quest dulu ... kemudian mencari artefak ... Lalu ketika resin habis, sepertinya aku akan mengerjakan quest yang belum sempat aku selesaikan ... hmm ... hmm ...," Nene bergumam sendiri mengenai agenda bermain Genshin-nya malam ini selagi menunggu loading screen yang sedang berlangsung di depannya itu selesai.

Namun ketika akhirnya loading screen itu mencapai logo elemen Geo dan akhirnya dia dapat melihat karakter penari cantik yaitu Nilou miliknya berdiri dengan manis di dalam layar, tiba-tiba Nene mendengar suara pintu yang terbuka dari belakang. Suara itu membuatnya sedikit tersentak dan secara cepat ia menolehkan kepalanya ke sumber suara.

Di sana ia melihat sosok Tenma Tsukasa berangsur keluar dari kamar mereka dengan surai rambut yang acak-acakkan. Setelan piyamanya sedikit kusut, mungkin akibat dari terlalu sering berguling di atas kasur. Dia juga mendekap plushie Pompompurin berukuran besar yang Nene dapatkan dari mesin capit sewaktu kencan mereka. Raut wajahnya sungguh menekuk, menyebabkan Nene bertanya-tanya di dalam hati apa yang membuat kekasihnya ini berekspresi masam seperti itu.

"Kau belum tidur?" tanya Nene sekadar basa-basi sembari melirik jam dinding, saat ini sudah hampir pukul dua belas malam dan Tsukasa yang ia tahu adalah seseorang yang selalu tidur di awal jika ia tidak memiliki agenda atau urgensi apapun yang harus dilakukan di malam hari. Apalagi seingat Nene, Tsukasa memiliki jadwal pemotretan yang akan diadakan pada jam delapan pagi di esok hari, jadi rasanya aneh jika melihat pria itu masih terbangun pada tengah malam begini.

"Aku tidak bisa tidur dan rasanya menyebalkan," balas pria berambut pirang tersebut seiring menghela napas lalu mendaratkan bokongnya di sebelah Nene. "Seharusnya aku tidak banyak minum kopi sewaktu mengobrol dengan Toya di kafe tadi sore."

Nene mendengus. "Bukankah berarti itu salahmu? Sudah tahu kau mempunyai jadwal pemotretan besok tapi kau malah meminum kopi."

"Aku kan merasa tidak enak kalau hanya dia yang minum! Dan kau tahu sendiri kan bahwa Toya itu tipikal orang yang tidak akan cukup dengan satu cangkir kopi? Makanya aku mencoba menyamainya!" balas Tsukasa menggebu-gebu.

"Kalian minum berapa gelas memangnya?" tanya Nene penasaran.

Tsukasa terdiam sejenak, ia meletakkan tangannya di bawah dagu. "Mungkin ... hampir delapan gelas?"

Mata Nene seketika terbelak, "D-delapan?!"

"Ya kan sudah kubilang aku hanya menyamai Toya! Toya bahkan masih menambah gelas lagi setelah aku menyerah!"

Nene masih menatap Tsukasa dengan tatapan tidak percaya, bagaimana bisa pria ini masih hidup setelah meneguk kopi sebanyak itu? Kalau bersangkutan dengan Toya, Nene tidak akan mempertanyakan karena dia memang penggila kopi, tetapi Tsukasa? bukankah seharusnya dia menderita sakit perut atau bisa jadi mengalami dada yang berdebar-debar karena meminum kopi sebanyak itu?

Tetapi melihat Tsukasa tampak gelisah karena sudah meminum banyak kopi, sudah cukup membuktikan kepada Nene bahwa tidak seharusnya pria bermarga Tenma ini mengosumsi kaffein dalam jumlah yang tidak wajar.

"Lalu perutmu sekarang baik-baik saja?" tanya Nene lagi, kini terselip rasa cemas di dalamnya. Meski Tsukasa nampaknya tidak apa-apa selain wajahnya yang memberengut karena tidak bisa tidur, Nene harus tetap memastikan bahwa tidak ada komplikasi lain yang lebih parah selain itu.

"Ya, tadi sakit sedikit sih, sekarang sudah tidak! Jangan khawatir!" tutur Tsukasa yang membuat Nene bernapas lega.

"Kau tahu di kafe ada menu non-kopi 'kan? Kenapa tidak memesan menu sejenis itu saja kalau memang ingin minum banyak?"

"Yah, aku kan juga ingin sekali-sekali kelihatan keren dan dewasa seperti Toya ...."

Nene memutar kedua bola matanya mendengar alasan konyol dari Tsukasa itu, logikanya benar-benar tidak dapat menalar ucapan pria yang sudah menjadi kekasihnya nyaris tiga tahun ini. Memangnya syarat menjadi orang dewasa yang keren harus meminum kopi dalam jumlah sebanyak itu? Lalu bagaimana dengan orang yang tidak menyukai kopi?

Nene ingin sekali menyarkas lebih lanjut, namun melihat Tsukasa yang tampak murung, dia segera mengurungkan niatnya. Mungkin pria itu benar-benar sedang kesusahan dan Nene tidak ingin menambah suasana hatinya menjadi lebih buruk.

"Yasudah, walaupun kedengarannya bodoh, setidaknya kau baik-baik saja," ujar Nene lelah, lalu ia mempusatkan perhatiaannya ke dalam game lagi.

Waktu terus berjalan dan Nene berusaha tetap fokus dengan game-nya, akan tetapi keberadaan Tsukasa yang sedari tadi hanya diam saja sembari memperhatikannya bermain membuatnya terasa sulit. Nene merasa tidak nyaman karena terganggu oleh sorot jingga yang menatapnya lurus-lurus tersebut, apalagi keheningan dalam ruang tengah itu membuat suasana bertambah canggung.

"Jika kau tidak melakukan apapun, lebih baik kau kembali ke kamar saja dan mencoba tidur. Kalau besok kau bangun terlambat, Pak Manager akan marah-marah lho?" usir Nene secara halus.

"Tidak mau! sendirian di kamar membuatku semakin sulit untuk tidur!" ungkap Tsukasa seraya menggelengkan kepala. "Bagaimana kalau kau matikan saja game itu dan tidur bersamaku? Sekalian menyanyikan lagu nina bobo gitu?"

Mendengar ajakkan tersebut, si gadis berdecak. "Aku 'kan sudah bilang sebelumnya kepadamu, malam ini aku akan bergadang. Lalu apa-apaan dengan nina bobo itu? Memangnya kau bocah?"

"Bergadang tidak baik untuk kesehatan kulit, kau tahu? Bisa-bisa kau keriput sebelum usia 50 tahun!" omel Tsukasa.

"... Aku bisa memperbaikinya dengan tidur lebih cepat besok hari."

"Mana bisa?! Kau ini kebanyakan main game pikiranmu jadi ngawur ya?!"

"Ah, Kau ini berisik sekali! Daripada kau mengguruiku bukannya lebih baik kau kembali ke kamar dan tidur saja-" hardikkan Nene segera terputus ketika Tsukasa melayangkannya tatapan memelas seperti anak anjing yang malang dan sorot itu sukses menusuk relung Nene yang paling terdalam. Mana bisa dia tega mengusir jika sudah dihadiahi tatapan semacam itu?

"... Atau setidaknya kau bisa bermain denganku sampai kau mengantuk ... mungkin? Pokoknya berhentilah mengomel ...."

Sebetulnya Nene sedikit keberatan jika harus bermain bersama Tsukasa. Bukannya karena pria itu menyebalkan, tetapi Nene benar-benar hanya ingin sendirian sekarang, behubung dia sudah jarang mendapatkan waktu untuk bersantai semenjak jadwalnya menjadi padat. Bahkan jika Emu atau Rui mengusiknya di kala seperti ini, Nene pasti akan mengusir mereka juga. Oleh karena itulah Nene berharap Tsukasa tidak akan meng-iyakan ajakkannya tersebut.

Namun melihat ekspresi Tsukasa seketika menjadi cerah setelah tawarannya, Nene langsung tahu harapannya itu sudah pupus.

"Kalau begitu aku akan mengambil ponselku!" seru Tsukasa bersemangat sembari menaruh plushie Pompompurin-nya di pinggir sofa dan segera berlari ke kamar. Nene menghela napas atas semangat yang menyilaukan dari diri pria itu.

'Yah, yasudahlah toh ... sudah lama juga kami tidak menghabiskan waktu bersama-sama ...,' batin Nene. Pikirannya melayang kepada kesibukkan mereka akhir-akhir ini yang menyebabkan mereka nyaris tidak pernah memiliki waktu untuk berdua. Atas pemikiran itu, akhirnya Nene ikhlas mengorbankan keingannya untuk menghabiskan waktu sendirian.

Bisa jadi bergadang bersama Tsukasa tidak akan berjalan begitu buruk. Menghabiskan waktu dengan orang yang disayangi biasanya selalu berakhir memuaskan, bukan?

- ˗ˋ ୨୧ ˊ˗ -

"Kau ini memang benar-benar ya, masa Klee diberi artefak Maiden Beloved?! Sudah begitu stat-nya HP??? Aduh, pantas saja ketika kita melawan Oceanid tadi damage Klee-mu sangat geli!"

"Y-ya maaf! Aku tidak tahu kalau Klee cocoknya pakai artefak apa! Aku pakaikan itu karena artefaknya lucu dan kelihatannya cocok jika dipakai oleh karakter bocah seperti dia ...."

"Lalu jelaskan kenapa kau pakaikan Kokomi artefak crit dmg??"

"Lho, bukannya semua karakter perlu crit??"

Nene menepuk jidatnya, ia benar-benar tidak sanggup mendengar penjelasan Tsukasa mengenai caranya mengelola akun Genshin-nya sendiri. Semuanya sunggguh berantakan! Pantas saja laki-laki itu sebelumnya sempat mengeluh kepada Nene bahwa dia tidak sanggup menyelesaikan Ascension Quest 3. Bagaimana bisa dia melewati quest tersebut jika build karakter-nya saja amburadul seperti ini? tetapi di samping itu, Nene merasa kagum karena Tsukasa tetap bisa bertahan sampai Adventure Rank 45 dengan kondisi karakternya yang sangat acak-acakkan. Kekaguman yang terasa ironi sebetulnya.

Jemari Nene kembali menekan layar ponsel Tsukasa untuk mengecek karakter lain, lalu perhatiannya tertuju kepada karakter bintang empat, sosok gadis kucing bernama 'Lynette' yang sudah berada di level 80, membuatnya menjadi karakter yang memiliki level tertinggi, bahkan seluruh karakter dengan bintang lima di akun Tsukasa belum ada yang menyentuh level itu.

Nene menjadi sedikit penasaran kenapa hanya Lynette menjadi satu-satunya karakter dengan level tertinggi di akun Tsukasa, kemudian dia pun mengecek bagaimana Tsukasa memperlakukan karakter tersebut.

Alangkah terkejutnya Nene ketika menemukan Tsukasa ternyata bisa dibilang sangat niat membuild karakter ini. Artefaknya-meski bukan artefak degan status yang bisa dibilang sangat bagus-namun Tsukasa tidak memasangnya secara sembarangan seperti yang dia lakukan kepada karakter lain, Tsukasa memberikannya empat pasang Venerer Viridiscent yang sangat cocok untuk Lynette. Senjata yang dipasangkan kepada Lynette pun bukan senjata murahan, Tsukasa memberikan Lynette senjata bintang lima 'Freedom-Sworn' yang sudah diupgrade sampai level 80 dengan refinement yang sudah dilakukan sebanyak lima kali. Selain itu konseltasi milik Lynette sudah lengkap sampai konseltasi ke-enam.

Nene sampai melongo dibuatnya. Dari antara seluruh karakter yang ada di akun pria bermata jingga itu, mengapa hanya Lynette saja yang diperlakukan seniat ini? padahal banyak orang yang bilang Lynette bukanlah karakter yang pantas untuk dibuild dengan investasi yang tinggi karena ia bukanlah karakter yang sangat kuat.

"Kau sangat suka Lynette, ya?" tanya Nene penasaran. Jujur saja, Nene sebagai pemain yang mengedepankan Meta, sebenarnya merasa sedikit sebal. Mengapa Tsukasa malah menaruh segala usahanya untuk karakter yang tidak terlalu kuat ini? ditambah lagi Tsukasa memiliki karakter yang jauh lebih kuat dibanding Lynette, namun malah ia build secara asal-asalan.

"Lynette? Ah, maksudmu cewek kucing itu?? Iya, aku sangat suka dia! Dia lucu dan menggemaskan seperti kucing beneran!" balas Tsukasa girang sambil mengacungkan jempol.

Nene mengangkat sebelah alisnya. "Menggemaskan seperti kucing beneran? Bukannya Diona bakal lebih masuk ke dalam kategori itu?"

"Y-ya tapi menurutku Lynette lebih lucu kok? Sudahlah! Ini kan pandanganku!" sergah Tsukasa yang entah kenapa terdengar gugup.

"Aku hanya tidak menyangka orang seperti kau akan memiliki waifu. Ternyata semua cowok sama saja jika sudah menemukan gadis imut, huh," ucap Nene acuh tak acuh dan itu membuat Tsukasa panik. Di telinganya Nene terdengar sinis, Apa jangan-jangan gadis itu cemburu? (Sebenarnya Nene merasa biasa saja dan ini hanyalah pemikiran buruk Tsukasa).

"Tapi kau tetap lebih imut kok, Nene! Lagian aku suka Lynette juga karena dia mirip kamu!"

"Apa?"

Tsukasa segera menutup mulutnya menggunakan tangan rapat-rapat, tersadar dia baru saja terbawa suasana sehingga ia tanpa sengaja keceplosan. Tapi melihat Nene tetap bereaksi datar, nampaknya gadis itu tidak terlalu mendengar ucapannya barusan.

Cepat-cepat, pria itu berdeham. "Ah maksudku apa salahnya jika aku menyukai karakter di dalam game itu, huh?! Lagipula kau sendiri kan suka karakter yang bernama Scaramose dan aku tidak pernah komentar tuh??"

"Scaramose, matamu. Dia itu namanya Scaramouche, bodoh."

"Ya, pokoknya itu! Kenapa nama karakter yang kau suka itu ribet sekali, sih?"

"Itu sih karena kamu saja yang skill issue," tukas Nene seraya mengangkat bahu. "Haah, Aku sangat gatal melihat akunmu yang berantakkan seperti ini, jadi aku akan membereskannya."

"Sungguh?! Terima kasih banyak Nene! Kau memang penyelamatku!" Seru Tsukasa senang, tangannya terbuka lebar dan memeluk Nene dengan teramat erat yang menyebabkan semburat merah muncul di pipi gadis tersebut.

"S-sudah ah! Lepasin! Kalau dipeluk begini, aku jadi tidak bisa main!"sergah Nene sambil mendorong Tsukasa, namun lengan yang melingkar di sekitar tubuhnya malah bertambah erat.

"Gak mau~ aku mau meluk pacarku selagi liatin dia main, apa tidak boleh?" Lagi-lagi Tsukasa menggunakan jurus puppy eyes-nya yang membuat Nene ingin sekali mencubiti pipi pria itu.

"Engga boleh! Lepasin atau kau akan kupukul!" ancam Nene berusaha sangar agar Tsukasa menurutinya, tapi tampaknya gagal karena Tsukasa malah tersenyum lebar.

"Memukulku? Coba saja kalau bisa!"

Dan Nene tanpa segan menoyor kepala Tsukasa. Tidak kencang, malah teramat pelan, tetapi tetap saja seorang Tenma Tsukasa akan meng-'Aduh!' secara keras seolah-olah dia baru saja dipukul menggunakan batu.

"Kenapa beneran dipukul?! Kau sudah tidak sayang denganku lagi ya?!" tukas Tsukasa secara dramatis sembari memegangi kepalanya.

"Kan kau yang minta sendiri, kenapa sekarang malah protes?" balas Nene tenang.

"Jadi jika aku memintamu untuk menusukku, kau akan benar-benar menusukku?!"

"Mungkin?"

Tsukasa menutup mulutnya yang menganga menggunakan tangan, berekspresi pura-pura terkejut, " Ya Tuhan, tidak kusangka, aku mencintai perempuan psikopat ...."

"Sudahlah, hentikan omong kosongmu, mana mungkin aku akan menusuk kekasihku sendiri?" Nene memutar bola matanya dengan malas, tapi sebetulnya ia merasa terhibur juga dengan sikap konyol Tsukasa. Entah mengapa kehidupan Nene justru terasa bewarna karena itu.

- ˗ˋ ୨୧ ˊ˗ -

Pada akhirnya, Nene memutuskan untuk membiarkan Tsukasa memeluknya selama ia bermain. Sesekali mereka berbincang, sesekali juga diam ketika Nene tengah terlalu fokus dengan permainan di hadapannya.

"Nah dengan begini, Klee-mu sekarang sudah lebih mendingan. Jangan diacak-acak lagi, paham?"

"...."

"Hei, Tsukasa? Kau dengar aku?"

"...."

Kening Nene mengernyit ketika tidak terdengar balasan dari si pemilik nama, ia segera menurunkan ponsel Tsukasa lalu menoleh ke sebelah kanan untuk melihat kondisi laki-laki tersebut.

Ternyata Tsukasa sudah tertidur pulas dengan posisi lengannya masih melingkar di pinggang Nene dan kepalanya bersandar di bahu si gadis. Nene melirik jam dinding sekali lagi, benda itu memberitahu Nene bahwa saat ini sudah pukul jam dua pagi.

Lantas Nene menghembuskan napas panjang. Secara perlahan dia membebaskan dirinya dari Tsukasa dan beranjak ke kamar untuk mengambil selimut, semua itu dilakukannya secara perlahan untuk mewanti-wanti agar Tsukasa tidak terbangun.

Setelah memposisikan Tsukasa agar ia tidur dengan nyaman di atas sofa, Nene pun turut berbaring di sebelahnya dan menarik selimut untuk melindungi mereka dari dinginnya malam. Pada awalnya Nene memang ingin bergadang sampai subuh, tetapi entah mengapa setelah melihat Tsukasa tertidur, ia membatalkan agendanya tersebut.

Toh, waktu luangnya yang kali ini tidak dia habiskan sendirian melainkan bersama Tsukasa, jadi kalau Tsukasa sudah beristirahat maka dia pun harus beristirahat juga, bukan?

Pelan-pelan Nene meringkuk dan merapatkan dirinya ke Tsukasa, ia menghirup aroma menenangkan milik Tsukasa selagi menguburkan kepalanya di dada pria itu. Pikirannya melayang-layang, mengingat lagi waktu yang mereka habiskan bersama tadi.

Tsukasa tidak pernah tahu bahwa Nene sebetulnya mendengar dengan jelas alasan mengapa ia sangat menyukai Lynette, dan jujur saja Nene tidak pernah menduga hal itu sebelumnya. Andaikan Tsukasa tidak pernah keceplosan, mungkin gadis itu masih mengira bahwa Tsukasa menyukai Lynette hanya karena ia 'menggemaskan' sesuai kata-katanya.

"Namun ternyata kau pun mengingatku dalm hal remeh sekalipun ya ...."

Nene merasa pipinya memanas, mungkin telinganya pun saat ini turut menjadi merah. Dadanya berdebar dalam ritme yang gembira, rasanya sulit untuk terlelap jika hatinya terus ribut seperti ini.

'Kau memang pria yang konyol, Tsukasa.'

- ˗ˋ E N D ˊ˗ -

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: