; Blind Date
┼╌ׄ╌ׄ╌❛ ꦿ ꧉ NIJISANJI EN°
.┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈
°│⸨⫹⫺.敵 Shu Yamino x Oc
°│⸨⫹⫺.敵* by │⸨⫹⫺. Hana HANAXEZ
°.┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈ °
▬▬▬▬▬▬ ✦ BLIND DATE! ➀
"Oh, come on. You've been playing Valorant for too long, Shu," ujar Luca kepada sahabatnya yang sedang terduduk di depan layar komputer, asik memainkan game daring kesukaannya itu.
Shu memang memiliki adiksi terhadap gim daring bernama Valorant itu. Ia bisa menghabiskan lebih dari 6 jam hanya untuk memuaskan adiksinya. Terkadang, ia sampai lupa kapan terakhir kalinya ia memijakkan kaki di luar rumah untuk menyentuh rumput.
"Awhh, man. I didn't play the game for too long ...."
Luca terkekeh kecil ketika mendengar sangkalan dari Shu. Ah, tentu saja Shu tidak mau mengakui kebiasaan buruknya itu.
"Yes, you did. Fulgur told me that you played Valorant 'till 3am yesterday." Luca menggelengkan kepalanya. "Tidak usah menyangkalku, Shu. Aku sudah tahu kebiasaanmu itu."
"But I—"
knock knock knock!
Kalimat Shu terpotong oleh suara ketukan pintu dari luar rumahnya. Ia pun bangkit dari duduknya untuk melihat siapa yang mengetuk pintunya.
"Oh, hi guys!" sapa Shu ketika ia melihat dua pria yang tak asing, siapa lagi jika bukan Vox dan Ike.
"Hi, Shu. Vox and I bought you boxes of pizza and I heard Luca is here with you." Pria berkacamata itu membalas sapaan Shu sembari memegang tiga kotak besar berisikan pizza di tangannya.
"Yeah, he's in my room right now. Actually, he had been staying here for a week. Come in!" Shu mempersilakan Vox dan Ike untuk masuk ke dalam. "Ngomong-ngomong, tumben sekali kalian berdua tiba-tiba datang ke sini."
"I mean, it's been a while since we had pizza night together, and also Ike has something to tell you," jelas Vox.
✦
"So, actually we came here because Luca told us that you were being too busy with your online game, again." Ike membenahi posisi kacamatanya. "And we've planned a blind date for you."
"WHAT?! ARE YOU KIDDING ME? I don't wanna go on a blind date!" rengek Shu yang tidak menyangka jika teman-temannya sampai merencanakan hal gila seperti ini. Ditambah lagi dengan Shu yang tak punya banyak pengalaman berkencan, membuatnya semakin panik.
"You need to stop your addiction to Valorant, Shu. It's time for you to go on a fun date with a beautiful girl," ujar Vox dengan senyum tengil di wajahnya.
"Ugh, tapi 'kan kau juga kecanduan bermain runescape, Vox!" gerutu Shu. "Isn't about me, it's about you, Shu."
Ike memijat pangkal hidungnya. "Sudah, sudah. To the point saja. Intinya, kami sudah menemukan gadis yang menurutku cocok denganmu, Shu. Eva berteman dengan gadis itu. And actually, it was Eva who offered Azra to go on a date with you. You should give her a chance, Shu."
"Uh ... baiklah. Memang kapan jadwal kencannya?" "Besok."
"HAH? BESOK?! YANG BENAR SAJA!"
Shu berteriak panik. Masalahnya, jika ia harus pergi berkencan besok, ia belum mempersiapkan apapun. Baru memikirkan apa yang akan terjadi besok saja sudah cukup membuat Shu berkeringat dingin.
"Take a deep breath, Shu. You'll be okay, I promise." Luca menepuk bahu sahabatnya itu. "Aku yakin kencannya akan berjalan mulus."
Shu hanya bisa pasrah dengan kelakuan teman-temannya itu. Tapi mau tak mau ia harus pergi untuk berkencan besok dan berharap agar ia tak melakukan kesalahan yang akan membuatnya malu.
"Gimme her contact right now."
"Baiklah." Ike mengangguk dan mengirimkan kontak Azra kepada Shu. Shu melihat profile picture yang terpasang di kontak gadis bernama Azra Howard itu.
"Cantik," gumamnya.
Tanpa Shu sadari, rona merah terpoles di pipinya, membuat ketiga temannya cekikikan melihat Shu yang tersipu malu saat melihat paras cantik sang gadis yang terpampang di layar ponselnya.
"Heh, you're blushing, Shu," celetuk Vox yang diiringi oleh kekehan Ike dan Luca. Mereka bertiga tak tahan untuk tidak menggoda Shu yang sedang tersipu.
"Oh, shut up. Don't tease me."
✦
Matahari mulai terbit dari ufuk timur, membuat ketiga orang yang tertidur lelap itu perlahan membuka matanya. Luca sudah bangun lebih awal karena ia pergi untuk lari pagi seperti biasanya. Vox, Ike, dan Luca menginap di tempat Shu tadi malam, mereka berempat terjaga sampai pukul 2 pagi karena sibuk merencanakan kencan Shu untuk hari ini.
"AYO CEPAT BANGUN, SHU! KAU AKAN BERKENCAN HARI INI, POG!" seru Luca
sembari mengguncangkan tubuh Shu yang masih terbaring di atas tempat tidurnya, dengan penuh semangat. Luca memang selalu excited terhadap apapun.
"Uhhh ... what time is it?" Perlahan Shu bangkit dari tempat tidurnya, mengusap wajahnya dengan malas. Rambut panjangnya masih dalam keadaan yang berantakan, membuat Luca tertawa cukup kencang.
"Well, it's already 9am. And your date will start at 11am. Come on, wake up. You don't want Azra to wait, right? You need to give her a good impression."
Setelah sedikit drama malas bangun dari tempat tidur, akhirnya mau tak mau Shu pun bergegas pergi ke kamar mandi dan bersiap-siap untuk kencan. Shu mengenakan pakaian casual yang tetap terkesan sopan, ia juga mengikat rambutnya dengan model high ponytail agar terlihat rapi.
Shu memang sengaja tidak sarapan terlebih dahulu karena ia ingin sarapan sekaligus makan siang; brunch, bersama Azra.
"Good luck on your date, Shu. Just call us if anything goes wrong, okay?" kata Ike sambil menunjuk ponselnya.
"GOOD LUCK, SHU! POG YOU!"
"Just let me know if you need help." Vox tersenyum miring, seakan-akan mengatakan bahwa dialah yang paling berpengalaman dalam berkencan.
"Alright, thank you, guys." Shu mengangguk kecil dan memasukan barang-barang miliknya ke dalam tas yang sering ia bawa kemana-mana. "I'll see you guys later in the afternoon. I'll make sure to bring you guys some food. Byee."
✦
Sesampainya Shu di tempat tujuan, ia melihat seorang gadis berambut cokelat yang sedang memesan minuman di kedai kopi tersebut.
"Azra!" panggil Shu. Azra menoleh ke sumber suara. Senyuman manis terukir di wajah gadis itu. Parasnya imut, seperti yang Shu lihat di layar ponselnya tadi malam, membuat Shu sedikit kelabakan karenanya.
"Oh? Hi! Kau pasti Shu, ya?" Azra memperhatikan paras Shu untuk beberapa saat. "Eva has told me a lot about you, dan kurasa kita akan cocok."
Shu hanya bisa tersenyum canggung. Ia mendadak kikuk ketika Azra melihat ke arahnya. Berbicara dengan partner kencan itu memang tidak mudah. Apalagi Shu dan Azra tidak mengenal satu sama lain sebelumnya, karena ini hanyalah blind date hasil dari akal-akalan teman-temannya saja.
Ia memperhatikan fitur wajah gadis tersebut, sampai akhirnya ada yang menyita perhatiannya. Gadis itu mengenakan hearing aid di telinga sebelah kirinya. Tapi karena takut merasa tak sopan, Shu memilih untuk tidak membahas hal tersebut.
"E-eh, iya ... benarkah?" Shu mengusap tengkuknya. "Memangnya Eva bercerita apa tentangku?"
"Ah, we can talk about it later. Untuk sekarang, kau mau pesan apa, Shu?"
Setelah mereka memesan apa yang mereka inginkan, Shu dan Azra memilih tempat duduk yang berada di sudut kedai kopi, agar menghindari ramainya suasana café pada siang hari. Mereka duduk berhadapan, menatap satu sama lain sambil terkekeh kecil.
"Oh, by the way, Eva told me that you often play Valorant until midnight." Azra menatap ke arah Shu. "She also told me that you like dogs. I don't have dogs, though. But I do have an owl at home!"
"About Valorant ... uhh, that's kinda embarrassing. You own an owl? That's so cool! I'd love to see your owl sometime soon!"
Mereka berbincang santai sembari menyantap makanan yang mereka pesan sebelumnya. Azra bercerita bahwa dia suka sekali melukis dan merajut, ia juga bilang bahwa dirinya juga suka bermain game online bernama Valorant itu. Hal tersebut jelas-jelas langsung menarik perhatian Shu, karena mereka memiliki hobi yang hampir sama. Shu juga suka menggambar, meski hanya sebatas silly doodles, dan mendengar Azra juga suka memainkan salah satu game favoritnya membuat Shu senang bukan main.
"Oh benarkah? Kau juga suka bermain Valorant?!" tanya Shu dengan berbinar-binar.
"Iya, mungkin kapan-kapan kita bisa bermain bersama? Ajak teman-temanmu yang lainnya juga," jawab Azra.
"Tentu. Akan aku ajak Claude dan yang lainnya nanti. Just send me your ID and I'll add you later."
"Eh, ngomong-ngomong, tipe wanita yang kamu suka itu seperti apa? Aku jadi penasaran," tanya Azra.
Mata Shu membelalak saat mendengar pertanyaan itu. Entah kenapa, tapi Ia malu untuk menjawab pertanyaan seperti itu. Shu memainkan kelim bajunya ketika menjawab pertanyaan dari Azra.
"Tipe wanita yang aku suka? Ah ... actually, I don't have a specific type of girl. Bagaimana ya jawabnya. Sejujurnya aku juga bingung. But maybe, a cute girl? It doesn't have to be a cute appearance, I think a cute personality is more than enough."
"Oh? Benarkah? Hehehe jika begitu, berarti aku ini tipemu." Azra tersenyum lebar dengan percaya diri. Shu tak kuasa menahan kekehannya karena Azra.
Ternyata gadis bernama Azra ini benar-benar penuh percaya diri, pikirnya. "Kau ini bisa saja."
Tak terasa, langit sudah mulai meredup. Shu dan Azra masih asik berbincang dengan satu sama lain. Mereka membahas banyak hal di kencan pertama ini. Baru kencan pertama saja, mereka sudah merasa cocok dengan satu sama lain. Mulai dari hobi sampai selera musik yang hampir sama.
Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk makan malam bersama di restoran yang lokasinya tidak jauh dari kedai kopi yang mereka kunjungi.
Saat Azra sedang memilih makanan yang akan ia pesan, terdengar dering telepon yang berasal dari ponsel Shu. Nama kontak Vox terpampang di layar.
"Sebentar ya, Azra. Temanku menelpon." Shu beranjak dari tempat duduknya dan mengangkat panggilan suara dari Vox.
"Shu? Kau tidak apa-apa, 'kan? Kau tidak memberi kami kabar sedikitpun, jadi Luca menyuruhku untuk menelponmu. Dia khawatir kau pingsan saat berkencan," ujar Vox melalui panggilan tersebut.
Shu menghela napas panjang saat mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut temannya. "Huh? What are you guys talking about? Of course I'm okay. Akan aku ceritakan nanti, aku sedang makan malam bersama Azra."
Shu cepat-cepat mengakhiri panggilan teleponnya karena ia tak mau Azra menunggu lama.
✦
"Kencan pertamanya menyenangkan. Terima kasih banyak ya sudah menyempatkan waktumu untuk berkencan denganku. I really appreciate it."
Azra tersenyum sembari menggenggam tangan Shu. Shu membalas senyuman manis gadis itu, pipinya merah merona, Shu merasakan euforia dalam dirinya, menemukan gadis yang menurutnya akan cocok, dan berharap kencan pertama ini bisa menjadi awal mula hubungan mereka ke jenjang selanjutnya.
"Terima kasih kembali, aku juga merasa senang. Kita bertemu lagi minggu depan ya." Shu membelai puncak kepala gadis itu dengan sentuhan lembut.
"Baiklah, sampai bertemu nanti, ya."
Azra memeluk tubuh Shu untuk beberapa saat. Shu pun membalas dekapan Azra dengan senang hati.
"Iya, sampai bertemu lagi minggu depan. Hati-hati di jalan ya, Azra! Hubungi aku jika kau butuh teman untuk mengobrol."
Azra mengangguk dan melepaskan dekapannya. Ia berjalan ke arah yang berlawanan dengan Shu sambil sesekali melihat ke belakang.
"Hehehe ... aduh, tadi itu asik sekali. Aku akan menelpon Shu besok pagi, ah," gumam Azra pada dirinya sendiri. Ia senyum-senyum sendiri sepanjang jalan, untung saja tak ada yang memperhatikannya.
Di sisi lain, karena kepalang senang, Shu berakhir lupa untuk membelikan teman-temannya makanan yang telah ia janjikan. Membuat Vox, Ike, dan Luca cemberut saat melihat Shu yang hanya bisa cengengesan karena kelalaiannya.
"Ehehehe, maaf ya. Aku benar-benar lupa. Tapi aku janji untuk mentraktir kalian besok!" Shu mengacungkan jempolnya sambil tersenyum.
"Baiklah. Janji, ya?" "Iya, iya. Aku janji!"
▬▬▬▬▬▬ ✦ BONUS! ➀
"SHU, AYO BERMAIN VALO BERSAMAKU!" Teriak Azra dengan penuh semangat.
Shu yang sedang melakukan panggilan video bersama teman-temannya itu, seketika mengalihkan perhatiannya pada sang gadis.
"Iya, sebentar lagi, ya. Setelah ini aku akan bermain game bersamamu," jawab Shu sambil mengangguk.
"Ah, ternyata kalian sama saja. Niat kami untuk membuatmu pergi berkencan adalah agar kau tidak kecanduan bermain game lagi, tapi ternyata kau malah dapat pacar yang
sama-sama kecanduan game," ujar Vox sambil mengusap wajahnya.
Shu terkekeh saat mendengarkan pernyataan dari Vox. Mau bagaimana lagi, Shu dan Azra memang cocok dengan satu sama lain.
"Sepertinya memang susah untuk menarik Shu keluar dari adiksinya itu. Ditambah lagi, sekarang ia bisa bermain game sampai tak tahu waktu bersama Azra," tambah Ike sembari menggelengkan kepalanya.
"Baiklah, kalo begitu kita akhiri saja panggilan ini. HAVE FUN, SHU! BYE!" Luca segera mengakhiri panggilan video grup tersebut, memberi Shu dan Azra waktu untuk berduaan.
Mereka berdua akhirnya bermain game hingga pukul 3 pagi sambil menyantap makanan yang mereka pesan melalui aplikasi online. Mereka berhenti bermain ketika mendapatkan panggilan suara dari Ike yang mengomel menyuruh mereka untuk menyudahi agenda bermain game bersama dan tidur.
— FIN.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top