02. Beneran Raja
Aku tidak sengaja tertidur di kereta kuda, saat bangun aku benar-benar berada di istana megah yang hanya bisa aku lihat di cerita atau pun film. Mereka tidak mengijinkanku untuk berjalan dengan kedua kakiku, lelaki berambut hijau itu kembali menggendongku. Saat masuk ke dalam aku tidak bisa berhenti untuk merasa kagum. Perabotan yang sebagian besar warna emas dan putih menghiasi tempat ini. Kalau saja aku tidak di gendong dan tidak ada orang di sini, dipastikan aku mendekati dan memeriksa apa itu emas beneran atau bukan.
Ternyata aku dibawa untuk mandi. Tidak mungkin aku di bawa ke istana hanya untuk mandi saja kan?! Tetapi aku tidak bisa menyangkal perasaan nyaman kulitku yang terkena air. Selama ini air hanya dipakai untuk minum, itu pun berbagi dengan kakak. Sebenarnya aku sedikit kasian dengan para maid ini yang memandikanku. Aku sudah lama tidak mandi.
Setelah beberapa menit, perasaan nyaman setelah terkena air hangat harus terganti perasaan aneh karena memakai pakaian yang lebih banyak dibandingkan sebelumnya. Saat berjalan keluar ternyata ada kakak yang juga telah berpakaian yang mirip denganku. Terlihat lelaki berambut hijau siap menggendongku tetapi aku menghentikannya dengan telapak tangan yang sejajar dengan bahuku lalu menggeleng dengan senyuman.
Aku berlari kecil mendekati kakak. "Memang lebih enak di dekat kakak." Aku tersenyum senang karena akhirnya kembali menggandengnya.
"Tidakkah lebih enak di gendong?" Kakak tertawa pelan.
"Tidak, lebih enak berada di jangkauan kakak." Sudahlah tidak perlu peduli dengan diriku yang sudah melewati umur 20 tahunan. Sekarang sudah jadi anak kecil, maka jadilah anak kecil.
"Mari kita berangkat," kata lelaki berambut biru itu sembari menunduk kecil lalu berjalan di depan.
Aku berjalan dengan menggandeng tangan kakak tetapi tetap mengagumi kemewahan tempat ini. Iseng aku melirik kakak tetapi ia tidak berkutik dengan apa yang sudah kami lewati. Ekspresinya datar, entah apa yang ia pikirkan. Bahkan karena kakak aku jadi bingung apa keputusan kami yang pasrah ditarik begitu saja sudah benar?
Sebelum aku selesai menemukan jawabannya, sebuah pintu besar di depan kami terbuka perlahan. Seseorang yang paling pertama terlihat adalah pria yang duduk di kursi singgasananya di depan sana. Aku cukup kaget melihat warna rambut dan mata yang sama seperti aku dan kakak. Bahkan dengan melihatnya aku serasa melihat kakak saat dewasa.
Pria itu juga melihat kami dengan kaget. Saat aku melihat ke sekeliling terlihat tiga wanita dan tiga anak laki-laki melihat aku dan kakak juga kaget. Ketiga anak laki-laki itu juga sama-sama mempunyai rambut pirang seperti aku dan kakak, hanya saja warna mata mereka berbeda-beda. Ada yang biru, ungu, dan hijau, sedangkan aku dan kakak mempunyai warna mata merah. Tiba-tiba seorang wanita menatap ke arah sini dengan tajam, aku langsung mendekatkan diri ke kakak.
Pria, yang aku tebak adalah raja, berjalan ke arahku dan kakak. Aku semakin menyembunyikan diriku di belakang kakak dengan perlahan. Memang aku tidak bisa menolak kenyataan kalau kami adalah anak dari pria itu. Walau begitu aku belum selesai berpikir mengenai keputusan yang kami pilih.
"Kalian benar-benar, anak-anakku," katanya dengan nada yang terdengar lembut walau ekspresinya tidak berubah. Kedua lengannya terbuka seakan-akan ingin memeluk kami. Baru saja aku berjalan mendekatinya tetapi kembali mundur karena teriakan.
"Yang Mulia! Ini tidak mungkin terjadi!! Ini hanyalah akal-akalan wanita itu!!" seru seorang wanita yang duduk di sebelah kanan raja tadi.
Aku bisa merasakan tubuhku dan tubuh kakak bergetar, secara refleks kami saling mendekat karena ini yang kami lakukan saat ibu marah. Saat ibu melemparkan barang-barang dan berteriak. Untukku, aku berpikir akan lebih kuat kalau mendekatkan diri kepada kakak.
Karena mataku terus melihat pria itu, entah mengapa ia terlihat tidak senang. "Kalau begitu ambilkan itu"
Itu??
Tidak lama terlihat prajurit yang kepalanya tertutup, membawa sebuah mangkuk kaca dengan air di dalamnya. Pria itu menerima mangkuk itu dan mengeluarkan pedang kecil entah dari mana. Aku bisa merasa kakak semakin bergetar, tentu saja ia mempunyai trauma dengan senjata tajam.
"Apakah aku boleh?" Pria itu mengulurkan sebelah tangannya.
Aku langsung mengelurkan tangan kiriku cepat. Saat ini kakak tidak bisa melakukannya, kami adalah saudara kembar dan aku percaya itu jadi cukup aku saja. Walau masih bergetar, aku mencoba meyakinkan diriku bahwa apa yang ia lakukan hanyalah melakukan tes darah.
"Ini akan cepat." Jangan ngomong kayak mau membunuh dong! Jadi tambah takut kan!! "Sudah." Aku membuka mataku dan melihat sebuah darah di genangan air itu tetapi jariku tidak ada bekas luka.
Aku melihat dia menggoreskan pisau di tangannya. Saat darahnya turun terlihatlah sebuah cahaya memenuhi mangkuknya. Aku menatap mangkuk itu kaget dan semakin kaget melihat bekas luka di tangan pria itu juga menghilang.
"Memang benar, kalian adalah anak-anakku." Aku mengangkat kepalaku dan melihat ia tersenyum lembut. Wow, hari ini aku terkejut beberapa kali.
"Itu baru gadis itu! Belum yang laki-laki!" Wanita itu benar-benar cari gara-gara.
Mataku melihat kakak yang tidak berani menghadap pisau yang masih di pegang oleh pria itu. "Kak, tenanglah. Lihat, jariku sudah tidak berdarah." Aku menunjukkan telapak tangan kiriku di depan kakak. "Aku akan menutup mata kakak."
"Baiklah." Kakak mengulurkan tangan kanannya.
Tangan kiri aku pakai untuk menutup kedua mata kakak, sedangkan tangan kananku masih memegang tangan kiri kakak. Mataku menatap pria itu yang terlihat ragu, Aku mengangguk dengan senyuman bahwa itu tidak apa-apa dilakukan. Pria itu ikut mengangguk lalu mulai meraih tangan kakak.
Setelah darah kakak menetes ke dalam mangkuk, terciptalah cahaya yang lebih besar sampai-sampai hampir memenuhi ruangan. Semuanya terdiam, begitu pula denganku. Mataku bisa melihat tatapan kaget dari ketiga wanita dan anak laki-laki di sana.
"Luka!" seruku saat melihat tangan kakak masih berdarah.
"Ah, maafkan aku!" kata pria itu.
Detik selanjutnya membuatku kembali kaget. Tangan kakak langsung sembuh dengan cepat. Aku sampai melihat tangan kakak dekat-dekat karena kagum. Padahal aku sendiri juga pasti disembuhkan dengan cara yang sama.
"Dengan begini kalian bisa melihat buktinya bukan?" Saat aku kembali melihat ke arah pria itu ia sudah berdiri dan membelakangi kami. Tiba-tiba saja ia melihat ke arah kami. "Bahkan sampai menemukan penerus."
Tunggu? Dia membicarakan kami?! Atau kakak? Tapi itu sama saja! Orang waras mana yang memilih anak yang baru saja masuk ke dalam keluarga menjadi penerus?! Hanya orang gila di depan.
Padahalkan menjadi pangeran atau pun putri mahkota harus menjalani pembelajaran yang berat dan aku sudah berharap tidak merasakan ujian di dunia ini. Hiks.
.
.
.
.
.
Jadi mulai sekarang saya akan update setiap 2x seminggu.
Ini dia list ceritanya:
1. The 7 Element Controllers
2. New Daily Life Royal Twins
3. A Little Hope [Revisi]
4. As Blue Sea
5. My Family is Perfect But I'm Not
6. Akar Merah
Itu dia urutannya, bisa dicari setelah saya posting.
Mungkin ada perubahan dari tata bahasa dsb-dsb tapi semoga kenyamanan dalam membaca masih bisa dinikmati yaa~
Sampai jumpa kembali :3
-(01/06/23)-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top