7
Sejak itu,semakin hari Jayden dan Valentina kian dekat. Bahkan bisa dikatakan Jayden hanya dekat dengan Valentina, tidak dengan teman sekelas lainnnya. Jayden termasuk pintar di kelasnya, karena setiap guru menanyakan sesuatu, pasti Jayden yang mengacungkan tangan untuk menjawab. Tidak hanya itu, ulangan dan tugas-tugas yang dikerjakan oleh Jayden mendapatkan nilai sempurna. Tentu, semua guru menyukainya dan memujinya.
Jayden dan Valentina seperti tidak bisa terpisahkan. Awalnya Jayden yang tidak mau berteman dengan Valentina, kini malah sebaliknya.
Jayden pun tidak sependiam dulu, sekarang ia lebih banyak bicara. Namun, hanya kepada Valentina dan orang tuanya saja.
Orang tua Jayden merasa senang, akhirnya anaknya bisa kembali seperti dulu.
***
"Karena sekarang kita udah dekat, boleh kali gue minta nomer hp lo? tanya Valentina.
"Boleh," jawab Jayden.
Dengan senang hati, Valentina memberikan handphone miliknya kepada Jayden. Jayden pun menerima dan mengetikkan nomor handphonenya.
"Makasih," balas Valentina.
"Main yuk, ke mall gitu apa kemana," ajak Valentina saat ini keduanya tengah ada di kantin sekolah.
"Males ah, mending ke toko buku aja," tolak Jayden.
"Ah lo mah, ga enak tahu toko buku. Isinya cuma buku-buku aja, ga menarik," jelas Valentina.
"Makanya sekali-kali lo ke toko buku, biar tahu ada apa aja," sahut Jayden.
"Ga mau, udah kenyang gue sama buku sekolah,"
"Ya terserah sih, gue tetap ga mau ke mall, maunya toko buku. Kalau ga mau ya, gue sendiri aja," balas Jayden.
"Oke fine, kali ini gue ikut lo ke toko buku," ujar Valentina dengn menekan kata toko buku.
"Lo bisa jam berapa?" tanya Jayden.
"Jam 3 aja," jawab Valentina.
"Oke, ntar ketemu aja di sana. Toko buku yang dekat sini," jelas Jayden.
"Oo oke,"
Keduanya melanjutkan makanan, karena bel istirahat akan habis.
***
Valentina tiba lebih dulu di toko buku yang dekat dengan sekolah mereka.
"Mana sih, katanya jam 3, ga on time banget," umpat Valentina.
Tidak lama dari itu, datanglah Jayden yang mengendarai sepeda motor.
"Lo lama banget sih," omel Valentina.
"Cuma lewat satu menit doang elah," protes Jayden.
"Tetap aja ga on time," kesal Valentina.
Jayden dan Valentina memasuki toko buku yang lumayan besar itu. Banyak sekali buku di sini yang sudah di rak masing-masing sesuai namanya.
Jayden memilih rak buku sekolah, sedangkan Valentina yang melihat itu langsung berkata, " Gue muter-muter dulu ya, bosen ngeliat buku sekolah mulu,"
"Iya,"
Valentina berkeliling toko buku dan rak novel menarik perhatian Valentina. Ada beberapa cover buku yang sangat keren dan membuat siapapun yang melihatnya ingin langsung membacanya.
Valentina melihat belakang buku, di sana tertulis penggalan cerita dalam novel tersebut.
"Menarik," guman Valentina.
Valentina pun melihat-lihat novel lain. Setelah kurang lebih tiga puluh menit, Valentina membeli dua novel dan beberapa pulpen, serta notes yang dari luarnya saja sudah eye catching.
Valentina memilih mencari Jayden dan berniat mengajaknya untuk membayar apa yang telah dipilihnya.
"Lo beli notes buat apaan? tanya Jayden.
"Ya buat nyatet apa gitu," jawab Valentina.
"Tumben amat, lo aja biasa nulis di handphone itu pun kalau lo inget," sahut Jayden.
"Ya suka-suka guelah, duit-duit gue," ujar Valentina.
"Ya udah serah lo, yuk bayar," ujar Jayden yang lebih memilih mengalah.
Saat membayar Jayden baru sadar jika yang diambil oleh Valentina adalah novel. Perempuan itu tak pernah ia lihat membaca novel di sekolah. Tumben amat yang dibeli novel? batin Jayden.
Setelah Jayden dan Valentina keluar dari toko buku.
"Eh, lo beli novel? Sejak kapan suka baca novel?" celetuk Jayden.
"Baru tadi, soalnya pas baca blurbnya oke juga," jawab Valentina jujur.
"Ooo, tuh 'kan katanya ga ada yang menarik di toko buku," ejek Jayden.
"Toko buku boleh jugalah, buat refreshing," ujar Valentina.
Jayden hanya terkekeh mendengar penuturan Valentina.
***
Setelah beberapa bulan berlalu, Jayden dan Valentina menjalani ujian tengah semester selama seminggu. Ada murid yang kesulitan menjawab soal ujian, ada juga yang begitu senang. Karena, apa yang mereka pelajari ada pada soal ujian.
Inilah saat yang ditunggu-tunggu, para murid ada juga yang khawatir jika nilainya akan rendah, ada juga yang pasrah saja, tentu ada yang deg-degan menunggu hasilnya. Kalau yang deg-degan ini, murid-murid pintar dan bisa menjawab soal ujian.
Saat ini semua murid menerima raport sesuai dengan absen di kelas.
"Oke, ternyata dari semua murid di kelas yang mendapat nilai terbaik adalah ...." Pak Johan menggantungkan ucapannya.
"Jayden Sebastian, tepuk tangannya dong," sahut Pak Johan.
Prok ... prok ....
"Tingkatkan lagi ya Jayden, kalau begini terus kamu bisa ranking satu," ujar Pak Johan.
Jayden hanya memberikan senyum manisnya.
"Oh iya Bapak ada informasi, karena nilai terbaik diraih oleh Jayden. Maka, Bapak memilih kamu untuk perwakilan lomba pidato se-provinsi,"
Jayden tak menyangka jika wali kelasnya akan memilihnya untuk lomba pidato. Ditambah lagi ia trauma akan hal di depan umum.
"Pak, tapi saya ga bisa," tolak Jayden.
"Kamu pasti bisa, soalnya Bu Dina bilang kamu juga bagus untuk jadi perwakilan sekolah kita," jelas Pak Johan.
"Saya ga bisa Pak," tolak Jayden lagi.
"Jayden, harusnya kamu senang karena ga semua bisa jadi perwakilan sekolah. Bapak yakin kamu pasti bisa membanggakan SMA Bakti.
Raut Jayden berubah menjadi cemas dan takut. Ia takut jika nanti saat lomba, hal yang sama akan terjadi. Kejadian beberapa tahun lalu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top