10
Acara lomba pidato berlangsung kurang lebih dua jam. Dalam benak Jayden, banyak murid-murid yang lebih bagus darinya. Ia berpikir bahwa ia tidak akan menang dalam lomba pidato ini, tetapi ia sudah melakukan yang terbaik itu sudah lebih dari cukup. Dan Jayden juga merasa puas akan penampilannya.
"Baiklah kepada juri yang sudah memberi penilaian kepada peserta lomba, Bapak Ibu juru bisa berunding sejenak untuk pemenang lomba pidato. Juara satu, dun tiga. Kami beri waktu lima menit," ujar mc.
Tampak dari raut wajah juri begitu serius dalam memilih pemenang yang terbaik diantara kesepuluh sekolah yang mengikuti lomba. Setelah lima menit berlalu juri telah menuliskan satu nama di papan nama yang telah diberikan mc. Pada papan itu berisi nama-nama juara satu hingga juara tiga.
"Kita mulai dari juara tiga ya, jatuh kepada ...."
"Ayu Nabila, SMA Star,"
Prok ... Prok ....
"Dipersilahkan naik ke panggung," ujar mc.
"Pada deg"an nih yang menang siapa, selanjutnya juara kedua jatuh kepada ...."
Lagi dan lagi mc menggantungkan ucapannya. Ini membuat para peserta semakin penasaran dan gemetar. Apakah dirinya akan menjadi juara atau tidak. Pikiran itu terlintas pda semua murid yang menjadi peserta lomba.
"Callandra Mahaprana, SMA 2 Jakarta,"
"Wuuu," teriak para murid SMA 2 Jakarta.
"Dan yang terakhir siapa kira-kira, ada yang tahu?" tanya mc pada audience.
"Juara pertama jatuh kepada ....."
Dibuat penasaran lagi oleh mc.
Daritadi digantungin mulu sih mc
'kan lo yang buat thor
Eh iya lupa
Balik lagi ke topik ya hehe maafkan, karena ngetik ini udah malam banget.
"Jayden Sebastian, tepuk tangannya yang keras," ujar mc.
Jayden yang sontak terkejut mendengarnya namanya dilontarkan oleh mc pun hanya bisa menganga tak percaya bahwa dirinya bisa menjadi juara satu lomba pidato se-provinsi Jakarta.
"Heh itu lo menang, sana naik," celetuk Valentina yang berada di samping Jayden.
Jayden pun naik ke atas panggung.
"Oke waktunya penyerahan hadiah oleh Bapak dan Ibu juri sekalian," pinta mc.
Satu per satu juara telah diberikan hadiahnya. Dan tiba saatnya pada sesi foto dan akan masuk pada majalah dan juga koran.
Setelah itu, jayden turun menghampiri Valentina yang masih duduk di tempatnya.
"Selamat ya lo keren," ujar Valentina.
"Ini 'kan berkat lo juga," jawab Jayden.
"Selamat ya Jayden, Bapak ga salah milih kamu," ujar Pak Johan.
"Makasih banyak Pak atas kesempatan yang Bapak berikan, Kalau tidak saya tidak akan bisa meraih juara ini," jelas Jayden.
"Valen, gue boleh ngobrol bentar sama lo, berdua aja di tempat lain," bisik Jayden.
"Iya yaudah,"
***
Mereka kini berada di luar aula SMA Star. Jayden nampak gerogi tetapi ia mencoba untuk bisa mengontrol dirinya.
"Valentina," panggil Jayden.
"Hm?"
"Gue ... suka sama lo," ujar Jayden.
"Apa? Lo ... serius?" tanya Valentina yang tidak percaya akan hal itu.
"Iya, gue serius suka sama lo," jelas Jayden.
"Mungkin lo cuma kagum sama gue yang udah bantu lo sampai kayak sekarang," bantah Valentina.
"Setelah kita deket, walaupun enggak lama, tapi gue nyaman sama lo. Dari semua orang, cuma lo yang mu temenan sama gue, sedangkan yang lain engga peduli dengan kehadiran gue, lo beda sama yang lain," jelasnya cukup panjang.
"Lo mau 'kan jadi pacar gue?" tambah Jayden.
"Maaf, gue engga bisa," tolak Valentina.
"Kenapa? Lo ga suka sama gue? Gue gapapa kok kalau kita tetap temenan, gue akan buktiin kalau gue beneran suka sama lo,"
"Bukan gitu, tapi ... gue udah punya pacar," jelas Valentina.
Jayden yang mendengar itu pun merasa hatinya sakit, perih, tapi tidak berdarah, wkwkkw maafkan author lagi.
Bagai disambar petir, ini bukan harapan yang diinginkan oleh Jayden. Ini malah sebaliknya.
"Lo punya pacar?" tanyanya untuk meyakinkan dirinya bahwa ia tidak salah mendengar.
"Iya, selama ini emang gue ga bilang sama lo, gue sama dia juga udah lama pacaran. Tapi, gue harap lo engga jauhin gue, karena gue masih mau jadi teman lo,"
Jayden mengangguk paham, " Iya gue tahu kok hati emang enggak bisa dipaksa untuk mencintai seseorang. Kalau pun cinta dengn cara terpaksa itu akan sangat menyakitkan. Cinta itu hadir tanpa diundang. Jadi, jangan suruh gue untuk lupain lo, mungkin rasa itu akan hilang dengn sendirinya, entah kapan, gue juga tahu. Gue akan tetap jadi teman lo, Lo tenang aja engga usah khawatir. Justru yang gue khawatirkan adakah lo,"
"Kenapa gue?"
"Iya, bisa jadi Lo mau menghindari dari gue atau lo mau kaga jarak sama gue biar ga terlalu deket kayak dulu, itu hanya pikiran gue aja,"
"Gue akan tepatin janji gue, ga usah khawatir,"
"Gue senag bisa kenal sama orang kayak lo," puji Jayden.
"Lo juga hebat bisa melawan semua trauma yang pernah lo alamin, walau butuh proses, tujuan gue berhasil untuk ngebantu lo,"
"Makasih banyak, gue kira lo tuh cuma sekedar kenalan aja sama gur, Taunya hahahha,"
"Tujuan gue baik 'kan?"
"Iya, makasih banyak udah berjuang buat bantu gue," sembari tersenyum penuh arti.
***
Samapi di sini cerita Jayden Sebastian dan Valentina. Terima kasih untuk kalian yang sudah baca.
Maaf, mungkin cerita ini jauh dari kata baik. Jika ada kesempatan, akan aku perbaiki semuanya:)
Terima kasih Terasastra_cakrawalaMageiaPublisher yang telah menyelenggarakan challenge ini. Sampai bertemu di Challenge- challenge selanjutnya:)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top