7. WANNA PLAY WITH ME?
Keknya pembaca makin nurun huhuhu :( efek tiktok-ku diblokir jadi susah promosi :(
Ada yg punya crush?
Apa hobi kalian?
Seblak atau cimol?
Happy reading❤️
"Kalo dibilang jangan, ya jangan, Neron. Oke?" ungkap Cia dengan nada halus. Ia berusaha memberi Neron pengertian dan bisa membedakan yang mana boleh dilakukan, yang mana tidak.
Neron seketika mengangguk patuh seraya memajukan bibir. Ekspresinya sangat lucu dan menggemaskan. "Iya."
Nagara melirik Steven. "Aduh, Bro. Mending kita pulang, yuk. Ada yang lagi ngebucin di sini."
"Seriusan mau pulang?" tanya Neron.
"Yoi," jawab Nagara.
"Buset, dah. Gue juga ikut pulang kalo gitu," ujar Neron, lalu mengangkat bokong dari kursi.
Cia turut bangun dari kursi, lalu merapikan sedikit baju crop hitam miliknya.
Setelah mereka bangun, tangan Neron kembali merangkul pinggang cewek itu yang tak terlapisi oleh kain, sehingga jemari tersebut kontak langsung dengan pinggang Cia.
Jujur, jantung Cia seketika berdebar, kupu-kupu beterbangan di perut. Tak pernah ada lelaki yang merangkul pinggangnya bersentuhan dengan kulit langsung tanpa dilapisi kain.
"Temen bini lo gimana? Masa mau ditinggal?" tanya Nagara.
"Kagaklah, samperin dulu," jawab Neron.
"Oke, kalo gitu gue sama Steven balik dulu. Gue yakin Steven juga mau pulang."
"Gue emang mau pulang, Bro. Apalagi gue tinggal di mess klub," sahut Steven.
Mess adalah penginapan dengan atau tanpa makan, yang disediakan bagi orang resmi dari salah satu instansi, jawatan atau perusahaan tertentu dengan perhitungan pembayaran yang murah dan diatur tersendiri oleh instansi, jawatan atau perusahaan yang bersangkutan sendiri. Simple-nya kayak asrama.
Neron mengangguk paham. "Hati-hati, Bro."
Mereka membalas Neron dengan anggukan, lalu berjalan keluar kafe guna pulang ke tempat tinggal masing-masing.
"Ayo, Cia," ajak Neron pada Cia. Lelaki itu membawa sang perempuan ke mejanya.
"La, maaf gue tadi nyamperin Neron," ujar Cia.
"Gapapa, tadi gue juga habis ngobrol sama Kak Julio." Nila paham akan kondisi Cia.
"Nila, tadi lo ngobrol apa aja sama Kak Julio?" tanya Cia.
"Dia ngajak jalan."
Cia seketika senang. "Wah, serius?"
Nila mengangguk antusias.
"Sorry kalo gue ikut campur, tapi mending jangan langsung baper, takutnya dia jadiin lo pelampiasan," nasihat Neron.
Neron dan Nila memang saling kenal karena sekelas, namun jarang mengobrol satu sama lain. Cowok itu tak hapal semua nama temannya di kelas, apalagi jumlahnya sampai delapan puluh mahasiswa. Ia tahu Nila karena sering melihat cewek itu duduk selalu di samping Cia.
"Iya, makasih, Neron," balas Nila.
"Lo naik apa ke sini?" tanya Neron. Cowok itu sebenarnya baik, apalagi kalau tahu cewek bawa kendaraan sendiri di daerah agak sepi atau malam-malam, takutnya ada cowok yang hendak melecehkan.
Nila menjawab, "Mobil."
Neron mengangguk. "Oke, kalo gitu gue pamit, ya."
"Iya, Ron. Jagain Cia baik-baik."
***
Kini Neron dan Cia sedang di perjalanan dekat rumah orang tua Neron. Sedari tadi, mereka tidak bicara, fokus dengan aktivitas masing. Cia bermain ponsel, Neron menyetir mobil. Namun, ketika Cia fokus bermain ponsel, tiba-tiba tangannya digenggam oleh Neron.
Cia terkejut, atensinya seketika beralih ke Neron. "Eh, ngapain ngambil tangan gue?"
Pandangan Neron tetap lurus ke depan. "Diem lo."
"Nanti gak fokus nyetir, anjrit," peringat Cia.
"Ya udah, lo yang lihatin jalanannya, gue yang nyetir."
Cia mengerut heran. Benar-benar tak habis pikir dengan isi otak Neron. "Apaan, sih? Gaje."
Neron justru tidak murka, ia malah tertawa kecil. "Gue kangen kita bertengkar lucu kayak gini."
"Lo, sih, gampang banget marah," balas Cia.
"Diem, udah nyampe rumah," ujar Neron. Ia melepas genggaman tangannya di tangan Cia dan seat belt yang memeluk erat tubuh Neron, lalu membuka pintu mobil.
Cia melepas seat belt, lalu turun dari mobil. "Selalu aja mengalihkan pembicaraan."
Setelah melihat Cia turun dari mobil, ia langsung mengunci mobil menggunakan remote control di kunci mobil. Ia menunggu Cia berjalan di sampingnya, lalu berjalan ke dalam rumah sembari memegang pinggang Cia.
Damn, pinggang Cia kini menjadi salah satu spot favorit Neron.
"Eh, pasutri muda sudah datang. Tadi habis dari mana?" tanya Monica.
"Tadi ke cafe tempat kerja Kak Julio. Cia ketemuan sama sahabat Cia, Neron juga ketemu sama temennya," jawab Cia.
"Keadaan kamu udah mendingan setelah dinyinyirin sama Neron?" Monica tahu kejadian tadi pagi karena diceritakan oleh Andreas.
Cia melirik Neron sebentar, terlihat wajah kesal dari cowok itu. Sang perempuan kembali menatap Monica dengan kedua sudut bibir tertarik tipis. "Udah, kok, Ma. Buktinya Cia udah jalan sama Neron," jelas Cia yang ditanggapi anggukan tipis oleh Monica. Cia mengedarkan pandangan ke sekeliling rumah. "Ngomong-ngomong, Papa mana?"
"Lagi mandi, Cia," jawab Monica. "Ya sudah, kalo begitu kalian istirahat dulu, besok kalian mau balik ke kontrakan, 'kan?"
Cia mengangguk. "Iya, Ma."
"Neron, kamu harus minta maaf sama Cia," peringat Monica mendelik sebal.
"Anak kandung berasa anak pungut," dumel Neron.
"Diam kamu! Kamu udah tau salah bukannya minta maaf!"
"Aku ke dalam dulu, Ma." Neron lagi malas berdebat. "Ayo, Cia," ajaknya pada Cia.
"Dasar bocil setan," gumam Monica saat melihat punggung Neron yang kian menjauh.
Ketika sampai di kamar mereka, Cia hendak mengambil baju di lemari untuk berganti pakaian, tapi Neron langsung mencegat tangannya.
"Cia," panggilnya.
"Hm?" sahut Cia.
Tiba-tiba, Neron bersimpuh di hadapan Cia sembari memegang betis istrinya, membuat cewek itu panik. "Eh, kenapa pake jongkok segala? Mentang-mentang otak lo jongkok jangan dipraktekkin gerakan jongkoknya."
"Gue minta maaf karena udah kasar sama lo. Padahal, lo gak bersalah. Gue yang salah, Cia. Gue ngaku kalo gue cemburu ngelihat lo sama Kak Julio. Rasa cinta gue bikin gue tolol. Lo kalo mau hukum gue boleh banget." Ungkapan Neron sungguh tulus dari hati.
Cia kaget mendengar pengakuan Neron. "Sejak kapan lo cinta sama gue?"
"Dari awal kita sekelas di kampus, Cia. Padahal, kita udah lama tetanggaan," ujar Neron.
Cia mengangguk paham. Ia masih tak menyangka akan semua ini. "Oh, gitu ...."
"Gitu doang responnya?" kesal Neron.
Cia berdecak malas. "Terus, gue harus gimana?"
Neron paham kalau Cia masih kesal. Dia kalau ada di posisi cewek itu juga pasti kesal karena dimaki, padahal tak bersalah. "Ya udah, deh, yang penting Cia seneng," ujar Neron tertawa kecil. "Jadi, gimana? Cia udah maafin Neron?"
"Ya," ketus Cia.
"Ketus banget."
"Ini gak seberapa dibanding makian lo kemarin, anjing."
Neron memeluk perut Cia dengan posisi sedikit berjongkok, dagunya bertumpu di sana, lalu mendongak untuk menatap cewek itu. "Gue bingung harus ngelakuin apa lagi supaya lo gak marah lagi."
"Gue boleh hajar lo biar gue puas?" tanya Cia.
Neron mengangguk. Anggap saja ini sebagai konsekuensi dari perbuatannya. "Boleh."
"Tutup mata," titah Cia.
Neron perlahan melepas pelukannya di perut Cia. Kedua retina sang lelaki sudah terpejam, ia sudah siap menerima pukulan dari Cia. Akan tetapi, cewek itu justru ikut berjongkok di hadapan cowok itu, lalu memeluk Neron.
Neron seketika membuka mata. "C-Cia?"
"Gue kasih lo kesempatan buat perbaiki sifat dan mau buka hati buat lo. Jangan kasar lagi, ya?" Cia paham kalau Neron lebih suka dinasehati secara halus.
Neron tak kuasa menahan tangis. Pertahanan ego dan gengsinya sudah rapuh di hadapan Cia. "Iya. Gue janji gak bakal kasar lagi."
Cia merasa bahunya basah. Oleh karena itu, ia mengelus surai Neron. "Neron, lo nangis, ya?"
Neron menarik kepala dari bahu Cia, lalu mengucek kasar matanya. "Enggak."
"Gengsinya tetep gede." Cia berdiri, kemudian mengulurkan tangannya pada Neron agar ikut berdiri.
"Makasih udah dibangunin," ujar Neron tersenyum senang. Mulai saat ini, cowok itu berjanji akan mengapresiasi sekecil apa pun kebaikan Cia kepadanya.
Cia berjalan ke almari guna mengambil baju untuk tidur. "Istirahat dulu, Ron. Gue mau ganti baju di kamar mandi."
Cowok itu mengikuti Cia, lalu memeluk perut dan menaruh dagu di ceruk leher cewek itu. "Kenapa gak ganti di sini?"
Cia membiarkan Neron memeluknya. Ia paham cowok itu ingin manja kepadanya. "Gue malu."
"Oke, gapapa."
"Hm, lo mau gak pilihin baju gue buat tidur?"
Neron melepas pelukannya di perut Cia. Ia mengguncangkan tubuh cewek itu. "MAU BANGET!"
"Buset, santai, Ngab." Cia tertawa.
"Lo punya lingerie?"
"Gak punya."
"Ya udah, pake tank top aja," ujar Neron.
"Oke," jawab Cia. Tangan kanannya terulur mengambil tank top merah berbahan beludru di almari.
Neron melirik sekilas paha Cia. "Pake celana pendek kain biar tidurnya adem."
Cia mengangguk. "Iya."
"Cia," panggil Neron.
"Kenapa lagi?" tanya Cia.
"Kalo kita main sekarang, lo udah siap?"
——
NAH LOHHHH, JADI MAIN GA YAA?
Spam "Nana cantik" for next chapter
Spam "Neron" for next chapter
Spam "Cia" for next chapter
300 komen aku update
Bisa yuk kencengin komennya hihi
Jangan lupa follow:
@cinderianaxx (wattpad, ig, tiktok)
@ay.riana (ig)
@cindernanaaa (twt. Yang mau mutualan yukkk, aku follback. Tapi, jangan kaget aku sering sambat wkwkwk)
@neronbramasta
@helciapeony
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top