6. WANNA FIGHT WITH ME?

Tadinya aku nulis 2300-an kata, cuma aku potong biar ga eneg bacanya wkwkwk

Kalian biasanya jam berapa baca wattpad?

Lebih suka cerita on going atau udh end?

Apa yang bikin kalian bosen baca suatu cerita?

Happy reading❤️

Mendengar hal itu, Julio tersenyum miring. "Oh, cewek lo naksir sama gue? Udah gue duga, sih. Wajar dia naksir sama gue, soalnya gue gak pernah ngejek dia," ujarnya. "Habis ini gue mau nembak cewek lo."

Emosi Neron seketika mendidih seperti lava. Kedua netra sang pria memicing tajam. "Kalo bukan di tempat umum, gue habisin lo."

Cowok itu tersenyum miring. "Jangan jaga image, dong. Keluarin sifat arogan lo, Ron." Julio berusaha memancing emosi Neron.

Para pengunjung melihat keributan itu, namun mereka tak mau ambil pusing. Urus diri sendiri saja ribet, apalagi mengurus orang lain. Diriku urusan diriku, dirimu urusan dirimu. Kalaupun mau mengingatkan jangan sok paling suci, padahal kelakuan kayak setan.

Steven melirik sekilas Julio, lalu tangannya terulur mengelus bahu Neron agar bersabar menghadapi cowok sialan itu.

"Kerja sana, jangan gatel sama cewek orang," peringat Neron.

Bukannya gentar, Julio malah tersenyum penuh arti. "Gue mau ngobrol sama cewek lo." Lalu, ia berjalan ke meja Cia. Sesampainya di sana ia memandang Neron, ingin tahu bagaimana ekspresi cowok itu.

"Ja—"

Neron hendak bangun dari kursi, tapi Nagara sudah mencegahnya terlebih dahulu. "Diem, Ron. Lo mau dicoret dari Timnas gara-gara attitude lo sama coach Made? Nama pemain yang terpilih di Timnas belum resmi di-publish di media, jangan bikin karir yang lo udah bangun dari dulu seketika hancur. Pake otak lo, anjrit."

Neron seketika bungkam. Menjernihkan pikiran dari kubangan emosi dengan cara menarik napas, lalu hembuskan adalah cara yang tepat. Buktinya, sekarang dia sudah terlihat lebih tenang.

"Bener. Jangan turutin emosi lo, harus sabar," timpal Steven.

Neron berdecak malas. Padahal, tadinya dia sudah mau tenang. Dia jadi sensitif karena ucapan mereka kesannya malah memojokkan Neron. "Gimana gue mau sabar? Cewek gue mau diembat!"

Nagara tak menyangka bahwa Neron sangat arogan dan keras kepala kalau lagi mode cemburu. Ia tak pernah melihat cowok itu emosi di luar pertandingan bola. "Gak mungkin cewek lo mau sama Julio."

"Dia suka sama Julio, bisa aja dia nerima cowok gatel itu," jawab Neron terlihat cemas.

"Lihat aja nanti, yang penting lo diem dulu," peringat Steven.

"Ya, ya, ya," jawab Neron.

Di sisi lain, Cia sedari tadi melirik Neron. Tatapannya mulai tertuju pada cowok itu ketika Julio datang ke meja sang pria. Ia khawatir akan terjadi keributan di sini, makanya dia memantau terus.

Cia kini terlihat sebal dengan Julio. Ia tak suka dengan ketengilan cowok itu memancing emosi Neron. "Lo bilang apa sama cowok gue sampe mukanya sebel gitu?"

Julio memainkan lidah di pipi dalam. "Cowok dari hasil perjodohan?"

Cewek itu tak suka kalau Neron direndahkan di depan umum. Ia khawatir image Neron akan hancur. "Kenapa emangnya kalo cowok gue dari hasil perjodohan? Apa pun yang terjadi, gue tetep di samping dia."

"Bagus kalo gitu, itu yang gue mau. Cowok lo rada tempramen, gak bagus buat image-nya," tutur Julio.

Cia berdecak malas. "Lo rese pake mancing emosinya segala."

"Emang itu yang gue mau."

Cia mengerut dahi. "Maksudnya?"

"Lo belain dia, anggap dia sebagai cowok lo. Lagipula, kita dulu sering ngobrol bertiga di lapangan komplek, gue gak bakal embat sama cowok orang, walaupun katanya Neron lo suka sama gue."

"Neron, Anjrit!" kesal Cia melirik Neron, tapi cowok itu tak menanggapi karena masih larut dalam emosi.

"Jangan marah sama Neron, gue juga udah tau, kok, kelihatan dari gelagat lo," peringat Julio.

Di tengah keributan ini, Nila malah fokus pada wajah Julio.

Dasar bocah gendeng.

Kedua tangan cewek itu menutup muka. "Ya Tuhan, gue malu ...."

"Santai, Cia," ungkapnya tertawa kecil. "Jugaan, gue udah naksir sama cewek lain."

Mendengar hal itu, Nila langsung mendekatkan sedikit telinganya ke arah Julio. Cowok itu melihat tingkah konyol Nila. Perilaku cewek tersebut membuat sang pria tersenyum kecil.

Lucu, batin Julio.

"Dia anak basket di kampus?" Cia jadi kepo. Siapa tahu saja Nila adalah wanita idaman Julio.

Julio mengangguk. "Iya."

Cia tersenyum senang. Entah kenapa dia tak sakit hati sama sekali mengetahui cintanya bertepuk sebelah tangan. Ia malah senang bahwa Nila ada peluang untuk dekat dengan Julio. "Baguslah."

"Nanti gue ceritain di WA," ujar Julio.

Cewek itu mengacungkan jempol. "Oke."

"Lihatin sekalian chat kita nanti ke cowok lo biar dia gak marah," peringat Julio.

Cia mengangguk. "Iya."

"Gue lanjut kerja dulu."

"Iya, Kak."

Ketika Julio hendak beranjak, ia lupa akan sesuatu. "Oh, iya. Lo gak nyamperin cowok lo?"

"Nanti aja dia nyamperin."

Julio berusaha mengusir halus cewek itu. "Kagak," ungkapnya. "Cepetan, gih, samperin."

Cia paham bahwa Julio ingin duduk dengan Nila. "Iya." Kemudian, cewek itu menghampiri meja Neron dan kawan-kawan.

Setelah Cia pergi, Nila membuka topik pembicaraan. Ia berusaha untuk tenang, walaupun hati jedag-jedug. "Hm, Kak. Lo gak balik kerja?"

"Enggak, ah. Jugaan ini cafe temen gue, ada anak training juga yang disuruh bantu. Kalo dia nanya gue, baru gue bantuin."

Nila mengangguk paham. "Oh, gitu."

"Kenapa? Lo gak suka?" tanya Julio bertubi-tubi.

Sontak, Nila menggeleng panik. Kacau sudah pendekatannya dengan Julio. "Bukan gitu ...."

Julio mengangkat sebelah kanan alisnya. "Terus?"

"Takut lo dimarahin Bos," jawab Nila.

"Kok, perhatian banget, hm?"

Nila menggeleng lagi. "Gak bermaksud untuk perhatian."

Julio memajukan bibir bawah. "Yah, gue kecewa."

"Maaf."

"Gapapa," ungkap Julio tersenyum tipis. "Besok gue libur, lo mau gak nemenin gue nonton film horror? Gue takut nonton sendirian."

"Mau aja, sih. Tapi, gue jemput lo di mana, Kak?"

Julio terkejut mendengar penuturan Nila. "Lo yang jemput? Gue lah, anjir. Ngapain gue nyuruh cewek jemput cowok?"

"Oh, gitu, ya, Kak ...." Nila selama ini sering bawa kendaraan sendiri ke manapun ia pergi. Walaupun ia punya supir, ia lebih suka mengendarai mobil sendiri.

"Iye. Pokoknya lo tenang aja, besok gue bayarin apa pun yang lo mau."

"Ini bukan sogokan karena lo mau deketin Cia, 'kan?" tanya Nila memicing curiga.

"Enggak, lah. Gue mau deketin lo."

"Serius?"

"Bercanda," jawab Julio.

"Ambil hikmahnya aja, yang penting gue ditraktir."

"Yeu, dasar!" seru Julio. Pria itu perlahan bangkit dari kursi. "Ya udah, gue balik dulu, ya. Nanti gue WA lo."

"Oke, Kak."

Di lain meja, Cia seketika mendadak kalem di depan teman-teman Neron. Pasalnya, Nagara dan Steven adalah pemain favorit Cia kalau menonton bola. Saat klub kedua cowok itu dalam satu pertandingan, ia tak bisa memilih siapa yang akan ia dukung.

Cia awalnya jatuh hati dengan skill menggocek dan mengecoh lawan mereka, lama-lama baru sadar kalau kedua cowok itu mempunyai paras menarik.

Sebenarnya, ia suka menonton Neron saat bertanding di stadion. Namun, sejak kuliah ia jarang bisa langsung ke sana mengingat kesibukan anak kuliah jauh lebih padat dari SMA.

Cia tersenyum canggung. "Halo semua."

"Halo, Cia," sapa Steven. "Lo udah tau, kan, gue siapa?"

Cia mengangguk. "Tau. Gue suka nonton bola, tiga tahun lalu sempet ke stadion sama keluarga pas Timnas tanding uji coba lawan Nabiru."

"Waktu itu berarti Neron belum jadi pemain termahal dan masuk Timnas kayak sekarang, ya?"

"Iya," jawab Cia.

"Jangan berdiri terus, Cia. Santai aja," timpal Nagara.

Cia mengangguk, lalu duduk di samping Neron. Tangan kanan cowok itu memeluk pinggang istrinya, membuat cewek itu sempat menengok. Namun, Cia enggan bertanya karena masih kesal dengan Neron. Ia juga tak mau protes di depan umum.

"Lo ngomong apa aja tadi sama Julio?" tanya Neron.

"Dia bilang gak suka sama gue, katanya gue disuruh bertahan sama lo, itu yang dia mau. Dia juga naksir anak basket, bukan gue."

"Untung gak jadi gue hajar," tutur Neron sembari menepuk pelan meja itu.

"Jangan dikit-dikit pake kekerasan," peringat Cia.

"Tergan—"

"Kalo dibilang jangan, ya jangan, Neron. Oke?" ungkap Cia dengan nada halus. Ia berusaha memberi Neron pengertian dan bisa membedakan yang mana boleh dilakukan, yang mana tidak.

————

Apakah Neron jadi menghajar Julio?

Pesan untuk Cia

Pesan untuk Neron

Pesan untuk Nila

Pesan untuk Julio

Spam "Neron" kalo mau aku next

Spam "Cia" kalo mau aku next

Spam apa aja di sini

400 komen aku update❤️

Next atau unpub?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top