4. KISS AFTER ARGUING
Tekan "3" apabila Anda ingin mempunyai pacar kayak cowok wattpad
Tekan "4" apabila Anda ingin punya sugar daddy
Belum nyampe target, aku udah update lohh hehehe. Lusa aku nyepi, internet pada mati. Jadi, aku update agak panjang. Semoga ga eneg yaa hehehe❤️
Ada harapan untuk Neron gak?
Happy reading❤️
Setelah pertikaian tadi, Neron diam di ruang tengah sembari duduk di sofa, sedangkan Cia di kamarnya. Orang tua Neron baru saja pergi ke mall, katanya mau jalan-jalan berdua saja. Sebenarnya, niat mereka untuk memberi pasutri muda itu waktu untuk menyelesaikan masalah. Namun, sampai sekarang tak ada percakapan di antara mereka.
Neron kini merenungi ucapannya tadi pagi terhadap Cia. Ia jadi berpikir, "Apa gue keterlaluan, ya, sama Cia?" Namun, ia masih tak terima selama mereka menikah, ia baru tahu kalau Cia masih sering chat-an sama Julio.
Sama saja, kan, kayak selingkuh perasaan?
Dia sadar kalau pernikahan ini bukan karena cinta. Akan tetapi, bukankah Cia harus menjaga perasaannya?
Pokoknya, ini semua salah Cia, jadi dia wajar marah begitu.
Ketika ia sedang merenung, derap langkah Cia terdengar menuju ke arahnya dengan wajah ditekuk. Tampaknya cewek itu masih bad mood karena ulah Neron. Btw, Cia sekarang pakai baju kaos crop warna hitam dan celana kulot jeans yang dilapisi sabuk putih di pinggang.
"Gue pergi dulu," ijin Cia pada Neron. Walaupun ia masih kesal dengan Neron, ia berusaha menghilangkan egonya agar masalah ini tidak berlarut.
Neron menatap Cia dari atas sampai bawah. Ia menatap malas cewek itu. "Mau nemuin Julio?"
"Tepatnya ke cafe tempat Kak Julio kerja. Gue mau ketemu Nila," jawab Cia.
Fyi, Nila adalah sahabat Cia di kelasnya dari awal kuliah.
Julio sejak semester tiga sudah kerja sambil kuliah sebagai pelayan cafe. Ia biasanya kerja dari jam tiga sore sampai jam sepuluh malam. Bukannya ia kekurangan duit, orang tuanya juga memang kaya dari warisan dan usaha, ia memang mau mandiri supaya bisa beli barang kesukaannya pakai duit sendiri.
Neron berdecak malas. Masa bodoh kalau ia ketahuan cemburu, biar Cia sadar bahwa tak boleh cari perhatian pada cowok lain, apalagi Cia sudah menjadi miliknya.
Prinsip Neron sejak berhasil memiliki Cia:
"If you dare touch my girl, I will make you stay away from my girl."
Ia tak peduli sebaik apa pun Julio kepadanya. Kalau sampai Julio merebut Cia darinya. Ia tak akan segan membuat cowok itu menjauh dari Cia. Segala cara ia lakukan demi menjaga permata yang susah payah ia miliki.
Neron berdiri dari sofa, menatap tajam Cia. "Kenapa mesti di cafe Julio? Gak ada tempat lain?"
"Emang kenapa kalo gue ke sana?" tanya Cia.
Neron menggeleng. "Gak boleh, kecuali gue ikut," larangnya.
"Ngapain coba lo ikut? Gue mau ngobrol sama Nila."
Neron tertawa sinis, melipat kedua tangan di depan dada. "Gue tau lo mau caper sama Julio, 'kan? Sama aja lo kayak jual diri ke Julio."
Kedua tangan Cia mengepal, wajahnya merah padam, menandakan ia tak kuasa menahan emosi lagi. Dengan napas memburu, ia berucap, "Anjing, gue udah berusaha nurunin ego dari tadi pagi biar gak emosi, tapi mulut lo makin ke sini kayak anjing. Anjing aja gak pernah maki orang, masa lo yang lebih sempurna dari anjing gak bisa ngontrol ucapan lo?"
"Anjing cuma bisa gonggong, makanya gak maki orang," jawab Neron dengan wajah tak berdosa.
"Gue pergi du—"
Belum sempat Cia bicara, Neron sudah mendorong cewek itu ke atas sofa, memegang kedua tangan Cia menggunakan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya mengapit dagu Cia. "Gue belum ijinin!" marahnya.
"Lo udah keterlaluan," ungkapnya. "Lepasin gue!" seru Cia berusaha memberontak.
Pegangan tangan Neron di tangan dan dagu Cia mulai mengendur. "Kasih gue ikut. Gue gak percaya kalo lo gak caper sama Julio di sana."
"Huh, okay!" jawab Cia pada akhirnya. "Lepasin, dong."
"Cium gue."
"Hah?"
"Cium gue, Bolot."
"Lepasin gue dulu, gue janji gak bakal bohong," tutur Cia dengan sungguh-sungguh.
Neron tak tega melihat Cia menderita. Ia pun menjauhkan tubuhnya dari cewek itu tanpa kata.
Cia bangun dari sofa, kemudian mengatur napas sebentar karena masih terkejut akan perilaku Neron. Ia tak tahu bahwa Neron akan senekat itu sampai mendorong tubuhnya ke sofa. "Cium pipi aja, ya?"
Neron mengangguk senang, kedua sudut bibirnya tertarik lebar sampai tulang pipinya terlihat. "Boleh, yang penting dicium."
Cia tertawa gemas melihat tingkah Neron. Ia mulai mengerti mengapa Neron marah, ternyata karena pergi ke cafe yang ada cowoknya. Sepertinya, lain kali ia harus mencari tempat nongkrong yang semua staff-nya cewek.
Dirinya memang sangat peka terhadap Neron.
"Ijin pegang bahu lo, soalnya gue gak nyampe."
Neron bawaannya ingin senyum terus. "Iya, Istriku."
"Istri?" Cia pura-pura nge-lag untuk menyiapkan mentalnya.
"Cia, ih! Jangan nyebelin gitu, By!" rengek Neron mencebikkan mulut.
Cia mengerut kening. "By?"
"Babi!" ralat Neron.
"Terserah lo, deh. Gue mau cium," ucap Cia.
"Iyaaa." Neron sudah tidak sabar.
"Ya Tuhan, semoga lancar ciuman pertama kali ini." Cia merapalkan doa dalam hati.
Setelah merasa siap, ia berjinjit sembari memegang bahu Neron sebagai tumpuan. Wajahnya mendekat ke pipi sang lelaki, mendaratkan dengan pelan benda kenyal milik Cia, membuat Neron memejamkan mata guna menikmati kecupan itu. Durasinya lumayan lama, menyebabkan Neron senang.
Cia menarik bibirnya dari pipi Neron. Jantungnya berdegup kencang, pipi memerah seperti kepiting rebus. Hal itu membuatnya mengalihkan wajah dari Neron.
Tanpa permisi, Neron langsung mengecup pipi Cia. "Makasih," ujarnya setelah mendaratkan bibir di pipi cewek itu.
Cia hanya mengangguk sambil menggigut bibir bawah karena gugup. Bibirnya mendadak kelu, salah tingkah karena perilaku Neron.
Neron tertawa kecil melihat ekspresi Cia, tangannya langsung terulur mengacak gemas kepala Cia. "Ayo berangkat."
***
Sudah dua puluh menit Nila menunggu di kafe, bahkan ia sudah menghabiskan satu slice red velvet cake dan oreo milkshake. Sekarang ia sudah memesan lagi spaghetti carbonara, namun makanannya belum datang. Ia kelaparan karena Cia lama sekali datang.
Nila sudah bosan dari tadi scroll tiktok, isinya hanya komentar negatif yang mendapatkan banyak like. Padahal, kontennya sedang jualan dan memberi resep makanan. Ia berdecak malas. "Nih, bocah lama banget, dah. Apa jangan-jangan dia lagi main trampoline di kasur sama suaminya sampai kasurnya roboh?" gumamnya.
Tanpa ia sadari, Julio sudah berada di depan meja ketika ia mengomel dengan gumaman, membuat cowok itu tersenyum kecil. "Ini makanannya, La," ucap Julio menaruh spaghetti carbonara di atas meja.
Nila seketika menutup mulut. Ia malu, namun tetap stay cool supaya tidak terlihat bahwa ia sedang malu. "Makasih banyak, Kak."
Julio mengangguk. Kedua retina cowok itu mengedar ke sekeliling kafe. "Cia belum datang, ya?"
Nila menggeleng. "Belum, Kak."
"Oh, jadi ini yang bikin lo ngomel?" tanya Julio tersenyum jahil.
"Kedengeran, ya, tadi gue lagi ngomel?" Nila ingin memastikan.
Julio mengangguk.
"Goblok banget gue!" Cewek itu sontak menepuk dahi. Benar-benar malu ia bertingkah bodoh di depan kakak tingkatnya, apalagi selama ini mereka sekedar saling kenal, tak sampai dekat. Itu pun dia kenal Julio karena satu UKM Basket.
"Santai aja kali, wajar lo ngedumel." Julio tertawa kecil. "Gue balik dulu, ya."
"Iya, Kak. Semangat kerjanya!"
Julio mengangguk, lalu melangkah ke tempat waitress berkumpul di dekat dapur.
Di sisi lain, Cia dan Neron sudah sampai di parkiran kafe. Ketika cewek itu hendak membuka seat belt, tangan Neron langsung mencegat. Cia sempat bertanya melalui ekspresinya, namun cowok itu langsung melepaskan seat belt Cia.
"Makasih," ungkap Cia.
Neron mengangguk tanpa ucap. Ia keluar dari mobil, lalu menutup pintu kembali. Kini ia membukakan pintu untuk Cia. "Silakan keluar, Putri Dugong."
Cia berdecak sebal. "Nyebelin banget."
Neron tak peduli akan ucapan Cia, ia malah menjulurkan tangan kanan pada cewek itu.
"Tangan lo kenapa?" tanya Cia.
"Salim dulu sama suami," titah Neron.
Cia mengedarkan pandangan ke seluruh parkiran kafe. Ia takut kalau menyalim tangan Neron, nanti penggemar ceweknya pada marah, apalagi banyak cewek suka Neron karena visual dan skill-nya di lapangan. "Cewek-cewek lo gak marah?"
"Maksud lo fans gue?"
Cia mengangguk.
Neron memegang kedua pundak Cia. "Kalopun mereka marah, itu bukan hak mereka. Cuma lo istri gue, cuma lo punya hak otoriter atas gue, entah duit ataupun tubuh gue."
"Hm, oke ...." Kemudian, Cia menyalim tangan Neron.
Neron mencium punggung tangan Cia. "Selamat nongkrong."
"Lo gak ikut?"
Neron menggeleng. "Nanti aja gue ke dalam, mau nunggu temen gue dulu."
Cia mengangguk paham. "Oke, gue masuk duluan, ya."
Neron mengangguk.
Setelah itu, Cia berjalan ke dalam kafe. Tak dipungkiri aksinya dengan Neron membuatnya sekarang dipandang oleh cewek-cewek di sana. Bukan tatapan sinis, melainkan tatapan kagum dan iri ingin memiliki suami seperti Neron.
"Gila, cakep banget istri Neron."
"Cakepan gue, tapi bohong."
"Kak Cia!" seru salah satu fans Neron.
Cia belum terbiasa ada orang asing memanggilnya. Akan tetapi, ia berusaha untuk ramah. "Iya," jawab cewek itu tersenyum ramah, lalu menghampiri meja cewek itu. Ia duduk bersama Kakaknya.
"Titip salam sama Kak Neron, ya? Soalnya aku nge-fans banget." Mata gadis umur enam belas tahun itu berbinar.
Cia mengangguk. "Iya, nanti aku sampaikan, ya."
"Jangan norak," tegur sang kakak.
"Aku gak norak!" kekeh adiknya.
"Maaf, Kak. Adik saya lancang, dia emang genit, butuh obat gatal." Ia tak enak kepada Cia.
"Iya, gapapa, kok. Santai aja." Cia tersenyum. "Btw, adikmu dan orang-orang tau dari mana kalo aku istrinya Cia? Soalnya aku gak pernah lihat dia upload tentang aku."
"Neron sering upload sg tentang Kakak, mungkin aja Kak Neron malu dilihat Kakak karena bucin sama orang cantik."
"Ah, kamu bisa aja." Cia tertawa kecil. "Ya udah, aku ke sana dulu, ya? Temenku udah nunggu di meja sana." Cewek itu menunjuk meja tempat Nila duduk.
"Iya, Kak."
Cewek yang baru beranjak remaja itu menatap punggung Cia yang kian menjauh. "Ya ampun, Kak Cia ramah banget." Ia kagum dengan Cia.
"Untung aja dia ramah, kalo enggak nanti kamu bisa dijutekin karena tiba-tiba titip salam ke suami orang."
"Sttt, diem!"
Cia pun akhirnya berjalan ke meja Nila, lalu duduk di depan cewek itu. "Maaf, ya, gue lama."
"Tumben banget lo telat? Pasti habis buat anak, ya?"
Cia mendelik. "Mulut lo, anjir."
Nila merengut kesal. "Habisnya lama banget."
Di sisi lain, Julio melihat kedatangan Cia. Ia dengan sigap membawa menu dan catatan kecil ke meja cewek itu. "Eh, Cia udah datang. Lo mau pesen apa?"
"Cheesecake yang original satu dan milkshake cokelat satu."
Julio mencatat pesanan Cia, lalu menaruh catatan itu di sakunya. "Oke, tunggu, ya."
"Makasih, Kak," ucap Cia.
Cowok itu mengangguk, lalu berjalan ke dekat dapur guna memberi catatan itu pada chef.
Nila sempat melirik Julio, namun ia langsung mengalihkan pandangan ketika cowok itu tahu bahwa ia sedang dilirik. "Cia, lo masih naksir sama Kak Julio?"
"Gue cuma suka, sih, gak sampai cinta," sahut Cia.
"Kalo gue naksir Kak Julio, lo gapapa, 'kan?"
———
Spam "Cia" kalo mau aku update
Spam "Neron" kalo mau aku update
Cia udah mau nurunin ego, tapi Neron egois banget :(
Spam apa aja di sini
Aku janji rajin update, bahkan bisa double update kalo kalian semangat komen dan antusias bacanya
350 komen aku update
Selamat hari raya nyepi buat yang merayakan🙏
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top