3. PERDEBATAN DAN CEMBURU
Tekan "2" apabila ingin punya banyak duit
Tekan masalah hidupmu dengan tekan angka "5"
Kalo ada typo, dll, maaf ya guis, soalnya aku ngantuk nulis ini wkwkwk
Kalian biasa tidur jam brp?
Happy reading❤️
Hari ini tepat dua bulan setelah Neron dan Cia menikah. Selama dua bulan, hubungan mereka sama saja seperti sebelum mereka menikah, tetap saja bertengkar tiada henti. Padahal, mereka tidur satu ranjang. Orang tua mereka tahu Cia akan minta pisah ranjang, namun Neron membujuk orang tuanya agar bisa tidur bareng. Toh, udah sah.
Btw, sejak mereka menikah, Cia sudah memanggil Andreas dan Monica dengan panggilan Papa Mama, begitu juga dengan Neron memanggil orang tua Cia.
Neron hari ini menginap di rumah orang tuanya karena tak ada latihan di markas club. Besok ia dan Cia akan balik ke kontrakannya yang terletak di dekat markas club bolanya.
Malam-malam begini memang paling enak kalau baca wattpad sambil rebahan, apalagi cerita yang mengandung unsur 'jleb', terasa lebih menghayati. Bahkan, Cia sampai tak sadar bahwa Neron mengintip isi ponselnya.
Neron tertawa kecil melihat isi cerita itu, isinya hanya begituan tanpa alur seperti cerita yang marak beredar di dunia orange. Tak dipungkiri hal ini membuat orang di luar sana pada berasumsi bahwa wattpad isinya hanya cerita jorok tanpa alur yang jelas.
Ide jahil terlintas di otak Neron. Ia langsung menyerobot ponseil milik Cia, lalu mengangkat benda pipih itu setinggi mungkin agar cewek itu tak bisa mengambil.
Kedua alis menyatu, decakan sebal terdengar dari Cia. Ia benar-benar tak suka ada yang menganggunya saat membaca wattpad, imajinasi jadi buyar. "Anjir lo!"
"Apa, sih?" tanya Neron pura-pura bodoh.
Cia berusaha menjangkau tangan Neron, namun lelaki jangkung tersebut pintar melekukkan gerakan tangan dengan lentur, sehingga tak bisa diambil oleh Cia. "JANGAN REBUT HAPE GUE, ANJING!"
Neron membaca dengan lantang adegan di cerita wattpad yang Cia baca. "Ah, ah, jleb!"
"Bangsat, jangan keras-keras bacanya! Nanti bonyok tau kalo gue baca wattpad dua satu plus! Kembaliin hape gue, woi!"
"HAHAHAHA! Bilang ah, ah, faster dulu, baru gue mau balikin!"
"Anjing, kurang ajar lo!"
Kejadian tak terduga dialami mereka. Mereka terjatuh di atas ranjang dengan posisi Helcia menindih Neron.
"Ya ampun ... kalian kalo mau buat anak tutup pintu, dong. Mama, kan, jadi enak."
Helcia menggeleng. "Mama salah paham ...."
"Selamat buat cucu, jangan ragu tanam benih terbaikmu, Neron!"
"Tapi, Ma—" Ucapan Cia sudah dipotong oleh Neron.
"Ah, jangan malu-malu, Cia," ujar Monica tersenyum penuh arti.
"Mama jangan di sini, Cia dari tadi ngode minta jatah, tapi dia malu," ungkap Neron sengaja memanasi situasi agar Cia terpojok.
Monica tertawa. "Ya ampun, minta aja kali, jugaan kamu istri Neron."
Cia menggeleng cepat. "Enggak gitu ...."
"Jangan digituin terus Cia-nya, dia makin sungkan sama aku. Padahal, kan, wajar aja kalo dia minta jatah, dari pada ngehalu dikasih jatah lewat baca—"
"Diem lo!" Cia membentak sang suami.
"Kenapa mesti diem? Gue cuma ngungkapin fakta kalo lo baca cerita me—"
Monica merasa bersalah karena sudah menganggu acara malam kedua sejoli itu. Ia mengangkat kedua tangan, pertanda menyerah melihat tingkah mereka. "Baiklah, Mama mengalah. Mama pergi." Kemudian, ia pergi dari kamar pasutri muda itu. Tak lupa Monica menutup pintu agar situasi aman.
Setelah dirasa hanya ada berdua saja di kamar, ia langsung memarahi Neron, "NERON, ANJING LO!"
Bukannya takut, Neron malah mencubit kedua pipi Cia, seolah gemas dengan cewek itu. "Kenapa lagi, sih, istriku yang unyu seperti orang-orangan sawah?"
"HAHAHAHA, GAK LUCU!"
"Jangan ngegas terus, Cia," peringat Neron.
Cia berdecak malas. "Gak peduli."
Tiba-tiba, Neron memegang kedua pundak Cia. Dua pasang netra saling menatap. "Lo jadi gak minta jatah?"
Cia sempat merasa aneh dengan perasaannya saat ditatap Neron. Namun, ia langsung menggeleng cepat—mendorong tubuh Neron agar menjauh darinya. "Yang minta jatah juga siapa, anjir?"
"Lo."
"Ngarang!" marah Cia tak terima.
"Emang ngarang."
"Prik banget, sih," tutur Cia menatap malas cowok itu. "Balikin sini hape gue, gue mau lanjut baca."
"Baca uh ah jleb faster sarasa joyko?"
"Ya, ya, ya, semua merek pulpen sekalian lo sebut. Terserah lo mau bilang apa, yang penting lo balikin hape gue."
"Mending kita gituan beneran. Mau, gak?" tawar Neron menaikkan kedua alis bergantian.
"Gak mau, anjir."
"Kenapa?" tanya Neron.
"Pokoknya enggak, Neron. Gue berusaha sabar, nih." Cia merendahkan nada suara. Ia sadar bahwa suaminya memang agak gila. Yang waras harus sabar.
"Gak usah berusaha sabar, gue gak suka orang sabar."
"Apa aja yang gue lakuin kayaknya lo gak bakal suka, deh, Ron."
"Emang. Siapa juga yang suka sama lo? Jutek, gaje, prik." Nah, ini anehnya Neron. Dia suka sama Cia bukannya malah bicara baik-baik dengan cewek itu, malah diejek terus.
Dikira semua kisah benci jadi cinta akan happy ending seperti di negeri dongeng?
"Gue cuma mau jadi diri sendiri, bukan mau bikin orang kagum. Orang yang deket sama gue pasti tau, kok, gimana sifat asli gue," jelas Cia.
Neron tampak merasa bersalah karena Cia malah serius menanggapi ucapannya. Padahal, ia hanya ingin bertengkar tidak serius agar dapat berinteraksi dengan Cia. "Karena kita udah suami istri, tolong bantu gue biar bisa deket sama lo, ya?"
"Katanya gue jutek, gaje, prik. Masa lo mau deket sama orang dengan sifat negatif gitu?"
Skakmat.
"Gue sengaja mau buat lo baper, habis itu gue jatuhin." Neron tak mau kalah, walaupun dia rada panik jawaban Cia malah di luar dugaan.
"Gak mempan sama gombalan gak jelas. Bahkan, gue gak nangkep di mana letak romantisnya. Yang ada kebanyakan kadar tolol di ucapan lo."
"You more, Tolol. Super duper megatron polytron tolol!"
"Ada aja bahasa lo, anjir." Cia menggeleng heran. Sudah menikah, tapi kelakuan Neron tak ada dewasanya sedikitpun. Status dan umur memang tak menjamin kedewasaan seseorang. "Udah, lah. Gue ngantuk, gak mood baca Wattpad."
"Bodo amat. Kalo bisa jangan bangun lagi. Gue benci lihat lo hidup." Neron sudah terlanjur kesal ucapannya ditanggapi serius terus oleh Cia. Makanya, kini giliran dia membuat Cia sakit hati.
Cia menutupi seluruh tubuh dengan selimut. "Ya."
Neron menatap Cia yang sudah terdiam di balik selimut. "Gue benci lihat lo hidup bahagia sama cowok lain, Cia," gumamnya.
Ponsel Neron bergetar di atas nakas. Ia mengambil benda pipih itu, lalu melihat notifications bar di layar. Tangannya terkepal, wajah memerah menandakan Neron marah.
Julio:
Cia mana? Gue kangen disamperin pas jogging sama dia.
Kenapa lo gak tanya langsung
sama orangnya?
Julio:
Gue udah chat dia, biasanya jam segini on, tapi kali ini off.
"Anjing," gumam Neron melempar ponsel di atas ranjang.
***
Sang surya telah menampakkan sinar, pertanda hari sudah pagi. Hari ini Cia bangun jam tujuh pagi, kemarin Monica sudah bilang ke Cia kalau dia akan ke pasar jam segitu. Jadi, ia berinisiatif membantu mertuanya. Ia tak bermaksud caper, melainkan karena sadar bahwa menikah tak bisa leha-leha seperti dulu.
Di sisi lain, Andreas menghirup aroma nasi goreng buatan Cia. Aroma itu membawanya ke dapur. Ia duduk di kursi depan meja makan. "Selamat pagi, Cia."
Cia menghentikan sejenak gerakan mengaduk nasi goreng. "Pagi, Pa. Duduk dulu, Cia lagi masak nasi goreng buat sarapan pagi ini."
Andreas mengangguk. "Oh, iya, Cia. Kalo untuk Neron, makanannya harus sehat, ya, soalnya dia atlet, harus jaga stamina."
"Iya, Pa," jawab Cia mengangguk paham. "Kalo masakin dia bayam kuah sama salmon panggang boleh, gak?"
"Boleh banget, Cia," jawab Andreas.
"Oke, Cia buat nasi goreng dulu, baru buat makanan untuk Neron."
"Semangat, Cia."
"Makasih, Pa."
Korban selanjutnya dari aroma masakan Cia adalah Neron. Ia melipat kedua tangan di depan dada. Ia jadi berkhayal bisa memeluk pinggang Cia saat cewek itu sedang memasak seperti di film. "Masak apaan lo?"
"Nasi goreng."
"Anjrit, gue gak makan nasi goreng." Neron masih kesal dengan Julio karena menanyakan Cia kemarin. Jadinya, ia lampiaskan rasa kesal itu ke Cia.
"Sabar, nanti dibuatin sama Cia," ujar Andreas.
Neron berdecak malas. "Lelet."
"Neron, kamu nggak boleh gitu, hargai istri kamu," peringat Andreas.
"Aku hanya menghargai orang yang menghargai aku."
"Memang Cia tidak menghargai kamu? Buktinya dia rela masakin kamu."
Cia masih berusaha cuek, walaupun ia mulai sakit hati akan ucapan Neron yang tidak beradab.
Neron terkekeh sinis. "Rela? Berarti dia terpaksa ngelakuin itu biar kelihatan ikhlas?"
"Cari definisi rela di KBBI, Anak Dajjal." Andreas kesal.
"Papa ngatain aku bodoh cuma gara-gara belain mantu yang terpaksa jadi mantu. Ngapain coba dibelain? Nanti dia malah manja. Papa mending gak usah makan nasi gorengnya, baunya aja busuk."
"Kamu kayaknya COVID, ya, sampai salah deteksi aroma makanan. Ketek kamu tuh yang bau karena gak mandi tadi malam," ungkap Andreas.
Ia mencium ketek berbulu lebat seperti akar eceng gondok. "Aku mandi, kok. Nanti malah tambah dihina kalo gak mandi sama si paling bersih."
"Neron! Kamu sebenarnya ada masalah apa?" Andreas naik pitam, tak terima menantunya dihujat, padahal Cia tak ada salah apa pun.
"Bukan aku yang bermasalah, tapi Cia," tutur Neron.
"Cia, kalo kamu nggak kuat denger omongan Neron, kamu boleh, kok, jangan lanjutin masakannya, nanti biar Papa yang lanjutin," ungkap Andreas.
Cia berusaha tertawa santai, padahal sudah sakit hati. "Enggak, kok. Santai aja, Pa."
"Lo mending masuk kamar, mana lama banget masaknya. Lo emang lebih cocok dijadiin pacar dibanding dijadiin istri, gak guna," sinis Neron.
"Neron, kamu mending jangan diam di sini," tutur Andreas.
"Suka-sukaku, rumah-rumahku."
"KALO PAPA BILANG KAMU JANGAN DIAM DI SINI, JANGAN DIAM DI SINI! KAMU HANYA MEMPERKERUH SUASANA."
Neron mencebik kesal. "Belain terus anak orang."
"Cia, jangan dimasakkin Neron, biarin aja dia."
Neron tertawa sinis. "Dasar perusak keluarga orang."
"Daripada perusak mental orang."
———
Ada pesan untuk Neron?
Ada pesan untuk Cia?
Spam emoji kesukaan kamu❤️
Spam "Neron" kalo mau next
Spam "Cia" kalo mau next
550 komen aku update yaa
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top