24. PANTAI
Anjir berasa dibantai aku ngebut ngetik wkwkkwkk. Habis ini aku mau oles tangan kiri lagi pake balsem, pegel sampe nyeri gt bestie wkwkkwk
Lebih suka cimol atau cilok?
Punya mantan berapa?
Happy reading😘
Neron: FUCK, AKU KE VILLA SEKARANG!
Cia tak kuasa menahan tawa tatkala melihat Neron panik, membuat Valerie mendekat ke samping Cia dan mulai penasaran dengan reaksi cowok itu. Ia juga tadi baru saja chat Nagara dan berusaha membuat cowok itu peka dengan perasaannya.
Cia: HEH, JANGAN! AKU CUMA BERCANDA, SAYANGGGGG🥺
Cia: YA KALI AKU KE MALL PAKE BIKINI
Neron: SIALAN KAMU MALAH NGERJAIN AKU!!!!😡😡😡😡
Cia: Maaf ya, Neron. Ini idenya Valerie😚
Neron: Anjir kalian! Awas ya sampe bohong!
Cia: Nggak bakal bohong
Neron: Tapi, Nagara aneh, deh, dia tadi malah mendadak geleng-geleng setelah ngelihat hape. Apa mungkin Valerie ngerjain dia ya?
Cia: Hah? Seriusan aku nggak tau kalo dia jailin Nagara. Emang Nagara dikirimin apa sama Valerie?
Neron: Nggak tau, Byyy. Coba kamu tanyain dia. Ngeri banget tuh bocah, mana mendadak nge-gay setelah lihat hape
Cia: Anjir, ngeri juga. Aku tanyain ke Valerie, tapi kamu jangan ember ke Nagara, ya. Aku curiga Valerie jailin Nagara
Neron: Oke, Sayang😚
Setelah melihat Cia menaruh ponsel di atas nakas, ia simpulkan bahwa cewek itu sudah selesai chat dengan Neron. Ia pun menaikkan kedua alis dengan ekspresi penasaran "Gimana, Cia?"
Cia terkadang masih tertawa mengingat kepanikan Neron tadi. Ia teringat dulu sering dibuat kesal dengan cowok itu, sekarang saatnya balas dendam. "Neron tadi panik, anjir! Bahkan dia mau ke villa nyamperin gue."
"Buangke, ngakak banget!" Valerie ikut tertawa sampai memukul kasur mendengar ucapan Cia. Ia membayangkan betapa paniknya cowok itu.
"Gila emang." Cia menghentikan tawanya. Ia berdeham. "Btw, lo ngirim apa ke Nagara sampe dia geleng-geleng kepala? Kata Neron, dia mendadak aneh setelah lo kirimin sesuatu."
Valerie mengerut bingung. "Hah? Padahal, gue cuma bilang mau ketemuan sama mantan, terus gue salah pencet foto pas gue liburan ke luar negeri sama temen gue dulu di hotel.
"Emang fotonya kayak gimana?" tanya Cia penasaran.
"Bentar." Valerie mengambil ponsel yang ia letakkan di sampingnya, membuka chat dengan Nagara guna mencari foto yang ia kirim. Ia menyodorkannya pada Cia. "Nih."
"Buset, kayaknya dia takut lo ketemu mantan pake outfit gitu. Padahal, gak mungkin kayaknya lo keluar gak kancingin kemeja, apalagi ketemu mantan," tutur Cia.
"Mungkin dia ketar-ketir gue pake baju kelihatan dada ketemu mantan. Takut mantan gue ngerebut gue dari Nagara. Katanya nggak cinta, tapi gengsinya anjir." Valerie berspekulasi.
Cia mengangguk setuju. "Dia kayaknya belum nyadar kalo dia sayang sama lo, apalagi lo sama dia nggak PDKT."
"Iya juga, sih." Valerie menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Terus, gue harus gimana?"
"Diem aja," saran Cia. "Lihat aja besok di stadion, Valerie. Pasti dia semangat ngelihat lo di tribun." Cewek itu mengedipkan sebelah mata.
Sejujurnya, ia juga bingung mau kasih saran apa. Pasalnya, ia tak terlalu berpengalaman di dunia asmara, apalagi Valerie jauh lebih jago pacaran ketimbang dirinya. Salah sasaran ia memberi saran kepada suhu.
Valerie tertawa melihat ekspresi Cia. "Okelah."
"Ayo ke villa lo buat ambil bikini sama baju, lo hari ini nginep aja di villa gue, takutnya nggak ada yang jagain." Cia teringat mereka sore ini akan berenang, namun tertunda beberapa menit karena harus berdebat dengan Neron.
"Oke, Cia. Maaf banget ngerepotin terus."
Cia menepuk bahu Valerie. "Santai, Valerie."
***
Tadi sore Cia dan Valerie sudah berenang di kolam renang dengan view yang menghadap langsung ke pantai. Angin sepoi menyapu rambut kedua wanita tersebut, membuat pancaran pesona mereka kian terlihat. Kini mereka langsung ke cafe dekat pantai untuk makan sekaligus menikmati suasana malam di sini.
Cia tak henti-hentinya mengagumi keindahan pantai dengan alunan musik jazz di sini, belum lagi pemandangan indah yang memanjakan mata membuatnya semakin terpukau. "Indah banget pantai di malam hari, belum lagi ada musik sambil makan seafood. Beuh, kalo bawa pasangan pasti bakal terhanyut dalam suasana romantis."
Valerie dulu sering liburan ke Bali sebelum hamil bersama temannya yang sekarang sudah pindah ke luar negeri guna menimba ilmu. Makanya, dia sudah biasa, walaupun tiap ke sini tetap saja selalu kagum akan keindahan pantai dan alunan musik. Ia tertawa kecil. "Jiah, bahasa lo terhanyut, Cia. Gue jadi pengen bawa Nagara ke sini, deh, tapi sayang dia nggak boleh makan makanan banyak bumbu."
"Sebenernya bisa aja, sih. Pesen sup kepala ikan aja," saran Cia.
Ah, kenapa Valerie tidak kepikiran, ya? Ia baru sadar banyak menu di sini. "Oh iya, ya. Makasih buat sarannya, Cia."
Cia mengangguk. "Sama-sama."
Di sisi lain, seorang pelayan cafe melihat mereka dari kejauhan. Oleh karena itu, ia datang menghampiri Cia dan Valerie dengan membawa buku kecil, pulpen, serta nampan. "Permisi, Kak. Mau pesan apa?" Ia bertanya dengan ramah.
Ucapan sang pelayan perempuan tersbeut membuat atensi mereka teralihkan. Mereka sudah tahu apa yang hendak dipesan karena sebelum berangkat sudah diskusi.
"Ikan bakar dua, yang satu di-take away, yang satu makan sini, calamary satu, kerang bakar satu, nasi tiga, dua makan sini, satunya dibungkus," pesan Valerie pada sang pelayan.
Sang pelayan sibuk mencatat pesanan Valerie. Setelah selesai menulis, ia kembali bertanya. "Minumnya apa, Kak?"
Valerie menengok ke arah Cia. "Lo mau apa, Cia?"
"Es kelapa muda," jawab Cia.
"Oke, es kelapa muda dua, Kak," tutur Valerie.
Pelayan itu kembali mencatat pesanan mereka. Setelah dirasa beres, ia memasukkan cacatan kecil dan pulpen ke dalam saku. "Baik, Kak. Ditunggu sebentar, ya."
"Iya, Kak," balas Cia.
"Boleh saya ambil menunya?" tanya sang pelayan dengan ramah.
"Silakan," seloroh Cia.
Sang pelayan tersenyum sambil membungkukkan sedikit tubuhnya. "Terima kasih."
"Sama-sama," ucap Valerie.
Sang pelayan berjalan ke dapur guna memberitahu pesanan mereka supaya segera dibuat. Apalagi, ia tahu bahwa mereka oranh terkenal, jadi ia tak mau membuat citra restoran jelek karena pelayanan lelet dan tak memuaskan.
"Buset, gue mendadak ngerasa kayak bule, padahal masih di dalam negeri." Valerie membuka topik pembicaraan lagi.
"Sama, Vale. Gue juga mendadak ngerasa kayak bule, suasana sangat mendukung, Bestie," sergah Cia tersenyum tipis.
"Yoi, Cia." Valerie mengangguk setuju.
"Nggak sabar nunggu makanan dateng."
"Gue jadi bodo amat di sini nggak jaga body, yang penting anak gue sehat."
"Tetep jaga kesehatan ya, Valerie," peringat Cia.
"Iya," jawab Valerie.
Setelah itu, percakapan mereka terhenti. Mereka kembali fokus bermain ponsel. Cia memberitahu Neron info mengenai Valerie lewat Whatsapp.
Cia: Kata Valerie, dia bilang mau ketemu mantan, terus kepencet foto seksi Valerie sambil bawa wine di depan kaca
Neron: Burung Nagara murahan juga, lihat gitu doang langsung galau🤣
Cia: Heh, nggak boleh gitu. Dia mungkin lebih khawatir kalo mantan Valerie ngajak balikan, padahal Valerie aja lagi asik makan sama aku di pantai
Neron: Iya, Baby😚
Neron: Btw, jadi pengen makan di pantai :(
Cia: Semangat cari cuan, Sayang😜😘
Cia: Semangat buat pertandingan besok!🥳
Neron: Siap, Sayang. Selamat makan, Cia, jangan lupa mimpiin aku🥰
Cia: Pasti itu mah wkwkwk. Aku makan dulu ya, Neron❤️
Neron: Oke, Cia. Bye bye❤️
Cia: Bye, Sayang🥰
Cia menaruh ponsel di atas meja. Ia menatap Valerie yang sudah selesai bermain ponsel. Kini cewek itu tengah memandang deburan ombak. Suaranya sungguh menenangkan sejenak dari masalah yang ia hadapi.
"Udah gue bilang ke Neron, tapi dia nggak bakal ember, kok," ujar Cia.
"Iya, gue percaya dia nggak bakal ember," balas Valerie. Ia juga tak masalah kalau Nagara tahu bahwa dirinya hanya mengerjai cowok itu. Cewek itu hanya jahil semata, tak ada maksud apa-apa.
Sang pelayan tiba-tiba datang membawa makanan ke meja mereka. Semua hidangan pesanan mereka ditata serapi mungkin agar mereka leluasa makan. "Permisi, Kak. Makanannya sudah datang, nanti minumannya menyusul ya, Kak."
Cia mengangguk. "Oke."
"Selamat menikmati," ujar sang pelayan.
"Iya, Kak."
Sang pelayan pergi dari meja mereka, membuat Valerie menatap punggung wanita itu dari kejauhan. Ia berdecak sebal. "Selamat menikmati congormu, minuman aja belum dateng, Asu."
"Valerie, jangan gitu, nanti Mbaknya denger," tegur Cia.
"Sorry, soalnya gue laper."
Cia menggeleng heran. Ia tahu sifat Valerie yang terkadang menyebalkan membuatnya harus menegur wanita itu. "Ada-ada aja."
Sang pelayan kembali datang ke meja mereka membawa dua es kelapa muda langsung dengan kelapanya sebagai wadah minuman. "Permisi, Kak. Dua es kelapa muda sudah datang. Pesanannya sudah lengkap, ya."
"Sudah," tutur Cia.
"Mari, Kak." Pelayan itu tersenyum ramah.
"Mari," balas Cia.
"Anjir, syukur minumannya cepet dateng."
"Biar nggak ada yang ngomel," sindir Cia pada Valerie. Ia biasanya tak mau menyindir Valerie, namun sikap menyebalkan cewek itu membuatnya tak enak hati dengan sang pelayan.
Valerie berdecak malas. "Lo nyindir gue?"
Cia menutup kedua telinga. "Gue nggak denger."
Valerie tertawa kecil sambil memukul lengan Cia. "Rese lo, Cia."
***
Sejak Nagara melihat chat dari Valerie, cowok itu seringkali menggeleng kepala sendiri, kadang bolak-balik seperti setrikaan karena bingung harus melakukan apa. Neron tak bisa diam melihat sahabatnya begini, takut berpengaruh kepada performa tim besok di stadion.
Neron memutuskan untuk turut berdiri di samping Nagara, menepuk pundaknya. "Bro, kalo lo galau karena Valerie, mending video call dia. Dia lagi makan di pantai katanya."
Nagara menatap malas cowok itu. "Tuh, kan, anjir. Genit banget pake makan sama mantan pake baju gitu."
Neron menatap malas sang pria. Gemas Nagara tak pernah sadar akan kelakuannya. Sebenarnya Neron tak mau ikut campur rumah tangga kedua sejoli itu. Namun, sebagai teman yang baik, ia harus menyarankan yang baik.
"Lo, sih, sering bilang nggak suka sama dia, dimusuhin terus sampe anak orang cemberut. Mampus lo sekarang panas, selamat menikmati api neraka yang membara di hati."
"Udah gue bilang gue nggak cemburu, Sialan! Gue cuma takut anak gue gimana jadinya kalo ibunya gitu."
Neron capek cowok itu terus saja membuat alasan. Membual demi menampik perasaan sayang yang Nagara alami ke Valerie hanya akan menimbulkan konflik yang tak berujung. "Anak lo nggak bakal tau, kan, belum lahir."
"Gue bakal kasih tau biar nggak niru ibunya." Nagara tak mau argumennya dimatikan oleh Neron. Apa pun akan ia jawab, yang penting tidak mati kutu.
Neron berdecak malas. "Bego lo bongkar aib istri sendiri."
"Dia jadi istri gue juga karena insiden, bukan karena cinta," balas Nagara.
"Ngelak terus sampe mampus."
Nagara mengerut kening. Ia heran mengapa Neron seolah memaksa dirinya mengaku bahwa dirinya sayang dengan Valerie. Padahal, ia sendiri tak merasa begitu. "Lo aja yang terlalu berharap gue sayang Valerie."
"Terserah, gue padahal mau ngasih tau kabar Valerie ke lo." Neron masih berusaha memancing Nagara agar mengakui perasaannya.
"Kan, gue udah tau kalo Valerie pergi sama mantannya," ketus Nagara.
"Enggak, anjir. Dia pergi sama Cia."
"Ada mantannya juga, kan?" tanya Nagara sudah malas mendengar topik tentang Valerie.
"Enggak, bego."
Nagara melipat kedua tangan di depan dada, ia tertawa sinis. "Nah, kan, dia bohongin gue."
"Tapi, katanya mantannya bakal nyusul ke sana," ujar Neron.
Nagara berdecih. "Tai, nggak jelas."
"Makanya, telpon dia langsung biar tau gimana keadaan Valerie," saran Neron.
"Nanti gue telpon."
Neron tersenyum puas. Ia menepuk bahu Nagara. "Nah, gitu, dong!"
"Sekarang aja, deh." Nagara berubah pikiran.
"Yeu, plin plan!" seru Neron.
"Biarin."
Nagara mengambil ponselnya di atas nakas, mencari kontak Valerie di Whatsapp. Setelah menemukannya, ia menekan tombol telepon. Benda pipih tersebut ia tempelkan di telinga. Setelah tersambung, ia mendengar suara Valerie.
"Ngapain lo nelpon gu—"
"Woi, Valerie! Lo jangan keliaran sama mantan lo, gue nggak mau tau!" murka Nagara
"Ta—"
"Pulang!" Nagara tak terima bantahan.
"Gue nggak—"
"Cepet pulang, titik."
"Nggak mau, koma."
Nagara mengacak kasar rambutnya. "Jangan bebal kalo dibilangin!"
"Ngapain gue nurut? Jugaan gue di luar sama Cia doang."
"Mantan lo nggak ke sana, 'kan?" Mata Nahara memicing tajam.
"Hm, nggak tau juga, ya ...." Valerie terlihat ingin membuat masalah dengan Nagara.
"Brengsek! Pulang nggak lo?!" Benar saja, cewek itu berhasil memancing emosinya. Nagara tak peduli Valerie hanya mengerjainya atau bagaimana, yang penting cewek itu tak bertemu dengan mantannya.
"Nggak mau, ah ...."
"Sialan! Share loc sekarang juga, Monyet!"
"Nggak mau."
"Valerie, gue udah sabar." Nagara berusaha menahan emosi.
"Gue juga sabar bikin lo sadar kalo gue cuma prank lo." Terdengar suara cekikikan dari cewek itu.
"Ap—" Nagara baru sadar kalau dirinya dipermainkan oleh Valerie. "Hah, anjing lo! Gue jadi bingung lo jujur apa kagak."
"Gue jujur, Nagara. Gue makan cuma sama Cia di cafe deket pantai."
"Siapa yang anter lo pulang nanti?" Nagara khawatir.
"Naik Bagong Car."
"Anjrit, malam-malam gini lo naik Bagong Car."
"Tenang, aman, kok."
"Kabarin gue kalo lo udah sampe villa, jangan di sana sendirian, nginep di tempat Cia dulu." Nagara jadi bawel kalau masalah keselamatan Valerie.
"Iya, Nagara."
"Jangan nge-prank kayak tadi, nggak lucu."
"Iya, pasti gue bakal nge-prank lagi."
Nagara mendelik kesal. "Valerie!"
"Makan dulu, bye!"
Nagara membanting ponselnya ke atas ranjang. Ia menendang tepi kasur. "Bangsat, ini cewek memang gak jelas."
"Lo juga nggak jelas perasaan lo kayak gimana ke Valerie," ujar Neron.
"Diem lo."
***
"Wow, rame juga ya yang nonton."
————-
Seperti biasa sayanggg
Spam "Cia" for next chapter
Spam "Neron" for next chapter
Spam "Nana Cantik" for next chapter
1,8k komen aku update (serius aku tunggu segitu, kalo blm nyampe aku ga update heheh). Kayaknya nggak bisa deh🤪☺️😍😘😂🤣🤣🤪🌚🌚😩🤣☺️☺️🤔😍🤣😍🤣😄😍😂😄😃😀🤣🥲😍🤣😅😂😇😇😇🙂😍😇😇😊🥰😘😘😘😘
Tbc❤️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top