11. EX
Halo guys, maaf telat dikit, soalnya masih bantu orang nikahan sama buat tugas dadakan dari dosen
Lebih baik punya mantan atau nggak punya mantan?
Apa alasan kamu mencintai seseorang?
Apakah fisik adalah faktor utama untuk mencari pasangan?
Happy reading❤️
"Kenalin, gue Valerie, mantannya Neron pas SMP. Kok, lo mau, ya, nikah sama Neron? Aneh."
Cia seketika mengerut kening. "Sorry, memangnya kenapa, ya?" Ia masih berusaha sopan agar tak ada keributan di sini.
"Kaget aja lo bisa mau sama Neron. Diajak ke warung buat ngerokok gak mau, sama cewek gak bisa romantis," jelas Valerie.
Cia terkejut karena baru tahu di mata orang lain, Neron tidak romantis. Padahal, cowok itu kalau sedang berdua sama dia, pasti romantis. "Oh, ya?"
"Iya, Cia. Sorry gue SKSD," ia merogoh tas guna mengambil sesuatu. Ketika ia mengeluarkan benda pipih itu, ternyata berisi tulisan 'Undangan Pernikahan Xavier Ivander dan Valerie Adaire'. Valerie memberikannya pada Cia, "ini undangan buat lo sama Neron."
Cia menerima undangan itu, menatap sekilas bacaan di cover benda pipih tersebut. "Makasih banyak, ya, Valerie."
"Sama-sama," tutur Valerie sembari mengangguk. "Follback ig gue, ya. Yang centang biru, followers 1M."
"Oh, valerieadaire itu, ya?" Cia pernah sekilas melihat selebgram yang seringkali ganti pacar pada masa SMA, namun pada masa kuliah, Valerie tak pernah mempublikasi pacarnya ke sosial media.
"Iya," sahut Valerie. "Kalo gitu gue mau nunggu Nagara dulu di cafe. Lo mau ikut?"
"Nanti aja gue sendiri ke sana," balas Cia.
"Tenang, gue gak bakal embat suami lo, di perut gue udah ada bayi."
"Hah?" Cia nge-bug seketika. Dia terkejut Valerie sudah hamil sebelum menikah. Selain itu, perutnya tak kelihatan kalau cewek itu tengah mengandung. Ia berdeham guna menetralkan situasi yang teramat canggung ini. "O-oh, sorry ...."
Valerie paham bahwa Cia tak bermaksud memojokkannya. Ia tahu di Indonesia tak biasa mendengar wanita hamil di luar nikah. "Gapapa, santai aja," ujarnya. "Mau ngasih salam sama anak gue?"
"Boleh ...," ucap Cia. Ia menunduk ke perut Valerie, menempelkan telinga di perut buncit wanita itu. "Halo, Nak. Sehat-sehat, ya, di sana. Semoga gedenya bisa bikin orang tua bahagia."
"Amin."
Cia kembali berdiri tegak seperti semula. "Maaf kalo lancang, lo calon istrinya Nagara?"
Valerie menggeleng. "Bukan, gue cuma ngidam fotoan sama minta tanda tangannya Nagara. Bayi gue kepengin, nih."
Cia mengangguk paham. "Oh, oke ...," balasnya. "Lo ke sini naik apa?" tanya cewek itu.
"Dibonceng naik motor sama calon suami gue."
Serius, Cia dari tadi bawaannya kaget terus karena spesies seperti Valerie tak pernah ia temukan sebelumnya di sekitarnya. "Hah? Gak kegencet perut lo? Terus, suami lo nunggu di mana?" tanya Cia bertubi-tubi.
Valerie kini mulai mengenal karakter Cia sedikit demi sedikit. Ia kira Cia tidak ramah, apalagi setiap Neron memposting fotonya di snapgram, cewek itu tak pernah memposting ulang snapgram Neron. "Enggaklah, Cia. Dia lagi ada syuting iklan deket sini, nanti aja gue dijemput, kok. Atau gak gue juga bisa naik Bagong Car."
Cia heran Valerie bisa sesantai itu, takutnya bayi itu kenapa-napa.
"Yuk, ke cafe," ajak Valerie pada Cia.
"Sebentar, gue mau bayar ini dulu," ujarnya memperlihatkan jersey dengan nama punggung Neron, syal club Nabiru FC, dan botol tumbler club Nabiru FC."
"Oke," jawab Valerie.
Cia membawa belanjaan itu ke kasir. Ia menaruh benda-benda itu di atas meja.
"Halo, Kak. Ada tambahan lain?" tanya kasir laki-laki itu.
Cia menggeleng. "Enggak, Kak."
Kasir itu mengangguk. Satu per satu barang dipindai oleh pria tersebut di mesin scan. Setelah selesai, ia memasukkan barang-barang ke dalam tote bag karton bertuliskan nama club. "Totalnya sembilan ratus ribu, ya, Kak."
Cia memberi uang sembilan ratus ribu rupiah dari sling bag-nya. "Ini, Kak."
"Uangnya pas, ya."
"Iya."
"Terima kasih, selamat datang kembali."
Kedua retina Cia menatap Valerie yang telah menunggunya di dekat pintu masuk. "Yuk."
Valerie mengangguk. Letak kafe dekat dari toko pernak-pernik klub bola, jaraknya sekikar lima puluh meter dari sini. Langkah demi langkah mereka lewati sampai akhirnya tiba di depan kafe.
"Duduk di sini aja, yuk?" Valerie menyarankan meja makan dekat kaca yang bisa melihat pemandangan stadion.
Cia menurut. Ia dan Valerie duduk di dekat sana.
Di atas meja terdapat dua menu kafe. Keduanya kini sama-sama fokus membaca daftar makanan dan minuman di sini. "Lo mau pesen apa?" tanya Valerie menatap menu.
"Gue mau pesen spaghetti carbonara sama milkshake cokelat. Kalo lo mau pesen apa?" Cia bertanya balik.
"Apa, ya, yang bagus buat bumil sexy manjalita tralala kayak gue?" Ia bingung.
Cia berpikir sejenak. "Steak ayam sama tumis brokoli aja gimana? Tapi, jangan terlalu keras bumbunya."
"Oke." Valerie mengangguk. "Lo udah pernah hamil, ya?" Pasalnya, ia sendiri sebenarnya belum siap hamil, namun karena kecelakaan di kelab malam itu, mau tak mau harus mempertanggung jawabkan perbuatannya dengan pacarnya itu.
"Belum, gue kadang lihat aja di tiktok."
"Oh, gitu ...." Anggukan paham diberikan oleh Valerie. "Btw, lo santai aja, ya, sama gue, jangan canggung."
Cia terkejut tatkala cewek itu tahu kalau dia memang agak canggung berbicara dengan Valerie. "Iya, Val."
"Minumnya gue jus alpukat aja, deh, tapi jangan pake gula," ujar Valerie.
"Oke," jawabnya. "Gue pesenin, ya."
Kedua sudut bibir Valerie tertarik tipis. "Makasih, Cia."
"Sama-sama."
"Mbak!" teriak Valerie memanggil pelayan kafe.
Perempuan muda berbaju kerah polo dengan celemek hitam itu langsung berjalan ke meja mereka. "Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya dengan ramah.
"Mbak, pesen jus alpukat sama steak ayam pakai brokolinya satu, habis itu spaghetti carbonara sama milkshake cokelat satu," ujar Cia.
Ia mengambil nota di saku celemek, lalu mencatat pesanan mereka. Seusai itu, ia memasukkan nota ke dalam saku. "Siap, Mbak. Ditunggu sebentar, ya," tuturnya.
"Ah, palingan lama, makanannya aja banyak," celetuk Valerie, membuat wajah pelayan itu seketika masam.
Cia melirik sekilas Valerie. Ia tak enak hati dengan pelayan itu karena ucapan cewek tersebut membuat ekspresinya tak senang. "Iya, Mbak," jawab cewek itu tersenyum ramah.
Pelayan itu berjalan ke dapur, memberitahu pesanannya kepada juru masak di sana. Ketika punggung perempuan itu mulai menjauh, Cia berujar, "Valerie, jangan gitu."
"Biasanya bohong kalo yang kayak gitu," kekeh Valerie.
"Ya, tapi jangan diucapin langsung," nasihat Cia.
"Iya, Cia." Valerie terkagum akan kesopanan Cia. Ia tahu itu sikap dasar dalam norma kesopanan sehari-hari. Namun, terkadang ia tak bisa menahan sabar. "Lo pasti sering nenangin Neron kayak gini, ya? Gue tau dia orangnya emosian."
Cia seketika tertawa. Sepertinya, banyak orang yang tahu kalau Neron suka emosi. "Iya banget! Gue pertamanya rada capek, tapi pas gue halusin, dia gampang nurut."
Valerie tertawa kecil. "Kayaknya dia udah bucin banget sama lo."
Cia mengedikkan kedua bahu. "Entahlah."
"Kalo lo sendiri gimana sama Neron?" tanya Valerie.
Cewek itu mengerut kening. "Gimana apanya?"
"Gimana perasaan lo ke Neron?" jelas Valerie.
"Pastinya sayang, lah," jawab Cia. Ia harus menjaga image Neron agar orang tak mengira cowok itu mengalami cinta bertepuk sebelah tangan. Di media, seringkali kehidupan Neron dideskripsikan sangat sempurna dan tanpa cela. Ia tak mau merusak reputasi Neron.
"Gue kira karena lo berdua dijodohin, makanya gue ngira belum sayang," ujar Valerie.
"Kata siapa gue sama Neron dijodohin?" tanya Cia.
Valerie tertawa. "Udah banyak kali yang tau, terutama selebgram sama pemain bola pasti tau."
"Kok, pada tau?" Cia masih kebingungan.
"Mungkin pas lewat rumah Neron ngelihat dekorasi buat orang nikah. Lagipula, lo berdua nikah gak sembunyi-sembunyi, kan?"
Cia menggeleng. "Enggak, kok. Tapi, ngundang keluarga deket doang. Gue kaget bisa tersebar ke orang lain, di media aja gak ada beritain."
"Mereka pasti tau, cuma belum saatnya 'digoreng'," ungkap Valerie.
"Emangnya kapan mereka mau umumin?" tanya Cia. Ia perlu was-was, siapa tahu saja ada berita yang dilebih-lebihkan mengenai dirinya dan Neron.
"Biasanya pas AFF. Neron potensial dapat banyak fans dari sana kalo penampilannya bagus dan di atas rata-rata. Gue rasa orang yang jarang nonton bola, kalo ada AFF kemungkinan besar bakal nonton."
AFF adalah kompetisi bola bergengsi di kawasan Asia Tenggara yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali.
Cia mengangguk paham. "Iya juga, sih."
"Valerie, udah lama kita nggak ketemu," ujar Neron baru saja selesai latihan.
"Neron, I miss you so much!" seru Valerie.
Entah mengapa, Cia sedikit tak nyaman ketika Valerie rindu dengan Neron. Takutnya, cowok itu seketika berpaling ke lain hati. Sebenarnya kalau mereka tak terikat status, Cia tak masalah kalau Neron menjalin hubungan spesial dengan siapapun. Akan tetapi, di sini mereka sudah menikah, Cia tak mau ia sampai cerai karena itu.
—————
Seperti biasa heheheh
Spam "Neron" for next chapter
Spam "Cia" for next chapter
Spam "Nana cantik" for next chapter
800 komen + 200 vote aku update
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top