1. GAGAL PDKT
Denpasar, 27 Februari 2022, pukul 01.30
Tau cerita ini dari mana?
Lebih suka cerita uwu atau sad? Jangan yg sesad y🌚
Aku bakal rajin update karena cerita ini ringan, walaupun ga tau jalan ceritanya bakal kayak gimana dan ending-nya kayak gimana WKWKWK. Intinya ga seberat cerita Doom yg kudu mikir
Siap mengisi tiap paragraf?
Ketik "1" apabila anda ingin masuk surga🙏
Happy reading🏴☠️
Pagi-pagi begini memang paling enak kalau jogging sambil pakai airpods di lapangan dekat komplek, hal itu lah yang dilakukan Helcia Peony Billkia, panggilannya Cia.
Dia sebenarnya tipe orang mageran, apalagi kalau disuruh olahraga. Akan tetapi, demi menjaga tubuh tetap langsing dan kesehatannya, makanya dia terpaksa jogging. Selain itu, dia juga memang lagi caper sama Julio—cowok yang dia taksir dari kuliah semester satu, soalnya cowok itu setiap hari Minggu jogging di sini.
Fyi, Julio sekarang semester tujuh, sedangkan Cia semester lima.
Cia hanya sekedar naksir Julio, nggak sampai kayak 'Kalau kamu tak membalas cintaku, aku akan menangis sampai membentuk danau sebagai bukti cintaku ke kamu.' Intinya tak sampai jatuh cinta sedalam-dalamnya.
Memang garing, tapi itu perumpamaan yang tepat untuk perasaan Cia ke Julio.
"Cia!" sapa Julio ketika kedua netranya menangkap keberadaan Cia.
Cia langsung menghampiri Julio dengan senang hati. "Hey, Kak Julio! Tumben agak telat?"
Julio tersenyum kecil. "Wah, lo hapal, ya, jam berapa gue jogging."
Cewek itu merutuki kebodohan yang ia lakukan. Ia langsung berpikir alasan terbaik untuk berkelit. "Gue bisa hapal karena gue sering ngelihat lo jogging di sini."
Lelaki tersebut terkekeh kecil. "Gue juga bercanda kali. Serius amat, Neng Geulis," ujarnya. "Btw, gimana minggu pertama jadi mahasiswi semester lima?" tanya Julio.
Mengingat kelakuan teman setannya di kampus, raut wajah Cia seketika berubah menjadi kesal. "Gila! Baru minggu pertama udah dikasih tugas, mana tugas kelompok, udah gitu dipilihnya sesuai NIM."
Julio mengerut kening. "Emang kenapa kalo sesuai NIM?"
"Kebetulan di deretan gue kebanyakan orang gak mau kerja, giliran dibagiin tugas, gue yang dibilang agak ngatur. Padahal, pas ditanyain 'Kalian mau nyari materi yang mana? Di file udah ada BAB satu bahas materi apa aja, tinggal pilih.' Gue takut gitu kalo gue yang pilihin bagiannya, nanti ada yang keberatan. Terus, gue bilang gini 'kalo udah kepikiran, bisa tulis di sini, ya.' gue malah dikacangin. Kan anjing."
"Susah, sih, kalo udah gitu. Mereka, mah, mau enaknya doang."
"Bener, Kak."
Di sisi lain, Neron memang sengaja jogging di lapangan dekat komplek jam segini karena tahu Cia suka modus pada Julio. Dari gelagatnya sudah terlihat, Bung. Ia ingin menggagalkan PDKT Cia dan Julio. Oleh karena itu, cowok itu langsung mendekati mereka. "Cihuy ... ada orang pacaran, nih. Kiw!"
Cia paling malas kalau ada Neron. Mulutnya julid kayak akun gosip, suka menganggu dirinya pula. Benar-benar bukan cowok idamannya, amit-amit punya pacar sejenis Neron. "Gaje amat lo, Neron Asu!" seru Cia.
"Yeu, tai monyet!" balas Neron tak terima.
Cewek itu memutar malas bola matanya. Ia tak mau meladeni lagi cowok otak separuh ini. Mungkin otaknya sudah disepong oleh vacuum cleaner. Begitu pikirnya.
"Lo cemburu, ya?" Julio bertanya pada Neron.
Neron meliirik sekilas ke arah Cia, tapi cewek itu malah memalingkan wajah. Ia kembali menatap Julio. "Enggak lah, njir. Wajahnya aja judes gitu kayak tukang foto copy gak digaji setahun."
"Tukang foto copy mah kayaknya kalo digaji lancar tetep judes, kayak langganan gue deket kampus," curhat Julio.
"Terus, kenapa lo masih langganan di sana?"
"Murah dan cepet," jawab Julio.
"Oh, sama murahnya kayak Cia ...." Neron sengaja memancing emosi Cia agar mau berinteraksi dengannya.
"MAKSUD LO APA, HAH?" Cia jelas tak terima, wajar dia ngegas. Siapa coba yang mau dibilang murah?
"Apaan, sih, udah sensi duluan? Maksud gue, sama murah hatinya." Neron ngeles.
"Tapi, kan, tukang foto copy-nya jutek!" balas Cia jutek.
"Ya sama kayak lo juteknya."
Cia berdecak malas, melipat kedua tangan di depan dada. "Terserah lo, Neronbion."
"Lo kate gue obat?" tanya Neron.
Sedari tadi Julio memperhatikan interaksi kedua sejoli itu. Kalau dipikir-pikir, ternyata mereka cocok juga, apalagi sama-sama suka memperdebatkan hal yang tidak penting.
Jurusan saja Hukum, tapi perdebatan tak berbobot.
"Ya udah, kalian lanjutin dulu debatnya, gue lanjut jogging, ya," ungkap Julio.
"Tap—"
Belum sempat Cia bicara, Neron sudah memotong omongannya. "Silakan, Bro Julio."
Julio akhirnya pergi dari tempat itu, lalu mencari tempat lain untuk berlari agar memberi space untuk bicara kepada kedua mahkluk mulut besar itu.
Cia menatap punggung Julio yang kian menjauh. Kedua retina beralih ke Neron, serta kedua tangan mendorong dada cowok tersebut. "Anjrit! Cowok jahanam penghuni neraka!" Ia benar-benar murka. Ingin rasanya menggosok otak Neron ke papan cuci agar otaknya jernih.
Cowok itu mengangkat kedua bahu. "Lah? Salah gue apaan?" Neron pura-pura tidak tahu.
Cia jadi terjebak pertanyaan sendiri. Tak mungkin ia jujur pada Neron kalau cowok itu telah mengacaukan acara pendekatannya dengan Julio. "Salah lo itu jadi tetangga gue!" Jawaban tak masuk akal akhirnya ia lontarkan, daripada tak bisa jawab seperti orang bodoh.
Neron mengangkat sebelah alisnya. "Gimana kalo jadi istri gue?"
Cia mendelik kesal. "Ogah! Bisa makan hati gue tiap hari!"
"Dih? Gue cuma nawarin, bukan berarti gue mau jadi suami lo, monyettttt!" ledek Neron. Neron berucap begitu agar rasa sakit hatinya ditolak secara tidak langsung tak terlihat oleh Cia.
Cia menggeleng heran karena kelakuan tetangga aneh yang satu ini. "Prik sumpah."
"You more, anjing," ledek Neron.
"Terserah lo, deh! Gue capek." Cewek itu sudah malas menanggapi Neron. Cowok rese sepertinya memang senang meledeknya sampai puas, ia tahu betul akan hal itu.
"Gue juga."
"IYA, IYA. ANJIRRR. Jangan nyaut lagi, Bolot!" marah Cia.
"Cantik, sih, tapi pemarah," gumam Neron.
Cia mendengar samar-samar bahwa Neron memujinya. "Makasih."
Neron panik ketika Cia mendengar pujiannya. Ia langsung berteriak, "Kuping lo salah denger!"
"Emang lo tau gue denger apaan?" tanya Cia.
Ah, sudah lah! Neron malah makin terlihat bodoh di depan Cia. Sialan, cinta memang bisa menghilangkan wibawa. Padahal, kalau di lapangan bola dia garang, mau lawannya segede Buto Ijo juga dia tidak takut!
Btw, posisi dia sebagai striker di Timnas Indonesia dan club bola—Nabiru FC.
"Minggir, gue mau pulang," ujar Neron, lalu langsung berlari tanpa menunggu respon Cia.
Cia menatap punggung Neron yang kian menjauh. Ia menggeleng heran. "Aneh."
***
Mumpung anaknya sedang jogging, Helena—Mamanya Cia mampir ke rumah orang tua Neron, sekalian mau kasih kue buatannya dan membicarakan beberapa hal mengenai perjodohan Neron dan Cia yang sudah direncanakan sejak mereka SMP.
Sesuai kesepakatan dulu, akhirnya mereka mau menjodohkan anaknya di usia dua puluh dua.
Awalnya, Monica dan Andreas ingin menjodohkan Neron dengan Cia agar cowok itu mendapatkan jodoh yang terbaik mengingat mantan-mantan Neron adalah cewek yang suka berhubungan di luar nikah, hingga selebgram papan atas yang banyak skandalnya di Twitter, namun namanya selamat hingga kini karena fans fanatik yang denial dan melindungi idolanya sepenuh hati, meski tahu itu salah.
Fyi, Neron mulai pertama kali pacaran sejak SMP kelas tiga, dan mantan-mantannya kena skandal dan berhubungan di luar nikah sejak SMP. Untungnya, Neron tak pernah begitu, paling berani ia hanya mencium pipi, itu pun dia takut ceweknya hamil karena dicium.
Pergaulan bebas memang bahaya, apalagi dari kecil sudah bisa melakukan hal yang belum pantas dilakukan.
"Halo, Bu Monica. Saya bawa bolu pandan, nih, kebetulan saya lagi belajar buat kue," ujar Helena menyerahkan kue bolu pandan.
Monica mengambilnya dengan senang hati. "Wah, makasih banyak, Bu Helena," sahutnya. "Silakan masuk."
"Terima kasih." Ia dipersilakan untuk duduk di sofa ruang tamu. "Ngomong-ngomong, tumben Neron gak di ruang tengah? Biasanya dia di sini, kan, main PS kalo lagi gak latihan bola?" tanya Helena bertubi-tubi sembari mengedarkan pandangan ke ruang tengah. Letak ruang tamu dan ruang tengah di rumah ini memang berdekatan.
"Oh, Neron lagi jogging. Mampir dulu lah sebentar di sini," jawab Monica.
"Gapapa, nih?" tanya Helena memastikan.
Monica memukul pelan lengan Helena. "Ya ampun, jangan canggung sama calon besan."
Helena tertawa. "Ah, bisa aja."
Monica berdeham. Tampaknya ia ingin memulai topik yang serius. "Jadi, gimana rencana perjodohan yang kita sudah rancang dari kecil? Umur mereka sudah dua puluh dua tahun, sudah layak untuk menikah."
"Saya pasti setuju. Saya percaya Neron anak yang baik, walaupun hampir setiap hari suka bertengkar sama Cia," tutur Helena.
"Tapi, bertengkar mereka lucu, sih. Kayak kisah benci jadi cinta."
"Semoga saja begitu, ya, Bu."
"Oh, Neron jadi dijodohin, Ma?" tanya Neron baru saja datang dari lapangan dengan handuk yang tersampir di leher, keringat menetes dari rambutnya.
Monica seketika panik. Selama ini, ia tak pernah bilang rencana ini ke Neron. "Kok, kamu tau?"
—————-
Apakah sudah terlihat karakter dari Neron dan Cia?
Tenang aja, ga bakal ada pelakor di sini wkwk
Sad ending atau happy ending?
Spam "Neron" in here👆
Spam "Cia" in here👆
200 komen aku update
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top