⿻⃕⸵Chapter VIII៚݈݇
Vyria dan Rena berhasil lari dari kejaran warga dan sekarang mereka berada di depan penjara kota Ardville, bersembunyi di balik semak sembari memperhatikan gerak-gerik Knight yang berjaga di luar.
"Tck, lebih mudah menyusup sendirian daripada bersama anak kecil." Vy sedikit berkeluh, tapi ia juga tidak ingin meninggalkan Rena.
Ia pun menjelaskan rencananya. "Dengar! Untuk sekarang kau sembunyi saja di sini, aku akan mengalihkan perhatian dan mengalahkan para Knight, lalu mencari kunci dan memberikannya padamu. Aku akan membuka jalan dan melindungimu, dan kau bebaskan mereka. Mengerti?"
Renna menganggukan kepala, pertanda mengerti dengan rencana Vy. Awalnya semua berjalan lanjut, hingga ....
"Hei, Nona!" Tiba-tiba seseorang memanggil mereka, lebih tepatnya Vy. Seorang pemuda berambut hijau lumut beriris mata senada dengan rambutnya, dengan sepatu coklatnya yang berpijak pada dahan pohon.
"Liburanmu sudah berakhir, ada perintah baru dari tuan Argas," ucapnya yang masih berjongkok di dahan pohon.
"Tunggu sebentar, ada yang harus kulakukan. Rena-" Vy terkejut dikarenakan tidak melihat Rena di sana, anak itu sudah masuk duluan dan menunggu Vy di sana.
⿻⃕⸙͎
Sekarang ini Zen berada di kereta kuda bersama Roen, sedangkan Alwen dan beberapa Knight bawahannya menunggangi kudanya sendiri sebagai pelindung dan pemimpin jalan. Roen tersenyum maanis menatap sepupunya. Yang Mulia pasti senang, ucapnya dalam hati. Akhirnya mereka bisa melepas rindu.
"Sang Peramal Agung mengatakan 'Generasi kesepuluh di tanah kelahiran, dialah sang penyelamat,' dan orang yang dimaksud itu adalah dirimu." Roen menjelaskan.
Zen masih terlihat bingung. Roen pun mengusap wajahnya gusar, kemudian bertanya, "Kau tidak ingat apa pun tentang Kerajaan Luce, bahkan tentang dirimu sendiri, yang artinya kau pun tidak ingat bahwa kau seorang pangeran."
Zen sudah menceritakan apa yang terjadi padanya, mulai dari ia terbawa kemari melalui toilet, kelaparan di hutan dan bertemu rubah, lalu mengamen bersama anak jalanan desa Roddle hingga dipenjara atas tuduhan pemeliharaan hewan terlarang. Dan ia sama sekali tidak pernah mengaku bahwa dirinya adalah pangeran. Tentu saja apa yang Zen ceritakan juga membuat Roen bingung.
Roen menarik napas panjang, lalu membuangnya dengan kasar. "Jadi kenapa Alwen memberi laporan begitu?" ucapnya pelan bertanya pada diri sendiri.
Grekk!
"Khiihaa!"
Tiba-tiba kereta kuda mereka berhenti, Roen pun memeriksa keadaan di luar. "Ada apa?" tanyanya seraya turun dari kereta kuda.
"KYAAAAA!"
"AAAAGH!"
Samar-samar terdengar suara teriakan, tepatnya di Kota Giallmont, dan saat ini mereka sudah memasuki wilayah Giallmont.
"Sepertinya kaum Darkness berulah lagi. Saya akan memeriksanya, Anda tunggu saja di sini," kata Alwen. Ia baru hendak melangkahkan kaki, tiba-tiba seekor Bearcat atau binturung jantan berbuli hitam muncul di hadapan mereka.
Bearcat atau binturung adalah adalah sejenis musang bertubuh besar, anggota suku Viverridae, termasuk hewan mamalia dan merupakan hewan karnivora, binturung juga merupakan hewan nokturnal. Hewan ini memiliki keunikan yaitu bisa mengeluarkan aroma seperti popcorn.
Aroma yang dikeluarkan oleh binturung ini kebanyakan berasal dari cairan urin. Menurut peneliti, aroma ini berasal dari salah satu senyawa di dalam cairan urinnya. Nama senyawa ini adalah 2-acetyl-1-pyrroline atau 2-AP yang mana senyawa tersebut juga terkandung dalam popcorn.
Binturung itu memperhatikan mereka, terdiam sejenak, kemudian mengeluarkan aroma khasnya. Oh, tentu binturung di sini berbeda dengan binturung pada umumnya di dunia kita. Ingat, ini dunia sihir!
"Hei, bau apa ini?" tanya salah satu knight.
"Bau? Hmff! Hmff!" Knight lainnya berusaha menciun aroma si bearcat, dan di sinilah masalah dimulai.
"Kau!" Salah satu Knight yang menciun aroma popcorn bearcat menarik Knight lainnya dengan ekspresi marah. "Kau pernah menghinaku saat masih di pelatihan Knight, kan?!"
"HAHH?!" Knight yang ditarik membalas dengan suara keras.""KAU DULUAN YANG MENGHINKU, SIALAN!"
Buagh!
Pukulan pertama tak dapat dibindari, sehingga pukulan kedua pun melayang dari pihak yang dipukul. Para Knight berkelahi. Yap, inilah efek dari aroma popcorn bearcat. Orang yang menghirup aromanya akan kehilangan kendali atas emosi dan pikirannya. Ada sedih sampai tidak bisa berhenti menangis dan ada yang penuh dengan emosi marah seperti yang terjadi pada dua Knight ini.
"Apa yang terjadi?" Zen ikut turun dari kereta kuda.
"Hati-hati! Jangan sampai menghirup aroma yang hewan ini keluarkan!" ucap Alwen waspada, tapi bagi Zen hewan di depan mereka itu lucu. Hewan itu menguap, kelelahan.
"Kau sudah bekerja keras, sekarang saatnya tidur," ucap seorang pemuda bersurai hijau lumut. Yap, dia orang yang tadi bersama Vy. Alwen dan Roen semakin waspada melihat kehadirannya.
"Pfftt! Ahaha! Tenanglah, sekarang sudah waktunya kucing kecilku beristirahat," ucap pemuda itu, sebut saja Nell. Kemudian ia mengambil secarik kertas yang ia simpan di sakunya, laku merobeknya, dan seketika itu juga binturung di hadapan mereka menghilang dipenuhi asap.
Nell menyunggingkan senyum, kemudian kembali mengeluarkan kertas kecil berukuran 7×7 cm namun kali ini dua lembar. Ia menggigit ibu jarinya, lalu meneteskan darah nyaa ke atas kertas tersebut.
"Anima contratta, ti chiamo." Nell merapalkan mantra, ia seorang Summoner. Hewan lain pun muncul setelah mantra diucapkan, yaitu seekor ular piton yang cukup besar ukurannya dan puluhan semut dengan ukuran cukup besar.
Senyum semakin terukir lebar di bibir Nell. "Ayo bermain!" ucapnya. Semut-semut mulai bergerak, mejyebar hampir keseluruh area mereka berdiri. Perlahan mereka menyemburkan kabut dari mulutnya sehingga membuat penglihatan kabur. Ingat ini dunia sihir! Tentu saja kemampuan hewan di sini sedikit berbeda dengan dunia kita.
"Pangera-"
Trang!
Baru saja Alwen hendak menghampiri Zen, tapi tiba-tiba sesuatu menghadangnya, tapi ia tidak bisa melihatnya karena terhalang kabut.
"Jangan ganggu mereka, lawanmu itu aku!"
Trang!
Sosok tak terlihat itu terus menyerang Alwen dengan pedangnya. Namun, dengan nalurinya yang tajam, Alwen selalu berhasil menangkis serangan tak dikenal itu. Tapi walau begitu ia tetap terpukul mundur, akhirnya ia pun terpisah dari Roen dan Zen.
Perlahan kabut mulai menghilang, kini Alwen bukan lagi berada dalam area yang terselubungi kabut, dan sosok yang menyerangnya pun dapat ia lihat dengan jelas. Orang itu ....
"Kau? Rupanya rumor bahwa ras terkutukan masih ada yang tersisa itu benar," ucap Alwen tanpa mengurangi kewaspadaannya. Ia fokus menatap gadis rubah di depannya yang tentu saja itu adalah Vyria.
Vy menyunggingkan senyum, sedikit memutar-mutar pedangnya di udara, kemudian kakinya membuat kuda-kuda, dan menghunuskan pedangnya ke depan.
"Kukira kalian hanya bisa mengandalkan cakar, ternyata kau bisa berpedang juga, Nona," kata Alwen.
"Anda harus serba bisa jika ingin bertahan di dunia ini, Tuan," sahut Vy.
"Kau benar." Sedikit senyuman terukir di bibir Alwen, mengiyakan bahwa perkataan Vy itu benar. Pertarungan pun dimulai.
Vy mengayunkan pedangnya tepat ke wajah Alwen. Namun, pria itu dapat dengan mudah menghindarinya. Selanjutnya Vy berusaha menendang kaki Alwen yang penjagaannya terbuka, tapi lagi-lagi gagal.
"Mantan tangan kanan putra mahkota memang hebat," ujar Vy, tetap fokus pada pertarungannya.
"Tentu saja. Mana bisa aku melindungi pangeran jika aku orang yang lemah." Alwen menyahut.
"Oh ya? Bukankah sekarang pangeran kesayanganmu itu hilang? Apa Anda benar-benar menjaganya?"
Alwen kembali tersenyum, kali ini senyumnya lebih lebar. "Sebentat lagi dia akan kembali. Jadi sebaiknya kalian bersiap-siap."
"Kita lihat saja nanti."
Kembali ke tempat Roen dan Zen. Kabur disini masih lumayan tebal. Roen agak kesulitan karena tidak bisa melihat keberadaan Zen, walau iaa masih merasakan hawa pemuda itu.
"Zen! Kau di-!"
Sret!
Dengan cepat Roen melompati, menghindari sesuatu yang mengarah ke arahnya. Tentu saja itu serangan musuh, si ular piton. Ular itu hanya mengincar Roen, tidak dengan Zen.
"Zen! Masuk ke kereta!" titah Roen berteriak. Ia takut sementara ular piton menyerangnya, gerombolan semut itu menghampiri Zen.
"Kereta? Di mana?" Kabut menghalangi penglihatannya, walaupun kereta ada di belakangnya, Zen tidak biasa melihatnya.
"Aghh!" Terlalu mengkhawatirkan Zen membuat Roen kurang fokus pada pertarungannya. Ia pun terbelit sang ular.
"ROEN!" Kini berbalik Zen mengkhawatirkan Roen. Perkenalan singkat tadi terasa seperti pertemuan dengan sahabat lama.
"Aaaagh!" Roen berteriak lagi ketika ular piton itu mengencangkan bilatannya. Dan gerombolan semut itu benar menuju Zen. Mereka hendak menyebarkan racunnya melalui gigitan.
"Ro ..." Tiba-tiba kepalanya terasa berat. Pandangannya yang sudah terganggu semakin tidak karuan. "R-o ... En ..."
"Pinjamkan aku tubuhmu sebentar." Sebuah bisikan terdengar di telinganya, tetapi ia ta tidak bisa melihat sosoknya. Beberapa kali matanya terpejam. Sesuatu sedang mencoba mengambil alih tubuhnya.
⿻⃕⸙͎
#Chapter VI
Halo👋
Gimana kabarnya? Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan. Mari berburu takjil:)
Sepertinya banyak typo, ya?
Jangan lupa voment nya:)
See you
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top