24. Tentang Identitas Ratu Bangsa Setan

"Mahaparti." ucap Cemani memecah hening. "Itu adalah nama yang Ratu Bangsa Setan karuniakan kepada Seruni."

"Dengan 'ti' seperti 'tip' atau 'thing'?"

"Dengan ti seperti dalam pentil."

"Terdengar mesum sekali."

"Tidak, Yudhistira. Pentil tidak terdengar mesum. Kamu saja yang berpikiran begitu. Tidak heran kamu mendapatkan 1.200 hari di Neraka Honje tempat dosa nafsu mendapatkan hukuman."

Yudhis hanya meringis malu-malu saat Cemani menghinanya.

"itu bukan pujian, tahu!"

Keduanya lalu terdiam dengan sepinya masing-masing. Setelah Cemani menyebutkan nama Seruni berikut cara menariknya keluar dari Panggenan, mereka kehabisan topik pembicaran. Jadilah Yudhis hanya duduk diam sambil mengedarkan pandangannya seantero Neraka Menik. Setiap kali kepalanya ditolehkan, Cemani yang bertengger di atas kepalanya juga ikut berputar. Yudhis malah jadi kegirangan sehingga memutarkan kepalanya mempermainkan Cemani.

Dia baru mau berhenti saat Cemani mencucukkan kelingkingnya ke mata kiri Yudhis, membuatnya pecah mengeluarkan cairan kuning bersemu hijau lumut dan darah yang luber tak keruan.

Cemani lalu melompat dari kepala Yudhis ke atas permukaan bebatuan. "Kalau begitu, sekarang waktunya aku pergi."

"Tunggu sebentar, Cemani." ujar Yudhis melarang. Tangannya sibuk digunakan untuk menutup matanya sebelah agar tak menyemprotkan darah. "Bisakah kau tinggal lebih lama, Cemani? Sepertinya ini saat-saat ketika Amok selesai dari tugas menjadi juri persidangan. Kupikir jika kau bersamaku, dia tak akan berani melanjutkan siksaannya."

"Jadi kamu mau menggunakanku sebagai tedeng aling-aling?"

"Maaf membuatnya terdengar menyebalkan, tapi memang benar aku ingin menggunakanmu sebagai tedeng aling-aling. Mau? Ah, bukan mau, tapi maksudku... boleh?"

"Tidak mau dan tidak boleh." jawab Cemani tanpa jeda. "Ini sudah jadi kewajibanmu, Yudhistira. Jalani saja sambil berharap remisi akan datang."

Yudhis hanya dapat melepas kepergian Cemani dengan mata yang mengkilat berkaca-kaca.

*

Genap 160 hari Yudhis menghabiskan masa hukumannya di Neraka Menik. Tidak kurang karena pemberian remisi, pun lebih karena melanggar hal-hal lain. Meski terkenal akan kebrutalannya, Neraka Menik memang jarang sekali memperpanjang masa hukuman para pendosanya. Tak seperti Neraka Menik dan Neraka Honje yang seperti berlomba menahan pendosanya lama-lama.

Awalnya semua hal terasa sangatlah berat, serasa seperti di Neraka. Bukan. Yudhis memang berada di Neraka, tapi konsep siksaan saat berada di Neraka Menik adalah konsep paling ideal dengan pemikirannya semasa hidup. Dibakar, dicabik, dilindas, dipukul, dirobek, ditebas, semuanya sesuai dengan gambaran siksa Neraka yang sering manusia ilustrasikan.

Selama 30 hari awal, Yudhis mendapatkan siksaan ekslusif langsung dari Amok. Membuatnya merasakan teror nyata dari Neraka Menik. Hukuman dari para setan di Neraka Menik memang sudah mengerikan, namun apa yang Amok lakukan jauh lebih brutal.

Pernah suatu ketika Amok tak melakukan apapun kepada Yudhis. Dia hanya berdiri menjulang di hadapan Yudhis yang duduk bersimpuh karena kakinya belum utuh. Dia hanya berdiri di situ. Hanya menunjukkan bahwa dia ada, seperti hantu yang menatap nanar pada manusia yang berada di wilayahnya. Sekilas tak begitu terlihat bermasalah, namun setelah mengingat apa saja yang sudah Amok lakukan pada Yudhis, dia jadi kalang kabut juga. Kakinya belum utuh, itu sebab dia hanya dapat duduk bersimpuh sembari membayangkan apa yang akan Amok lakukan setelah kakinya sembuh. Pada saat itu, Yudhis hanya dapat berdoa pada dua hal: segera dimatikan atau biarkan kakinya remuk selamanya. Doanya tak dikabulkan.

Tapi itu masih mending. Pekerjaannya selama hidup yang menuntut ide kreatif di atas tekanan membuatnya tahan dengan siksaan mental. Seakan tahu dengan kemampuan Yudhis, Amok mulai menggencarkan siksaan fisik. Dari sekian banyak siksaan fisik yang Yudhis dapat, dia paling tak tahan jika Amok mulai mempermainkan testisnya.

Entah fetish atau bagaimana, Amok seringkali melakukan penyiksaan dengan testis sebagai materinya. Seringnya, Amok akan meremas testis milik Yudhis hingga pecah berhamburan. Jangan ditanya soal rasa, karena itu adalah sensasi yang sangat mengerikan. Detik ketika testisnya mulai diremas saja, Yudhis dapat merasakan linu yang menjalar ke seluruh tubuh. Badannya kaku, semua uratnya kelu, otaknya serasa mandek. Maka, ketika Amok memberi tekanan lebih pada remasannya hingga dua bola kecil itu remuk, seketika itu juga Yudhis merasakan perasaan ngilu yang bertubi-tubi. Seakan ada aliran listrik yang membuat badannya menggelepar bak ikan diangkat dari kolam. Yudhis selalu membenci saat-saat itu.

Pernah juga ketika Yudhis menyebut permasalahan Tahta. Saat Yudhis mempecundangi Amok dengan kata-kata yang mengatakan bahwa Amok sangat kekanak-kanakkan karena hanya dapat melampiaskan amarah kepadanya dan bukannya pada Tahta secara langsung, dia marah besar. Telinganya bagaikan tersiram kuah pedas yang masih mendidih dari kuali, merah menyala. Yudhis baru saja mengeluarkan topik sensitif yang seharusnya tak boleh mencuat.

Maka, hari itu adalah kiamat yang Yudhis rasakan. Amok menusuk perutnya dengan kedua jari tangan yang dirapatkan, lalu merobek kulit perutnya. Sekilas gerakannya seperti Clark Kent saat membuka kancing bajunya untuk memperlihatkan logo Superman dari kostumnya. Hanya saja, saat Amok merobek perut Yudhis yang keluar hanyalah tumpukan usus dua belas jari yang tumpah berikut lendir dari lemak di perutnya. Tanpa merasa jijik langsung saja Amok menarik usus tersebut. Lalu dengan menggunakan badan Yudhis sebagai titik beban, dia memutar-mutarkannya dengan gerakan seperti koboi melempar laso.

Yudhis merasa ngilu setiap Amok memutarkan tubuhnya. Rasa ngilu yang dahsyat karena usunya ditarik lalu diputar-putar hingga terputus. Badan Yudhis terlempar jauh, dengan usus yang sepenuhnya berada di tangan Amok. Belum puas, Amok mengejarnya ke tempat tubuh Yudhis terjatuh. Adegan selanjutnya adalah penyiksaan brutal yang diberikan kepada Yudhis. Sangat brutal hingga jika dituliskan dalam berita koran, sudah pasti akan ditarik oleh lembaga sensor karena konten gore.

Itu adalah 30 hari penuh teror di Neraka Menik. Setelahnya, Amok tak lagi datang setiap hari untuk menghukum Yudhis. Sejak hari ke 31 hingga 160 semua penyiksaan dilakukan oleh para setan seperti umumnya. Yudhis yang sudah mendapatkan pengalaman siksaan langsung dari Amok merasa sudah berada di tingkat master. Semua siksaan dari para setan terasa remeh dibandingkan dengan apa yang Amok lakukan. Meski dia sedikit terkejut juga saat salah satu setan menusukkan pipa besi panjang ke pantatnya.

Kini Yudhis sudah berdiri di jalan utama yang memisahkan kompleks Panggenan ke sisi kiri dan kanan. Ada sekitar 40 orang yang lulus dari Neraka Menik pada saat itu. Jumlah yang cukup biasa karena Neraka Menik jarang sekali memperpanjang masa hukuman. Dalam kesempitan itu, Yudhis mencari celah dengan menyelinap ke gang-gang kecil Panggenan.

Di depan para setan yang sedang menyiapkan makanan dan menjemur pakaian, Yudhis meneriakkan nama Mahaparti seantero Panggenan. Tak ada jawaban. Yudhis lalu berlari ke sisi yang lain, meneriakkan nama Mahaparti untuk kali kedua. Masih tak ada jawaban. Yudhis sedikit frustasi karena Seruni bukan setan yang tinggal di Panggenan Neraka Menik.

Yudhis lalu kembali ke barisan untuk mendapatkan rajahan mandala berbentuk menik di punggungnya. Saat Amok menempelkan tangannya ke punggung Yudhis, keduanya hanya dapat bersitatap dengan mata yang memancarkan aura dendam ingin saling membunuh.

*

Cemani berlari-lari kecil di lorong keraton, sedikit melompat karena saat ini dia merasa sangat senang. Tak mungkin ada makhluk lain yang lebih senang darinya saat itu. Dia berjingkrak karena baru saja mendapatkan mainan baru. Lapisan berenda pada roknya berkibar naik turun mengikuti gerakan Cemani, seakan turut bersuka cita dengan apa yang dialami Cemani.

Saat ini Cemani sedang berada di Panggenan Neraka Edelweis tempat dosa tamak mendapatkan hukuman. Berbeda dengan Raja dan Ratu lain yang harus mendapatkan izin untuk memasuki Neraka yang bukan miliknya, Cemani tak terikat dengan aturan tersebut. Rajahan tengkorak bermahkotakan ketujuh mandala Neraka berikut mandala Neraka Anthirin di punggungnya sudah jadi tiket yang membuatnya bebas memasuki Neraka manapun. Hanya surgalah tempat yang sejauh ini tak bisa Cemani langkahi.

Dia berjalan santai di gang-gang kecil yang memisahkan bangunan-bangunan penuh rongsokan besi di berbagai sudut. Semua setan yang melihat kedatangan Cemani pun menghentikan gerakan mereka demi dapat bersujud menyembah di hadapan Ratu dari bangsanya.

Cemani lalu berjalan gontai menuju ke salah satu gudang berisikan emas dan batu mulia. Di sana ada banyak setan yang bertugas untuk mengirimkan barang-barang berharga tersebut ke Dunia Makhluk Hidup agar manusia jatuh dalam ketamakkan. Pada seorang gadis berpenampilan umur 15 tahun, Cemani menghentikan langkahnya.

Gadis itu adalah Seruni, yang kini merasa terkejut karena bertatapan langsung dengan ratunya. Sontak dihentikan pekerjaannya. Adegan selanjutnya adalah saat dia dan semua setan di gudang tersebut bersujud menyembah junjungannya, Ratu Cemani dari Neraka Anthirin.

Cemani meminta Seruni bangkit dari sujudnya. Saat itu terlihat muka yang merah merona seperti fansgirl saat bertemu idolanya. Seruni yang tak kuasa membuat kontak mata dengan Ceman hanya dapat melemparkan pandangannya ke samping.

Cemani sangat cantik, begitu kira-kira apa yang ada di pikiran Seruni.

"Mahaparti, maukah kau mati untukku?"

"Baik! Mau! Tentu saja aku bersedia mati untuk junjungaku, Ratu Cemani. Sejuta kalipun kumau!" jawab Seruni tanpa jeda. Dia lalu menampar pipinya memberikan hukuman pada diri sendiri. "Ah, maaf! Maaf! Aku yang setan murahan seperti ini tak berhak menyebutkan namamu yang begitu indah, oh ratuku. Akan kupotong lidah yang biadab ini."

Cemani sudah menarik lidahnya keluar, namun Cemani menahannya.

"Itu tidak perlu." jawab Cemani tak mengurangi kharismanya.

Seruni menangis tak karuan karena Cemani membelaskasihaninya. Sebagai balasan, dia segera beranjak dari tempatnya berdiri untuk pergi ke tempat sepi sekiranya Cemani tak dapat melihat mayatnya yang hina-dina setelah bunuh diri.

"Kalau begitu saya pamit dulu, oh ratuku." ucap Seruni unjuk diri.

"Oh ya, satu lagi. Jangan lupa seret manusia yang jadi tuanmu saat kamu bunuh diri.

"Baiklah, ratuku. Aku akan menyeret Wakra untuk mati bersamaku." jawab Seruni seraya menghilang dari hadapan Cemani. Ada kegirangan maha dahsyat yang terpatri di wajahnya. Dia sangat senang dapat mati demi Ratu Cemani yang diidolakannya.

Wakra adalah tuannya Seruni saat mereka berdua menjalin kontrak untuk pesugihan usaha jual beli emas. Wakra pula yang menjadikan Yudhis tumbal sebagai ganti saat Seruni meminta anaknya. Seruni dengan wajah penuh senyum nan sumringah akan menghampiri Wakra untuk diambil jiwanya. Biasanya, jiwa pengabdi setan akan dijatuhkan ke Neraka Anthirin saat mereka mati. Namun karena Cemani menyuruh Seruni untuk menyeret Wakra saat bunuh diri, maka jiwa Wakra akan menghilang dari eksitensi manapun. Seruni dan Wakra, keduanya mati dengan menghilang tanpa menjejakkan apapun di Dunia Makhluk Hidup. Hilang dalam keadaan paling hina karena nyawa yang berakhir dicabut oleh setan, bukannya oleh malaikat kematian.

Cemani tersenyum simpul. "Dengan begini Yudhis tidak akan bisa menemukan Mahaparti."

*

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top