[26]
Wanita Kuat (6)
Sooyoung: Bocah-bocah pada kemana deh?
Yoona: Nggak tau nih. Dari tadi gue telponin nggak ada yang jawab
Tiffany: Mana udah jam segini
Tiffany: Masa nyasar sih?
Yuri: Yakali Fan, tiap hari bolak-balik juga
Jessica: Hlh, biarin aj
Sooyoung: Mana bisa gitu njir
Jessica: G penting
Tiffany: Ih Jessie jangan gituu
Yoona: Krystal mah nggak penting
Yoona: Anak-anak yang lain penting
Taeyeon: Affh jngan-jngan Krystal yang bawa mereka buat mlakukan ksesatan? 😱
Jessica: Y kli
Yuri: Jess lo gimana sih malah ngeiyain
Yuri: Teyon juga jangan gitu ah
Jessica: Y kn fkta Krystal tukang mnyesatkan
Sooyoung: Tapi semua anak kita sesat sih...
Sooyoung: Manuk akal
Tiffany: Ihhhh
Tiffany: Anak kita belom balik kalian malah suudzon gituu
Yoona: Palingan mereka ngelakuin hal abnormal kayak biasanya Kak
Sooyoung: Nah iya tuh
Sooyoung: Palingan bentar lagi ada telepon dari BK
Tiffany: Ywdahlah kita tungguin bentar lagi
Tiffany: Tapi gue khawatir mereka kenapa-kenapa, nggak mobil lagi hari ini
Yuri: Lah, tumben
Tiffany: Iya katanya bosen pengen naik angkot aja
Yoona: Masa naik angkot nyasar sih
Jessica: Udhlh tngguin aj
Yuri: Gue ada ide
Yuri: Biar gue cari mereka, ntar gue kabarin
•••
Mata Lisa pelan-pelan kebuka gara-gara dengar suara berisik bapak-bapak ketawa. Kepalanya sakit banget dan pandangannya muter-muter. Dia geleng-gelengin kepalanya buat usir rasa sakit plus pusing itu. Lalu loading sebentar buat ingat-ingat apa yang udah terjadi.
"Pssstt, bangun juga lo."
Lisa kaget dengar bisikan Krystal tepat di sebelahnya. Tapi dia nggak bisa noleh sempurna ke arah cewek itu gara-gara mereka diikat jadi satu.
"Lah, apaan ini?"
"Jangan berisik!" sergah Krystal sedikit berbisik karena suara Lisa kenceng. "Kita diculik."
"Anying, kok bisa?!"
Lalu Lisa mulai ingat sedikit-sedikit kejadian pas mereka pulang sekolah. Waktu itu mereka nyari-nyari angkot. Sekitar sekolah kalau udah masuk jam limaan suka susah nyari angkot. Kebetulan juga mereka pulangnya mepet karena Wendy sama anggota-anggota basket ada ekstrakulikuler.
Karena Yeri udah marah-marah pengen cepetan pulang, alhasil mereka naik taksi yang mangkal nggak jauh dari sekolah. Mereka udah nggak peduli itu taksi abal-abal atau apa, langsung naik aja. Mereka misah jadi dua kelompok dan naik dua taksi.
Yang terakhir Lisa ingat, sopirnya belok ke arah yang berlawanan sama rumah. Lalu nggak tahu gimana lagi sampai mereka di sini.
"Yang diikat sama kita satu lagi siapa Kak?" tanya Lisa sambil lihat sekeliling.
Nggak jauh di sana ada Yeri, Jennie, sama Irene diikat bertiga juga. Lalu satu lagi Joy, Rose, Wendy, sama Seulgi.
"Jisoo."
"Belum bangun ya?"
"Belum, mending kita bangunin."
Lalu mereka pelan-pelan coba guncang-guncang badan Jisoo. Bapak-bapak yang tadi ketawa berisik di dekat pintu belum nyadar mereka udah bangun.
"Ji, bangun woy!" bisik Krystal.
Beberapa detik berlalu, sampai tiba-tiba Jisoo kebangun heboh.
"OM JANGAN OM!" Jisoo teriak, masih kebayang-bayang pas di taksi sebelum mereka pingsan.
"Diem goblok!" hardik Krystal, takut-takut ngelirik ke arah bapak-bapak di pintu, yang sialnya nyadar dan buru-buru nyamperin mereka.
Tapi berkat teriakan kaget Jisoo, teman-teman mereka yang lain jadi ikutan bangun.
"Bagus, kalian udah bangun," kata bapak-bapak yang pakai jaket hijau pakai ketawa serem. Tapi kayaknya itu nggak ngaruh buat mereka.
"Apa sih Pak, sok villain banget," komentar Jennie sambil nguap. Sebenernya dia udah bangun dari tadi, tapi malah lanjut tidur.
"Heh! Kurang ajar bocah!"
"Nyenyenye," ledek Jennie lagi.
"Kalau mau nyulik bawa ke gedung yang bagusan dikit kek. Gembel banget di sini." Irene tambah panas-panasin suasana.
"Minimal setelin lagu Pak." Ini lagi, Joy ikut-ikutan.
Bapak satu lagi yang pakai baju putih nyamperin mereka bertiga dengan gestur geram. Mereka bertiga yang disamperin, semuanya teriak panik.
"Diem kalian!" bentak bapak-bapak jaket hijau. "Sekarang, telepon orang tua kalian!"
"Nggak ada hp-nya Bang, kocak lo," jawab Yeri, makin bikin panas bapak-bapak itu.
Bapak jaket hijau nggak jawab. Dia taruh kotak yang isinya hp-hp mereka semua. Kemudian Krystal dapet ide super cemerlang.
"Hp saya aja, Pak," usul Krystal sambil intip kotak itu. "Itu, tuh. Yang softcase-nya gambar muka cantik saya."
"Narsis banget lo Kak, baru tahu gue," Lisa komentar.
"Bacot ah. Ini bentuk self love karena gue nggak pernah disayang Jessica."
Aduh kasian.
"Jangan nyuruh-nyuruh saya mau ambil yang mana!" Bapak jaket hijau ngegas lagi, kayaknya darahnya tinggi deh.
"Idih, dikasih saran begitu. Bapak mau minta tebusan kan? Nah itu Mami saya tajir melintir."
Bapak jaket hijau diem sebentar. Lalu nurut ambil hp Krystal dan sodorin benda itu minta password.
"Njir, nyulik aja nggak modal nyari nomor Mami kita," bisik Wendy yang dianggukin setuju sama Seulgi.
Di sisi lain, di rumah Sooyoung dimana para Mami ngumpul, mereka pada tegang sewaktu hp Jessica bergetar dan nunjukin ada telepon masuk dari Krystal.
"Apa lo?" jawab Jessica.
"Anak anda kami sekap. Kalau mau bebas hidup-hidup, kirim uang 500 juta per anak."
Jessica diem sebentar, lirik para Mami yang lain lalu tekan tombol loud speaker.
"Ada berapa anak?" Jessica tanya lagi.
"Sepuluh anak."
"Oh."
Karena ngerasa nggak puas sama jawaban santai itu, si penculik gertak lagi. "Anak anda kami sekap!"
"Ya udah sih, ambil aja."
Habis bilang gitu, Jessica kena geplak Tiffany di sebelahnya. Tapi mereka cepet-cepet hening lagi biar si penculik nggak curiga.
"Heh, kenapa diem? Mau anak anda mati?"
"Bisa buat lagi."
Jessica kena geplak lagi. Sementara di gudang begitu denger jawaban Jessica, Krystal mencibir, "Punya suami aja nggak, mau bikin anak lagi."
"Kenapa malah telepon ke Tante Jess, sih?" Lisa protes.
"Mami gue kan udah pasti nggak peduli. Penculiknya pasti hopeless minta duitnya, bakal diputer-puterin terus," bisik Krystal.
"Saya mau ngomong sama anak saya. Kasihin teleponnya dulu, baru saya transfer," sambung Jessica.
Penculiknya nurut lagi. Sodorin ponsel ke Krystal.
"Ada yang luka nggak?"
"Nggak. Aman semua. Kata gue sih lo cepetan transfer duitnya."
"Iye, sabar. Yuri udah di luar katanya."
"Hah?"
Krystal bingung dengernya, penculiknya juga bingung. Semua manusia bingung. Nggak bingung kalau udah di surga, katanya Aldi Taher.
Apa sih.
DUAR!
Ada ledakan yang hancurin pintu gudang. Selama beberapa menit seisi gudang penuh asap. Anak-anak pada teriak disana-sini. Lalu ada derap langkah kaki rame yang serbu gudang.
"Jangan pegang-pegang aku!" teriak Irene manjah, walau tahu itu Yuri.
"Ini Tante Yuri, Rene. Ayo cepet!"
"Kenapa pakai meledak segala sih, Mi?!" Seulgi yang udah dilepasin ikatannya sama rekan Yuri protes.
"Biar keren kayak di film-film."
"Emak lo sinting, Kak," bisik Rose.
"Sejak kapan emak kita nggak sinting?" balas Wendy.
Dua penculik itu udah diringkus dalam sekejap. Kesepuluh anak itu takjub begitu lihat ada banyak banget anggota penyelamat mereka. Padahal penjahat yang mau ditangkep cuma abal-abal.
"Mi, kan Mami udah udah nggak jadi tentara, orang-orang itu darimana?" tanya Lisa.
"Mereka semua mantan tentara juga. Pasukan yang dulu Mami pimpin."
Semuanya diem. Mikirin perkataan Yuri beberapa saat.
"Jadi ini bukan dari pihak resmi gitu?"
"Tante nggak lapor polisi dong?"
Diem lagi.
"LAH, BERARTI ILEGAL DONG MISI NYELAMATIN KITA INI? NGELEDAKIN GUDANG BEGINI?"
"Eh, iya juga ya," jawab Yuri dengan bodohnya.
"TANTEEEEEEEE!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top