Melawan Dunia

Lagu: Run Run Rebel oleh Hidden Citizens ft ESSA

–Ree–

Lokasi: Lembah Penyihir Putih


"Tujuan aliansi ini adalah untuk mendobrak sistem yang berlaku sekarang dan membentuk dunia yang lebih bertoleransi," kata Dale dengan serius.

Ree tidak bisa mempercayai pendengarannya. Sebelum ia dapat menghentikan dirinya, Ree mendengus sembari menahan ketawa. Ia langsung menutupi mulutnya tetapi nasi sudah menjadi bubur. Semua orang sudah menatap dirinya dengan tatapan bingung. Terutama Galih yang sudah melotot padanya.

Maka, Ree memutuskan tidak perlu lagi ia menyembunyikan pendapatnya. 

"Maaf," kata Ree masih berusaha menahan ketawa, "Kalimat itu terdengar sangat idealis. Apa yang kalian akan lakukan? Bila kalian berkata ingin menjatuhkan Jagrav, aku masih akan percaya. Tapi apa yang kalian bicarakan... soal mengubah sistem ini tidaklah mungkin. Sistem hanya dapat diubah bila para dewa yang mengubahnya. Apa yang kita, manusia, bisa lakukan ketika garis hidup kita sudah didesain sedemikian rupa oleh para dewa?"

Ree terkekeh kembali. Kali ini ia tidak menutupi mulutnya. Ia biarkan semua orang melihat senyumannya. Biarkan mereka sadar bahwa apa yang mereka harapkan adalah suatu hal yang belaka.

Tidak ada yang bisa melawan dunia.

Semua orang pada dasarnya hanya mengikuti arus, terombang-ambing mengikuti pilihan yang sudah ditetapkan untuk hidupnya dan memiliki ilusi bahwa kebebasan memilih jalan hidup itu nyata.

Tidak ada yang memiliki kehendak bebas.

Ree sudah membuktikan itu.

Sembilan belas tahun hidup dan sebelas tahun berlari dari takdir. Ia tidak pernah berhasil. Lebih parah, ia tidak pernah dapat bebas sekalipun.

Semua orang di ruangan itu terdiam tatkala kata-kata Ree mulai memasuki sanubari mereka. Ree pikir mereka semua akhirnya menyadari betapa tidak bergunanya berusaha melawan sistem yang sudah dibuat para dewa dan dewi. Namun, tak disangka, Galih malah menertawai Ree. Tatapan Adipati dari Judistia itu begitu menghujam Ree, berikut tatapan semua orang.

Ree merasa ada satu hal lain yang belum mereka katakan. Dan hal itu berhubungan dengan dirinya.

Namun apa yang dapat membuatnya terhubung dengan rencana mereka?

Apa yang...

Ree menyadari kesalahannya. Ia menatap Penyihir Putih di balik topengnya. Penyihir itu membawa Ree ke lembahnya, ke dalam lingkaran aliansinya, untuk suatu tujuan. Penyihir itu yang jugalah seorang Dewi yang dulu membimbing Ree di masa kecil, telah merencanakan semua hal ini.

Anielle membawa Ree ke lembahnya dari Turnamen Mentari karena begitulah takdir yang telah terancang untuk Ree.

Anielle selama ini menggiring Ree untuk memenuhi ramalan.

"Di situlah kau datang, Putri Pertama," kata Galih dengan lirih, "Kau adalah satu-satunya yang dapat membantu kami menarik akar sistem bobrok ini."

"Karena kau adalah satu-satunya yang memiliki kontrak dengan Dewi Kara, Ibunda dari segala dewa." Senyuman Adipati itu melebar.

Ree menelan ludahnya kasar. Kairav sempat berusaha memegang pundaknya tetapi seakan jemari Kairav membuat kulitnya mendidih, Ree menghindari sentuhan pria itu. Ia menatap Kairav, berpikir apakah selama ini pria abadi itu mengikuti permainan Penyihir Putih?

"Maksudmu?" tanyanya dengan suara gemetar. Ree telah mengambil dua langkah kecil ke belakang. Namun tatapan semua orang di ruangan itu masih saja terasa begitu menusuk.

"Kami butuh dirimu untuk melakukan kontrak ketiga dengan Dewi Kara," lanjut Galih dengan suara mantap, "Lalu ketika kau memanggil Dewi Kara menggunakan tubuhmu, kami dapat membunuh dewi itu."

Ree bahkan tidak tahu apa ia masih dapat bernapas. Matanya memanas tetapi ia tidak bisa berkedip.

"Kau pikir dirimu dibawa ke sini untuk apa? Kegunaan dirimu hanyalah sebatas ramalan yang dilimpahkan padamu," kata-kata Galih mulai menusuk Ree.

Kairav merentangkan tangan di depan Ree, mengambil posisi protektif dan berkata dengan nada penuh peringatan ke adipati itu, "Adipati."

Penyihir Putih pun mulai menggenggam pundak Adipati, berusaha menahan pria itu dari berkata-kata kembali. Terlihat tatapan semua orang lain di ruangan menjadi tidak nyaman. Dale sendiri terlihat penuh konflik.

"Kau pikir kau dibawa ke sini karena kami akan menjadikanmu Ratu Judistia?" Adipati itu meludah ke lantai, "Jangan harap aku akan memberikan negeri itu ke tangan seorang bocah yang hanya bisa berlari. Judistia perlu seorang yang bertanggung jawab. Seorang yang mampu membuat keputusan berat. Bukan seorang remaja."

Ree mengambil satu langkah lagi ke belakang. Kata-kata Adipati itu seakan mengantamnya bertubi-tubi.

Kata-katanya seakan menusuknya berkali-kali. Membuatnya berdarah tanpa luka dan membawanya kembali merasa seperti anak kecil di hutan yang hanya bisa menangis. Suara Galih membuatnya semakin merasa kecil. Ia kembali seperti anak kecil di pinggir jalan. Bedanya, kali ini tidak ada Xandor yang merentangkan tangannya. Tidak ada Andreas yang menunggunya pulang.

Tidak ada...

Matanya menatap sosok Kairav. Pria itu sibuk menatap Galih, entah dengan ekspresi seperti apa. Dari belakang, Ree hanya dapat melihat punggung tegak Kairav. Dan di hadapan mereka, semua orang melihat Ree dengan tatapan ragu.

Dadanya merasa sesak. Paru-parunya serasa tak berdaya. Ia butuh udara segar. Ia butuh keluar dari ruangan itu saat itu juga. Bila perlu, ia akan keluar dari lembah.

Ia baru saja hendak memutar badan dan berlari keluar dari pintu ruangan ketika tiba-tiba langit di luar jendela menghitam begitu cepat. Kendati demikian, cahaya matahari di atas langit masih bersinar. Namun kabut hitam seakan menutupi seluruh kota lembah. Kabut itu membentuk sulur-sulur hitam, dan terkadang mereka menyatu dengan bayangan di pelosok kota lembah.

Teriakan demi teriakan rakyat di luar bangunan mulai terdengar, membuat semua orang di ruangan saling bersitatap waswas. Mereka langsung bergerak menuju jendela besar di satu sisi bangunan untuk melihat apa yang terjadi. Hilang sudah ketegangan yang baru saja dibuat oleh Galih dan Ree.

Di saat yang sama, bunyi lonceng berdentang nyaring.

"Gawat!" seru Dale, "Lonceng bahaya dibunyikan. Seorang pemagis telah menyusup kota ini!"

"Pemagis?" tanya Galih, "Bukankah Penyihir Putih melingkari seluruh kota dengan tembok magis yang kasat mata?"

"Sepertinya tembok itu dapat ditembus oleh pemagis ini," kata Kinara. Gadis itu bergerak menuju pintu bersama Dale, Mercurio, dan Kairav. Semua orang mengikuti, mereka mulai saling berteriak pada satu sama lain utnuk memperketat keamanan kota di lembah.

Namun Ree sudah lebih dahulu berlari keluar dari ruangan. Ketika mereka masih bertanya-tanya siapa pemagis yang dapat menyelimuti satu kota dengan kegelapan, Ree sudah terlebih dahulu merasakan ketakutan yang familiar.

Ree mengenali magis ini.

Ia mengenali kegelapan ini.

Para bayangan...

Mengencangkan rahangnya, ia memacu kakinya dengan lebih cepat. Ia harus melakukan sesuatu sebelum seluruh kota benar-benar diselimuti oleh kegelapan para bayangan.

Naga Hitam datang, pikirnya, Apa dia datang untuk balas dendam padaku yang meminjam kekuatannya?





–Bersambung–

ᴋᴀᴍɪ ᴅᴀᴛᴀɴɢ! 


 ꜱᴀʟᴀᴍ, 

 ᴘᴀʀᴀ ʙᴀʏᴀɴɢᴀɴ ʏᴀɴɢ ʀɪꜱʜɪ ᴀᴜᴛʜᴏʀ ʙᴜᴛᴜʜ ᴅᴜᴀ ᴘᴜʟᴜʜᴇᴘɪꜱᴏᴅᴇ ʙᴀʀᴜ ᴍᴇɴᴅᴀᴛᴀɴɢᴋᴀɴ ᴋᴀᴍɪ. ᴄɪʜ, ᴘᴀᴅᴀʜᴀʟ ᴋᴀᴍɪ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ʙɪɴᴛᴀɴɢ ᴜᴛᴀᴍᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ ɪɴɪ!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top