Asal Mula (1)
–Ree–
Lokasi: Lembah Penyihir Putih
Semua mata kian memandang Anielle, berharap pemimpin Aliansi itu akan menjelaskan apa maksud wanita gila di atas meja bundar.
Secara insting, Kairav bergerak mendekati Ree, memasang tubuhnya di antara Ree dan perempuan gila itu. Sementara mata Ree terpaku pada Anielle pula. Jantungnya berdebar begitu cepat, hingga ia berpikir Kairav pasti dapat mendengarnya, karena akhirnya ia akan mendapatkan jawaban dari Anielle.
Jawaban dari semua kesengsaraan di kehidupannya. Jawaban dari semua kehilangannya.
Ia akhirnya akan mendengar alasan mengapa alur hidupnya telah diatur sedemikian rupa. Dan mengapa dunia yang mereka kenal menjadi begitu bobroknya.
Anielle menangkap tatapan Ree, seakan dewi itu mengetahui pikiran-pikiran yang berkelibat di benak Ree. Ia mendesah panjang. Pegangannya pada tongkat kayunya menguat. Anielle tahu hari ini akan datang cepat atau lambat.
Tak ada gunanya mengelak karena takdir lambat laun akan mengejarnya.
"Ini akan menjadi cerita yang panjang," katanya.
Dan sebuah cerita pun dilantunkan saat itu juga. Sebuah cerita yang dirahasiakan selama seabad.
Sebuah permainan rahasia yang tak seorang manusia pun tahu.
–POV Anielle–
Sebelum Turnamen Mentari.
Sebelum sistem kontrak magis berlangsung.
Seribu tahun yang lalu sebelum kegelapan menyelimuti kontinen ini, sebelum semuanya berspiral dalam kelabu yang mengukung semua manusia.
Aku dahulu hanyalah seorang pemagis lulusan akademis magis yang terkenal dan dinaungi oleh kerajaan yang zaman itu berkuasa. Nama kerajaan itu adalah Kertadaya. Dan zaman dahulu, magis lahir secara alami dalam diri manusia.
Tanpa kontrak. Tanpa perjanjian dan pengorbanan untuk para dewa.
Bila aku bisa mendiskripsikan bagaimana magis secara alami itu dengan kata-kata, bisa kubilang seperti mengalun benang-benang kasat mata dan memilin mereka sesuai dengan visi kita. Sebagian besar pemagis terlahir dengan kemampuan menggunakan magis. Hanya sebagian kecil manusia yang dapat mempelajari magis di akademis dan pada akhirnya dapat memanipulasi magis, meski sedikit.
Selain mengajarkan para muridnya untuk mengontrol magis, Akademis Magis Kertadaya, juga meluluskan para pemagis dan mengarahkan mereka ke pekerjaan-pekerjaan yang dapat mereka ambil. Lulusan terbaik biasanya akan diambil serta didukung oleh istana. Terutama mereka yang memiliki jenis magis yang dapat menghancurkan atau jenis magis yang unik. Seperti magis elemental, magis teleportasi, magis membaca pikiran, dan sebagainya. Mereka menyandang gelar tertinggi untuk pemagis, yaitu Pemagis Istana dan dapat bekerja di bidang apapun dan tentunya semua tempat pasti tidak akan menolak Pemagis Istana. Bisa dipastikan hidup mereka akan tenang dan pastinya dengan mudah akan tercukupi. Namun loyalitas mereka berada pada keluarga royal. Dalam arti, apapun pekerjaan mereka, bila istana memanggil, mereka harus menurut.
Sementara lulusan yang tidak bisa dibilang 'terbaik' harus bersaing dengan manusia non-pemagis untuk mendapatkan pekerjaan biasa, seperti koki, petani, pemilik bar atau penginapan. Dalam arti, lima tahun mereka di Akademis bisa terbilang 'tidak berguna' karena magis mereka tidak bisa berkembang sesuai standar istana. Misalnya, seorang pemagis elemental api yang hanya dapat menyalakan api yang kecil, atau seorang shifter yang hanya dapat berubah menjadi tikus.
Beberapa pemagis putus asa di tengah-tengah Akademis karena merasa dirinya tidak akan bisa berkembang atau menjadi Lulusan Terbaik pada akhirnya sehingga mereka memutuskan untuk putus sekolah saja. Sementara yang lain berjuang hingga titik darah penghabisan untuk setidaknya dapat dibilang 'Lulusan Terbaik'.
Karena label itu akan membuat kehidupan mereka lebih mudah.
Karena label itu akan membuka hampir semua pintu di kehidupan mereka.
Tidak penting bila mereka peringkat satu atau peringkat ke-100 dari seribu orang yang mendaftar Akademis. Semua orang hanya mengejar lencana 'Lulusan Terbaik'.
Tidak peduli bila setelah lulus, mereka lupa akan perjuangan mereka dan tidak lagi mengembangkan magis mereka... yang terpenting mereka sudah menyandang gelar itu. Mereka sudah menyandang kunci untuk semua pintu yang ada.
Ada satu hal lagi yang menentukan kelulusan para pemagis. Talenta dan kerja keras memang penting. Namun nyatanya, hal ini terbukti lebih penting lagi:
Uang.
Akademis bukanlah tempat pendidikan yang gratis. Mereka yang mendaftar untuk mendapatkan pendidikan magis tertinggi harus membayar. Dan bayarannya tidaklah murah.
Oleh karena itu, sebagian besar murid di Akademis berasal dari keluarga istana, bangsawan, atau pengusaha yang kaya raya. Lagipula, biasanya hanya anak-anak dari pemagis 'Lulusan Terbaik' yang juga dapat mengikuti Akademis.
Sementara anak-anak dari non-pemagis atau pemagis yang bukanlah 'Lulusan Terbaik' harus terseok-seok untuk membayar pendidikan. Mereka menganggapnya sebagai investasi. Bila anak mereka akhirnya dapat menjadi 'Lulusan Terbaik,' masa depan keluarga mereka dapat terjamin. Namun beberapa anak tidak kuat melihat orang tua mereka berusaha begitu kerasnya sehingga mereka memutuskan untuk mengubur cita-cita mereka menjadi Pemagis Istana. Dan beberapa anak lain, tidak percaya diri dapat menyelesaikan Akademis meski keluarga mereka percaya pada kemampuan mereka. Mereka merasa uang dan energi yang dikeluarkan untuk pendidikan tidak akan sepadan dengan hasil yang dapat mereka bawa pulang sendiri.
Maka, secara kasat mata, terdapat sebuah lingkaran setan; mereka yang miskin, tidak dapat menyandang pendidikan tinggi, dan masa depan mereka pun akan sama dengan orang tua mereka. Sementara mereka yang kaya, dapat menikmati pendidikan tinggi, dan memegang kunci untuk semua pintu.
Menyadari lingkaran setan itu, Raja Kertadaya mulai memberikan beasiswa untuk beberapa anak dari keluarga yang tidak mampu. Ia memberikan beasiswa pertama kali pada empat anak; tiga yang terlahir dengan kemampuan magis secara alami, dan satu manusia yang ingin belajar magis.
Empat anak itu terdiri dari seorang pemagis yang dapat membuat wayang menjadi nyata bernama Wiseman, pemagis elemental angin yang bernama Barro, pemagis yang dapat membentuk apapun bernama Kara, dan...
...akulah manusia yang ingin belajar magis itu.
Kami berempat pikir kami akan mengubah sejarah dan membawa kesejahteraan bagi keluarga kami meski kami memiliki visi yang berbeda-beda.
Wiseman hanya ingin belajar magis lebih banyak untuk menyempurnakan kemampuan wayangnya sebagai bentuk seni. Saat itu, ia hanya dapat membuat makhluk hidup dari wayang yang ia telah buat selama beberapa menit saja.
Kara ingin menjadi Pemagis Istana dan melayani keluarga kerajaan. Dia adalah yang paling ambisius di antara kita.
Sementara Barro dan aku hanya ingin belajar tanpa perlu khawatir soal uang.
Namun, lima tahun di Akademis juga berarti lima tahun melihat segala kebusukan di balik dinding tebal itu. Banyak sekali korupsi, kolusi, dan nepotisme yang berlangsung. Hampir tidak ada penguji yang imparsial di Akademis. Setidaknya, setiap penguji pernah terpengaruh meski mereka berkoar-koar soal kejujuran dan integritas.
Karena nilai-nilai ujian tulis juga memiliki bobot dalam pertimbangan Lulusan Terbaik, banyak murid fokus pada nilai-nilai ujian tulis daripada ujian akhir praktek. Ujian praktek berupa sebuah turnamen di mana semua pemagis diadu satu sama lain hingga sebuah ranking dapat diurutkan pada semua pemagis. Karena ujian praktek ini dipertontonkan oleh satu negara, mereka tidak bisa memanipulasi kemampuan magis mereka.
Namun pada ujian tulis? Di balik dinding-dinding Akademis yang dingin, itu selalu terjadi.
Hal itu sangat mengganggu Kara. Apalagi ketika ia melihat Pangeran Tanjaya yang tidak pernah belajar mendapatkaan nilai sempurna sementara kita berempat yang belajar mati-matian mendapatkan nilai lebih rendah.
Rasa iritasi Kara kian memuncak ketika kita menyadari bahwa selama ini keluarga kerajaan dan royal memiliki sebuah cawan emas yang bila mereka minum dari cawan itu, magis mereka dapat tumbuh berkali-kali lipat. Cawan itu bukanlah rahasia, tetapi kami selalu berpikir bahwa keluarga kerajaan hanya akan menggunakan cawan itu ketika perang atau keadaan krisis. Kami tidak pernah berpikir mereka menggunakannya untuk menjaga agar keturunan bangsawan dapat selalu menjadi Lulusan Terbaik hingga kita secara tidak sengaja menguping pembicaraan Pangeran Tanujaya dan anak-anak bangsawan lain.
Hari itu adalah lima hari sebelum ujian terakhir kami setelaah lima tahun kita berjuang di Akademis.
"Ini tidak adil!" seru Kara di dalam kamarku, "Jadi selama ini konspirasi seperti itu berlangsung dan mereka memperlakukan kita, rakyat biasa seperti orang bodoh karena harus berusaha berkali-kali lipat lebih keras bila ingin mendapatkan kehidupan yang mudah seperti mereka."
"Shhh," Barro meletakkan jari telunjuk di depan mulutnya. "Mereka bisa mendengarmu, Kar. Dinding-dinding ini agak tipis."
"Ini tidak adil!" seru Kara kembali.
Wiseman mengedikkan bahunya sementara aku saat itu terlarut dalam pikiranku sendiri.
"Bagaimana kalau kita curi cawan itu?" tiba-tiba Kara berkata.
Kita semua melongo pada sugesti Kara. "Kau ingin memasuki istana, mengambil cawan emas yang dijaga ketat itu, dan terancam untuk ditangkap lalu dieksekusi mati hanya untuk menjadi Lulusan Terbaik?" tanyaku, "Dengan kemampuan magismu yang dapat mengambil magis orang lain untuk sementara waktu, aku yakin kau dapat masuk ke finalis, Kar. Kau sudah pasti menjaadi Lulusan Terbaik."
Aku kemudian melirik Barro. Pria itu menatap kakinya dengan layu. "Barro, Wiseman, dan aku yang terancam dengan keluarga bangsawan menggunakan cawan itu. Karena perkembangan kami tidak seistimewa tanpa cawan." Suaraku melemah.
Sebagai manusia, aku memang tahu dari aawaal baahwa kemaampuan magisku tidaak akaan bisa sehebat pemagis yang lahir secaaraa aalami. TTtapai kupikir dengan kerja keras, aku akan dapat berkembaang daalam membuat raamuaan serta pengetahuan herbal.
Namun setelah mengetahui kecurangan para bangsawan, aku merasa bodoh.
"Justru karena itu, An," kata Kara. Suaranya menggebu, memancing kita semua untuk melekatkan pandangan padanya. "Kita semua berhak menjadi Lulusan Terbaik dan membawa kesejahteraan bagi keluarga kita. Tidak adil bila hidup enak hanya dapat dirasakan oleh para bangsawan. Mereka curang. Tidakkah kau ingin kerja kerasmu diakui? Apalagi kau tidak terlahir dengan magis An, kau sudah bekerja jauh lebih keras daripada anak-anak bangsawan berengsek itu."
"Hidup tidaklah adil, Kar," kata Wiseman.
"Kalau begitu kitalah yang harus membuatnya adil," Kara menaikkan suaranya. Matanya penuh intensitas. "Aku akan menyelinap masuk istana malam ini. Kalian ikut atau tidak, aku tidak peduli. Bila aku tertangkap, aku tidak akan menyebut naama kalian."
Tidak ada dari kita yang menjawab saat itu juga.
Namun ketika malam tiba, tidak satupun dari kami tinggal di dalam kamar. Tidak satupun dari kami membiarkan Kara pergi sendirian.
Dan malam itu adalah malam pertama semuanya berputar salah.
–Bersambung–
Sudah lama tak berjumpa,
salahkan author (rajam dia)
Sekalian, ayo kita bicara soal pendidikan. Bagaimana menurutmu pendidikan itu? Apakaah penting?
Salam,
Para bayangan yang tahu kamu lagi malas belajar makanya baca wattpad...
Author: Masa lalu Anielle agak panjang jadi akan ada beberapa bab. BTW, maaf banget yang udah baca The Cursed Dragon and His Bride ternyata translasi dari karya itu ga boleh di taro di platform lain selain dreame/innovel jadi aku tarik lagi. Tapi aku ada ongoing (masih awal banget sih) isekai werewolf royal gitu, mau kah?
Maaf lama updatenya, aku usahain lebih rajin
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top