31: Ree yang Baru
Ada rekomendasi lagu untuk chapter ini dan berikutnya?
–Kairav–
Lembah Penyihir Putih
Hidup ratusan tahun telah menumpulkan perasaan Kairav. Lambat laun, tidak ada lagi pijaran api muda di dalam sanubarinya. Ia tidak lagi merasakan kesenangan ataupun kesedihan. Sangat jarang hal-hal di dunia dapat memengaruhi perasaannya.
Tumpul adalah kata yang tepat.
Hal itu menguntungkan bagi Kairav.
Tidak ada perasaan. Tidak ada sakit hati. Tidak ada pusing.
Hingga ia bertemu seorang gadis yang entah kenapa seperti membawa beban dunia di pundaknya. Kemanapun gadis itu berlari, takdir seakan ingin mengurungnya dalam sengsara kegelapan. Mungkin sisa-sisa masa mudanya yang berjiwa pahlawan ingin menyelamatkan gadis itu. Namun ia tahu, ada alasan lain ia merasa seakan ditarik kepada gadis satu ini.
Setelah Andreas –yang menurutnya adalah anak muda yang bajingan, Kairav merasa seperti dalam misi untuk membuat hidup Ree lebih indah.
Ironis, bukan?
Karena sebelum turnamen, ia merasa hidupnya sudah buntu, sudah terlalu lama dalam terowongan yang gelap. Namun setelah turnamen terkutuk itu, ia seakan memiliki alasan baru untuk terus melangkah.
Ree tidak menyadari percikan-percikan yang ia berikan pada orang lain. Tidak hanya satu orang yang berubah setelah bertemu dengannya. Kairav yakin Ree akan terus mengubah pandangan banyak orang.
Gadis itu terlahir untuk membawa perubahan dan Kairav ingin melihatnya tersenyum, menikmati dunia.
Ia ingin membantu Ree untuk melihat itu. Mungkin jika Ree menyadari hal itu, Ree akan lebih sering tersenyum.
Kairav tahu Ree akan berusaha untuk mencari tempat yang sepi dari keramaian. Ia tahu Ree merasa terganggu dengan tatapan banyak orang. Jujur saja, Kairav pikir hanya Ree yang berpikir semua orang menatapnya dengan tatapan penghakiman. Karena bagi Kairav, lebih banyak orang menatapnya karena penasaran. Mereka semua penasaran dengan apa yang Putri Pertama akan lakukan. Itu wajar karena hanya ada satu orang yang memiliki titel Putri Pertama yang sudah diramalkan. Memang ada pula yang menatapnya penuh penghakiman dan Kairav selalu ingin meninju orang-orang itu tetapi tidak seluruh dunia ingin menjatuhkan gadis ini.
Namun Kairav juga tidak menyalahkan Ree untuk berpikir bahwa seluruh dunia menentangnya mengingat masa lalunya. Kairav pun dulu berpikir semua orang hanya dapat menatapnya dengan penghakiman setelah ia menjadi Basma. Lambat laun, ia belajar untuk tidak peduli pada apa yang orang pikirkan. Ia harap Ree juga akan belajar untuk menjadi dirinya sendiri tanpa perlu memedulikan orang lain.
Ketika ia berlari mengejar Ree yang keluar dari gerbang depan Lembah Penyihir Putih, ia membayangkan bagaimana Ree akan bereaksi ketika diberitahu apa yang terjadi di kedai itu setelah Ree berlari. Namun bayangannya harus menguap begitu saja ketika ia tiba-tiba melihat diri Ree berdiri terpaku di tempat. Matanya kemudian menangkap sosok moncong putih yang besar di balik semak-semak. Sebuah cahaya terang benderang muncul dari dalam rahang binatang buas itu.
Saat itulah Kairav merasakan perasaan yang kuat untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Ketakutan merasuk begitu dalam hingga ke tulangnya. Jantungnya berlari sebelum ia menyadari apa yang terjadi. Ia pun tidak sempat bernapas.
Kairav tidak berpikir sebelum tubuhnya berlari kepada Ree. Tidak berpikir bahwa ia akan membahayakan dirinya pula dengan meloncat di antara si naga putih dan gadis itu.
Di pikirannya hanya ada satu hal:
Ia tidak ingin kehilangan Ree.
Tidak.
Ia tidak akan kehilangan Ree.
Namun begitu jemarinya menyentuh Ree, semuanya sudah terlambat.
Cahaya dari mulut naga itu meredup dan tubuh Ree jatuh lunglai ke pelukan Kairav. Dengan cekatan, Kairav memutar tubuhnya hingga punggungnya lah yang menghadap sang naga, antisipasi bila sang naga putih akan mengeluarkan cahaya aneh itu lagi, Kairav akan mellindungi Ree darinya. Ia bahkan tidak melihat keadaan Ree terlebih dahulu, ia langsung memeluk Ree.
Putaran tubuhnya membuat tanah dan debu berterbangan di udara. Untuk sedetik, ia tidak dapat mendengar apapun di hutan itu karena telinganya hanya fokus untuk mendengar deru napas Ree, memastikan gadis itu masih hidup. Jantungnya pun masih berlari begitu kencang, membuatnya memeluk Ree begitu kencang tanpa ia sadari.
Sedetik berlalu dan ia tidak merasakan panas ataupun sensasi aneh di punggungnya. Ia pun menoleh ke belakang untuk melihat apa yang naga itu lakukan. Wajahnya memutar hanya untuk mellihat semak yang kosong. Naga itu telah menghilang begitu saja.
Masih merasa was-was, Kairav memutar pandangannya ke segala arah, berusaha memastikan naga itu sudah betul-betul hilang dari sekitar mereka. Ketika beberapa detik telah berlalu, barulah ia mengembuskan napas panjang dan merilekskan tubuhnya.
"Aw, sakit!" seru Ree karena Kairav mencengkeram pundaknya terlalu keras.
"Maaf–" Suara Kairav terpotong ketika ia mellihat ke bawah ke arah Ree. Di dalam pelukannya, bukanlah sosok seorang gadis yang ia biasanya lihat, bukanlah sosok gadis yang baru saja berlari dari kedai.
Gadis di dalam pelukannya justru berukuran lebih kecil, dengan pakaian yang kebesaran di tubuhnya.
Untuk sesaat, Kairav membeku. Ia berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, tetapi pikirannya seperti berkabut. Ia tidak dapat berpikir.
Karena Kairav tidak kunjung melepaskan si gadis, ia menggigit tangan Kairav, memaksa si pria abadi untuk melepaskannya. Gadis misterius ini kemudian berputar dan melangkah menghindar dari Kairav.
Kairav pun berkedip, tidak percaya akan betapa ekspresifnya gadis di depannya ini yang meletakkan kedua tangan di pinggangnya dengan eskpresi kesal. "Hei, Tuan. Kenapa Anda memelukku sembarangan?"
Pria abadi itu berkedip kembali.
Ia memastikan gadis di hadapannya bukanlah bayangannya saja. Rambut hitam kelam dan mata seperti langit malam. Ia tahu gadis ini, sekaligus tidak tahu.
"Ree?" tanyanya pada gadis yang terlihat berumur sepuluh tahun ini.
Mata Ree membelalak. "Bagaimana kau tahu nama panggilanku? Hanya Ayah dan Ibu yang memanggilku itu. Semua orang lain memanggilku Adishree."
Kairav berkedip untuk kesekian kalinya. "Ree? Tapi kau... kau... menciut..."
Secara tiba-tiba, Kairav menarik lengan Ree dan melihat bagian bawah lengannya. Ia kaget ketika tidak menemukan guratan-guratan luka dan dua titik hitam yang seharusnya Ree miliki.
Dengan kesal, Ree versi kecil ini menarik lengannya kasar. "Jangan sentuh-sentuh, Paman!" serunya.
"Kau kembali ke tubuhmu di masa kecil...?"
"Apa maksudmu?" tanya Ree, "Aku memang masih kecil."
Kairav tertegun melihat perubahan ini. Gadis di depannya adalah Ree, tetapi bukanlah Ree yang ia kenal. Ini adalah Ree sewaktu ia masih kecil. Sebelum semua kejadian buruk yang menimpanya.
"Kau... sangat ekspresif ya...," gumam Kairav, "Ikutlah denganku. Ayo kita tanya mengenai kondisimu pada Anielle."
Mata Ree membelalak kembali ketika mendengar nama Anielle. "Anielle? Kau kenal dengannya?" kemudian ia bergumam, "Mungkin Anielle tahu kenapa tiba-tiba aku berada di sini dan memakai pakaian yang terlalu besar ini..."
Kairav mengangguk. Dugaannya sepertinya benar karena Ree terlihat masih memercayai Anielle.
"Baiklah," kata Ree penuh wibawa, benar-benar seperti seorang dengan status royal, beda sekali seperti kelakuan Ree biasanya. "Bawa aku kepada Anielle, Pak..."
"Kairav," jawab si pria abadi, "dan jangan panggil aku Pak. Aku tidak setua itu." Entah kenapa ia merasa sangat kesal mendengar Ree memanggilnya dengan sebutan untuk pria baya.
"Memangnya kau umur berapa?" taanya Ree dengan polos.
Kairav menelan ludahnya kasar. "Aku menolak menjawab itu," katanya pada akhirnya, "Ayo ikuti aku."
–Bersambung–
Hai, maaf ya telat lagi update nya, ada satu update lagi hari ini
Kita udah ancam si penulis kok
Omong-omong, kira-kira apakah Ree yang masih kecil akan berbeda dengan Ree yang sekarang?
Apakah dirimu berbeda ketika masih kecil dan sekarang?
Salam,
Para bayangan di balik memorimu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top