35. The Rabbit's Hole
A/n: Idk what the chaos I'm writing lol.....it's messy but hope you guys still enjoy it
Selama menjalankan misi, Megumi tetap memasang wajah datar di lapangan. Dia sama sekali tak merasa aneh ketika melihat gumpalan-gumpalan menjijikan beserta teriakan histeris para kutukan langsung terhempas oleh serangan dashyat yang dilontarkan dari sedikit energi kutukan milik Gojo Satoru.
Bersama dengan sang terkuat. Lapangan dimana seseorang akan menemui kutukan kelas atas langsung akan menjadi taman bermain, yang mana kau cuma perlu menonton saja. Begitulah nasib Megumi selama misi tersebut.
".....sudah kuduga. Kau sendiri saja sudah cukup untuk pekerjaan ini," komen Megumi setelah Satoru membasmi kutukan terakhir. Pemuda tersebut bahkan masih bisa bermain Hape di tengah misinya. Mau bagaimana lagi? Megumi cuma perlu mengikuti kemana pun Satoru pergi lalu menunggunya meledakan apapun yang menghalangi jalan mereka. Hanya dalam waktu setengah hari semuanya telah musnah menjadi korban ledakan tersebut.
"Bahkan kita tak perlu menginap. Malam ini juga kita bisa kembali ke Tokyo....." Belum sempat Megumi selesai berbicara maupun sempat memeriksa jadwal penerbangan hari terebut. Satoru sudah duluan menarik tangannya, mencegahnya untuk membeli tiket pesawat ataupun menghubungi Ijichi.
Megumi mengedipkan matanya, nampak heran bercampur bingung. Tetapi Megumi dengan patuh mengikuti Satoru dari belakang, tanpa mengatakan apapun.
Mereka pun dengan taksi melintasi jalanan ramai kota Sapporo yang indah. Mereka sampai di penginapan ketika langit telah menjingga. Begitu turun dari mobil, Megumi memotret pemandangan langit cerah di sana sambil tersenyum kecil.
Penginapan yang mereka datangi berada di daerah pegunungan yang cukup tinggi. Selain kemewahan dan kenyamanan yang ditawarkan penginapan tersebut, papan nama keluarga "Gojo" juga menarik perhatian Megumi begitu mereka memasuki bangunan bergaya tradisional tersebut.
Setelah beberapa saat melihat-lihat. Barulah Megumi mengingat keberadaan Michiru yang beberapa saat lalu masih melayaninya. Dia pernah mendengar kalau Hokkaido adalah kampung halaman wanita tersebut. Setelah menikah dengan keluarga Gojo, pasangan tersebut membuka bisnis di Hokkaido. "Ternyata mereka ada di Sapporo huh" batin Megumi seraya melirik Satoru yang sedang Check-in. Dia hanya tidak menyangka Satoru akan memilih untuk menetap di penginapan yang di kelola oleh kerabatnya sendiri.
Masih dalam masa liburan. Penginapan tersebut terlihat lebih ramai ketimbang hari biasanya. Begitu selesai Check-in Satoru membawa Megumi ke arah ruangan VIP.
Mulanya Megumi merasa aneh ketika tak ada satupun staff yang mengantarkan mereka berdua tetapi sepertinya Satoru sudah sangat familiar di penginapan tersebut. Bahkan sepertinya ruangan yang mereka dapatkan adalah ruangan yang biasa dipakainya. Megumi langsung menyadarinya begitu memasuki kamar tersebut. Di dalam sudah banyak barang-barang yang biasanya di pakai Satoru. Seperti pakaian, perlengkapan mandi, komputer, bahkan aroma familiar dari parfum yang biasanya digunakan pria tersebut.
".....kau sering datang kemari?" tanya Megumi.
"Hanya ketika aku ditugaskan di sini," jawab Satoru seraya melepas jaketnya kemudian penutup matanya. "Penginapan ini cukup nyaman. Apalagi karena pemilik tempat ini masih kerabatku. Aku bisa datang kapan saja," terangnya lalu langsung melamparkan dirinya ke atas ranjang.
Mungkin karena ia sudah sangat lelah, ketika Satoru memejamkan matanya dia pun langsung tertidur pulas. "....setidaknya lepas kaos kakimu," gumam Megumi yang kemudian dengan berhati-hati melepaskan kaos kakinya dan melonggarkan kemeja dan sabuknya. Walau tidak kelihatan, Megumi sendiri jarang melihat pria itu tidur lantaran jadwal pekerjaannya yang begitu padat. Jadi sebagai istrinya, akan lebih baik ia menggunakan saat-saat suaminya istirahat untuk menyiapkan hal lain.
Megumi lekas mengganti seragamnya dengan Kimono yang disiapkan oleh penginapan lalu berniat keluar untuk memesan makan malam untuk mereka berdua dan sekalian melihat-lihat toko oleh-oleh yang sebelumnya sempat dilihatnya di dekat meja resepsionis.
Tetapi sebelum ia menggeser pintu. Alih-alih ingin memeriksa apakah Satoru membutuhkan yang lainnya, perhatian Megumi malah jatuh kepada gundukan kecil di balik selimut yang dikenakan pria tersebut. Sebagai sesama laki-laki. Megumi sangat memahami apa yang sedang terjadi pada tubuh Satoru yang kelelahan. Rupanya bahkan manusia terkuat pun tak bisa mengendalikan kebutuhan biologisnya.
"....." Megumi berdiri cukup lama di ambang pintu sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali kepada Satoru. Semenjak perdebatan mereka di kunjungan tahun baru. Mereka sudah lama tidak bertemu, bahkan setelah ia kembali tinggal di sekolah, mereka tidak pernah berduaan sebagai suami istri.
Entah apa yang sedang dipikirkan Satoru. Mulanya Megumi berpikir pernikahan mereka hanya untuk membuat klan Gojo kesal dan keberadaannya hanya dipakai sebagai pengganti mendiang sahabat baiknya. Tetapi setelah ia dibiarkan kembali menjalani kehidupan sekolahnya. Pandangan tersebut berubah namun ia sendiri tak mau mengakuinya.
Megumi tersenyum. Dia tidak bisa melupakan betapa konyol dan bodohnya ekpresi wajah Satoru saat ia menunduhnya selingkuh. Mungkin orang-orang tak menyadari betapa paniknya Satoru pada waktu itu karena dia adalah seorang pria dewasa yang lebih suka menyembunyikan perasaannya yang sesungguhnya di balik penutup matanya ataupun senyuman dan lelucon bodohnya.
Tetapi Megumi yang paling memahaminya. Waktu itu dia hanya tak menyangka kalau pria yang bahkan bisa mempermainkan Ryomen Sukuna akan dibuat segugup itu cuma karena satu atau dua tuduhan yang tak masuk akal.
Dengan begitu. Walau tak bisa meredakan kekesalannya. Setidaknya Megumi tahu Satoru tak berniat menjadikannya pengganti Suguru ataupun mainannya. Tetapi bukan berarti pria itu mencintainya atau menyayanginya seperti layaknya sepasang kekasih.
Namun jelas hubungan mereka tak akan pernah kembali ke sekedar hubungan antara murid dan gurunya.
OXO
Satoru mengerang dalam tidurnya. Entah mengapa tubuhnya merasa panas dan berat. Ada sesuatu yang sepertinya sedang menekan perutnya. Bagian bawah tubuhnya terasa sesak, pergerakannya seolah sedang batasi. Nafasnya ikut terengah-engah, diikuti rasa merinding yang menjalar lembut ke sekujur tubuhnya setiap kali ranjangnya bergoyang.
Bahkan Satoru bisa merasakan guncangan yang cukup kuat sampai membuatnya terbangun dari tidur lelapnya. Dia sangat terkejut karena telah menemukan sosok Megumi yang setengah telanjang sedang menunggangi tubuhnya begitu membuka matanya.
"Ah akhirnya kau bangun," ujar Megumi santai seraya mencengram mulut Satoru sebelum pria itu mengatakan apapun. Pemuda itu menatapnya dengan agresif, diikuti dengan senyuman jenaka yang membuat pipinya bersemu. "Kukira kau akan langsung bangun ketika aku melepas celanamu. Tapi sepertinya kau terlalu lelah," ujarnya dengan nafas tersenggal dengan posisinya yang agak canggung. "Meskipun bagian tubuhmu yang ini masih bersemangat," komennya seraya menggerakan sedikit pinggulnya.
"Ukh!" Satoru langsung memejamkan matanya akan sensasi asing namun familiar yang dirasakan diantara selangkangannya. Sekujur tubuhnya berubah menjadi sensitif. Setiap gerakan yang dibuat oleh Megumi membuat tubuhnya menggeliat dan berjengit. Dengan pasrahnya ia mendorong Megumi sambil berkata, "Tu-tunggu jangan bergerak....kau terlalu ketat." Tentu saja posisi canggung tersebut tidak akan membuat lubang Megumi longgar dan basah dengan mudah. Apalagi sedari tadi pemuda itu melakukan semuanya sendirian.
"Umm.....tapi punyamu sudah menancap terlalu dalam," bisik Megumi seraya mendesah dengan suara tertahan. Setidaknya dia berhasil memasukan milik Satoru tanpa membuat dirinya terluka dan berdarah-darah. Lagipula tubuhnya tidak selemah yang dibayangkan suaminya tersebut. Karena berlahan rasa perih yang dirasakannya terasa panas dan juga gatal. Ia ingin segera menggesekan penis besar suaminya ke dinding lubangnya, memasukannya ke dalam bagian tubuhnya yang paling intim sampai cairan putih memenuhi isi perutnya.
Melihat Megumi yang sudah tak bisa menahan diri lagi. Satoru pun akhirnya mengalah dan memberikan apa yang pemuda itu inginkan. Dengan kasar ia menekan paha Megumi, memaksakan kejantanannya untuk masuk ke dalam lubang kecilnya. "...padahal aku hanya ingin menikmati liburan bersamamu dengan normal," ujarnya yang mungkin sudah tak bisa didengar Megumi yang tengah sibuk mendesah dan mengerang sambil memeluknya erat.
Padahal beberapa saat yang lalu muridnya/istrinya tersebut masih pemuda polos yang malu-malu. Siapa menyangka sekarang ia akan menjadi sehaus ini terhadap penis suaminya? Entah apakah berkat ajarannya atau memang dari awal Megumi sudah mempunyai hasrat yang terpendam. Tetapi Satoru jadi dibuat merasa sedikit bersalah karena telah mengotorinya sampai sejauh ini.
Megumi nya yang dulu sangat polos dan kekanakan tetapi juga terlalu dewasa di saat-saat tertentu. Dia sangatlah menggemaskan. Dibandingkan dirinya yang dinyatakan sebagai manusia terkuat di dunia ini. Megumi nampak kecil dan rapuh, seperti kelinci kecil yang tak bisa hidup tanpa dirinya. Menjadikannya sebagai pengganti Suguru? Nah yang benar saja? Karena sahabatnya itu bukan makhluk selucu ini. Bagaimana bisa seseorang dapat terlihat sangat menggemaskan dan juga selembut ini? Sampai-sampai membuatnya ingin menelannya hidup-hidup.
Andenalinnya naik pesat ketika Megumi mendesahkan namanya. Berkali-kali sebanyak Satoru menusukan penisnya ke dalam lubang kecilnya yang semakin memerah di setiap gesekan. Kerasionalannya seolah putus. Dengan lengan kekarnya ia hampir melempar tubuh Megumi, tanpa aba-aba membuat pemuda langsing itu dalam posisi merangkak dengan pantat mengarah ke penisnya.
Tangannya meremas paha empuk dan putih Megumi, menahannya tanpa membiarkannya kabur dari kenikmatan yang menusuk pemuda tersebut secara bertubi-tubi. Satoru pun bahkan merasa puas ketika melihat adanya bekas cap tangan yang nampak sangat jelas menghiasi kulit mulusnya.
Dari belakang Satoru menggigit leher Megumi dengan tangannya yang lain meremas dadanya yang rata. Megumi merintih kesakitan ketika taring yang tajam menancap dalam ke leher dan pundaknya namun setelah bagian tersebut dijilat dan dihisap, ia merasakan kenikmatan yang luar biasa. Begitu juga dengan putingnya yang dipilin dan dicubit secara kasar sampai membengkak dan memerah.
Seks dengan Satoru selalu kasar. Pertama kali mereka melakukannya, Megumi dibuatnya ketakutan dan gelisah. Dengan bagaimana pria tersebut memperlakukannya seperti mangsa empuk yang tak akan dilepaskannya sebelum dia puas.
Tetapi mau bagaimana lagi? Karena hewan kecil yang lemah ini yang sengaja menjatuhkan dirinya ke dalam lubang perangkap sang pemburu.
To be Continue
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top