34. Change of Season


Begitu tahun berganti mereka kembali dihujani berbagai misi yang membuat mereka tak bisa bertemu satu sama lain. Karena wali kelas mereka sibuk. Mereka pun sering belajar sendiri di kelas, terkadang senior mereka mengajak mereka latihan di lapangan, dan berbagai aktivitas yang tak seberapa jauh berbeda dari tahun sebelumnya.

Sekolah mereka mungkin berbeda dengan sekolah biasa. Tetapi untuk formalitas mereka masih diwajibkan mempelajari pelajaran umum. Bahkan mereka masih harus menyiapkan diri untuk ujian semester di tengah kesibukan mereka membasmi kutukan. Lebih buruknya lagi mereka diwajibkan untuk tetap melaksanakan misi yang diberikan sekolah selama liburan panjang.

Pantas saja setiap liburan pergantian semester Nobara selalu mengeluhkan nasibnya yang tak bisa bebas menikmati liburannya, bahkan dia tidak punya kesempatan mencoba memakai baju-baju musiman yang dibelinya.

Mendengar keluhan dan protes gadis tersebut pun menjadi tradisi diantara mereka bertiga. Megumi selalu diam saja dan acuh tak acuh pada setiap ocehannya. Sementara Yuuji yang baik selalu berusaha menghiburnya yang ujungnya akan diseret paksa menemani gadis itu berbelanja di akhir pekan.

Hari ini pun juga begitu. Megumi hanya diam saja, berdiri di depan mesin penjual minuman dengan sekaleng kopi hitam di tangannya. Sesekali dia tersenyum kecil mengamati kedua teman baiknya yang sepertinya tak pernah kehabisan topik konyol.

Di saat dirinya terpaku pada keantikan teman-temannya. Tanpa disadarinya Shoko sudah berada di dekatnya, mengulurkan beberapa lembar kertas untuknya.

"....hmm hokkaido?" komen Megumi begitu mengenali surat pemberitahuan perjalanan bisnis tersebut. Tanpa pikir panjang dia menandatangani surat tersebut sambil mengangguk. "Besok pagi aku bisa langsung berangkat," ujarnya.

Shoko tersenyum meng-iyakan. "Baguslah. Besok Ijichi akan datang menjemputmu," ujarnya sebelum kembali ke kantornya.

Megumi menunggu beberapa saat sampai Shoko sudah cukup jauh darinya. Setelah itu dia kembali menjatuhkan pandangannya pada dokumen di tangannya. "Misi tingkat satu huh," gumamnya. "Dengan 40 % potensi naik menjadi tingkat khusus..."

Entah apakah karena adanya keberadaan teroris yang identitasnya masih belum diketahui. Tetapi Megumi merasakan adanya perubahan dalam kelas kekuatan para kutukan semenjak pertemuannya dengan Yuuji.

Mengingat bagaimana Yuuji sampai rela mempertaruhkan nyawanya dan menjadi wadah Sukuna karena berusaha menyelamatkannya. Megumi akan sangat menyesal apabila dia tidak berbalas budi. Apalagi perubahan Yuuji juga karena salahnya yang terlalu lemah. Seharusnya dia tidak pernah menyeret penduduk sipil ke dalam masalahnya.

Energi kutukan Sukuna semakin hari semakin terasa jelas. Hanya perlu menunggu waktu sampai tubuh Yuuji mencapai batasnya. Megumi menundukan kepalanya, lagi-lagi meratapi ketidakberdayaannya. Lembaran kertas di tangannya pun ikut lecek diikuti suasana hatinya yang memburuk.

Dalam beberapa bulan ini Megumi aktif menyelidiki sendiri, setiap laporan mengenai setiap kasus yang berhubungan dengan Yuuji. Di sanalah ia menyadari betapa sering temannya itu bertemu dengan anggota ekskutif dari organisasi teroris yang sedang atasan mereka awasi.

Keberadaan Ryomen Sukuna bagaikan pedang bermata dua. Banyak yang ingin memanfaatkan kekuatannya tetapi besar kemungkinan siapapun yang berusaha mencicipi kekuatannya akan berakhir terluka atau bahkan mati.

"....akan lebih baik kalau apa yang kubayangkan cuma akan menjadi sekedar imajinasi," gumam Megumi lalu menyimpan surat ke dalam sakunya.

Apabila kemungkinan terburuk dalam bayang-bayangnya menjadi kenyataan. Dia hanya perlu memberikan Ryomen Sukuna apa yang selama ini sang raja kutukan itu inginkan.





OXO

Keesokannya,

"Bukannya biasanya Gojo sensei sendiri saja sudah cukup mengerjakan misi seperti ini?" tanya Megumi begitu ia menemukan dirinya berada dalam satu tim dengan Satoru. ".....bahkan dengan adanya bantuan sensei. kita tidak perlu menetap di Hokkaido selama tiga hari kan?" imbuhnya pada Ijichi yang nampak gugup untuk membalas tatapan matanya.

"Eh!? Benar juga. Bagaimana sih Ijichi?" sahut Satoru yang jelas-jelas terlihat kalau ia sedang berpura-pura bodoh. Megumi sampai dibuat semakin kasihan pada Ijichi yang mempunyai atasan seperti ini. Lihat saja. Pria berkacamata yang malang itu hampir menangis karna terus disalahkan.

Megumi pun hanya bisa mengalah dan mengikuti akal-akalan Satoru yang entah mengapa ingin membawanya pergi ke Hokkaido. "Aku mempercayai keputusan mu Ijichi-san. Terimakasih telah datang menjemputku," ujarnya sebelum masuk ke dalam mobil.

Ijichi menghela nafas lega berkatnya. Sementara Satoru tertawa pelan untuk merayakan kemenangan kecilnya. Dia pasti tahu Megumi akan mengalah demi Ijichi.

Selama perjalanan ke bandara. Megumi selalu duduk anteng sambil membaca baik-baik setiap keterangan dalam misi yang mereka jalani saat ini dari tablet elektroniknya. Walau tahu nantinya misi tersebut ujung-ujungnya akan diselesaikan Satoru hanya dalam hitungan detik. Megumi masih ingin berjaga-jaga.

Melihatnya begitu serius dalam membaca kumpulan artikel-artikel tersebut, dirinya nampak menggemaskan di mata Satoru yang sedari tadi ikut diam dan mengamatinya.

Kemudian setelah beberapa saat membaca. Megumi menoleh dan membalas tatapan Satoru. Alisnya terangkat satu sepertinya ingin bertanya mengapa Satoru melihatnya seperti itu? Tetapi dia memilih tidak menanyakannya karena ada sesuatu yang lebih penting untuk diutarakannya.

".....dalam beberapa bulan ini. Berapa banyak kutukan tingkat khusus yang berhasil kau basmi?" tanya Megumi.

Satoru tertegun sesaat. Dia sendiri, orang yang mengaku paling mengenal Megumi sampai tidak mempercayai apa yang didengarnya barusan. "....apa itu yang ingin kau ketahui setelah sekian lama tak bertemu dengan suamimu?" tanya Satoru balik sambil menghela nafas kecewa.

Megumi dengan santai bersandar pada jendela mobil. Karena bangunnya terlalu pagi, kini dia agak mengantuk. Tetapi Megumi berusaha tetap membuka matanya dan menjawab Satoru. "Setelah bertahun-tahun lamanya kita bersama. Tidak melihat mukamu yang menyebalkan selama beberapa bulan tak akan mengubah apapun," ujarnya dingin.

Kasihan. Sampai-sampai Ijichi yang menyetir di depan dan yang tak terlibat apapun sampai ikut-ikutan dibuat mengigil kedinginan bagai baru diterpa badai salju. Apalagi Satoru yang sedari pulang dari kunjungan kuil berusaha memperbaiki hubungannya dengan Megumi melalui perjalanan mereka kali ini.

Satoru mendadak merasa capek. Dia pun ikutan bersandar dan mengacak rambutnya dengan malas. "Kau sudah bisa mengakses laporannya melalui sistem," jawabnya dengan suara lemah. "....terlalu banyak yang perlu ku perhatikan. Mana ku ingat berapa banyak kutukan yang kubasmi?"

"Hmm....." Megumi hanya berdehem pelan sebelum menyalakan kembali layar tablet nya. Melihatnya, Satoru memicingkan matanya dengan kesal. "Apa selain mencurigaiku selingkuh. Sekarang kau meragukan kemampuan ku untuk melindungi Yuuji?" tanyanya sinis.

Megumi tidak langsung menjawab. Pemuda itu masih membaca beberapa baris kalimat sebelum kembali menoleh ke sebelahnya. "Mengapa aku harus meragukan kemampuanmu?" tanyanya balik sembari tersenyum kalem. "Apa gunanya aku meragukan sang Gojo Satoru?"

"....sesuai perjanjian. Kau menciptakan lingkungan dimana Itadori bisa kembali menjalani kehidupannya sebagai penyihir Jujutsu. Berkatmu, Itadori bisa bertahan sampai sekarang tanpa ada satupun orang dari organisasi yang berusaha mencelakainya," terang Megumi dengan tatapan mata yang melunak. "Anggap saja....perhatian ku sekarang terhadap Itadori sebagai bentuk kasih sayangku terhadap anjing peliharaanku." "...kau pun tak akan menyalahkan Gyokuken hanya karena aku lebih memperhatikannya kan?"

"Jadi maksudmu suamimu ini tidak lebih penting ketimbang Yuuji dan Gyokuken?" Satoru masih cemberut walau Megumi sudah bersedia mendekatinya dan bersandar pada bahunya. Megumi membalasnya dengan deheman singkat dan mulai menyamankan diri, berangsur-angsur kelopak matanya terpejam.

Melihatnya yang dengan mudahnya tertidur lelap. Satoru pun cuma menggelengkan kepalanya pelan karna tak habis pikir akan jalan pikir Megumi yang bisa-bisanya membandingkan sahabatnya dengan salah satu Shikigaminya.

Namun setelah beberapa saat mencerna omongan Megumi barusan. Satoru lantas tersenyum seraya mengusap lembut puncak kepala jabrik pemuda tesebut. "Dasar," gumamnya.

To be Continue 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top