33. The Role of Acting
Berkat kerja keras yang mereka lakukan sebelum menjelang penutupan tahun. Akhirnya Megumi dan yang lainnya dapat meluangkan waktu mereka untuk mengunjungi kuil.
Megumi dan Yuuji datang dengan pakaian biasa, hanya mengenakan mantel tebal, celana panjang, sepatu boot yang dari tahun lalu sudah mereka kenakan. Berbeda dengan satu-satunya anak perempuan di kelompok mereka. Nobara sudah dari sore tadi berdandan cantik mengenakan Kimono yang dibelinya bersama Maki kemarin lusa.
Kedua pemuda itu berjalan berdampingan mengapit Nobara. Sesekali Yuuji membantu gadis itu berjalan melewati lautan manusia yang berkerumun di area Bazaar. Megumi kadang tertegun melihat mereka berdua. Andai mereka cuma anak sekolahan biasa. Kedua temannya tersebut pasti sudah lama pacaran. Dari awal tahun ajaran pertama Megumi sudah menganggap mereka berdua serasi, apalagi jika dilihat dari selera humor dan hubungan dinamis mereka.
Andai ada cara untuk menghentikan Sukuna....
Apabila ada doanya yang ingin dikabulkan. Megumi hanya ingin keselamatan Yuuji dan teman-temannya. Semoga mereka bisa lebih lama bersama.
Megumi kemudian menepukan tangannya beberapa kali untuk mengakhiri doanya, Yuuji dan Nobara pun juga melakukan hal yang serupa. Setelah itu mereka bertiga turun dan melihat-lihat ke area lainnya. Di sana sepertinya ada yang membagikan Amasake, terlihat sudah ada antrian panjang. Beberapa diantaranya sudah membawa segelas minuman rendah alkohol yang manis. Yuuji pun dengan bersemangat lantas mengajak mereka untuk ikut mengantri.
Walau harus berdesakan, mereka menikmati waktu kunjungan tahun baru mereka di kuil tersebut. Hanya saja sepertinya mereka dengan tanpa sadar menghindar untuk menarik ramalan, dan memutuskan hanya membeli jimat saja sebelum pulang.
Megumi membeli dua buah jimat kembar yang rencananya akan diberikannya untuk Satoru, meski mungkin suaminya itu tidak membutuhkan jimat keselamatan apapun dan menolaknya dengan alasan jimat tersebut malah akan membawa sial.
Nobara yang menyadarinya lantas bertanya karena penasaran, "Apa Gojo belum kembali dari perjalanan bisnisnya?" Walau semua orang banyak mengira pernikahan Satoru dan Megumi kemungkinan besar bukanlah karena mereka sungguhan saling mencintai. Tetapi melihat temannya itu akan melalui malam tahun barunya sendirian tanpa suaminya membuatnya kasihan sekaligus kesal terhadap suami tak bertanggung jawabnya itu.
"Hmm....entahlah," jawab Megumi santai seraya menyimpan kedua jimat tersebut ke dalam saku jaketnya. "Sudah lama dia tidak bisa dihubungi," terangnya lalu sambil terkekeh pelan. "Siapa tahu di luar sana dia sedang selingkuh? Haha..." candanya yang langsung membuat Nobara menjitak kepalanya.
Pukulan Nobara lebih sakit daripada dugaannya. Ingin Megumi protes tetapi suaranya malah keduluan Yuuji yang berteriak, "Ah! itu Gojo sensei!" sambil menuding ke arah kerumunan di depan mereka.
Walau sedang berada di tengah lautan manusia. Pria jangkung itu nampak sangat mencolok. Dengan warna rambut yang seputih salju, kacamata hitam, serta pakaiannya yang Fashionable dan mahal. Dari kejauhan Gojo Satoru nampak bersinar di tengah-tengah kerumunan tersebut.
Selain itu rupanya Shoko dan Mei juga ikut datang bersamanya, melupakan keberadaan Ijichi dan Nanami yang tak terlalu mencolok di dalam kelompok tersebut.
Diantara orang-orang dewasa tersebut. Mei yang duluan menyadari lambaian tangan Yuuji. "Istri mu juga ada disana," ujar Mei kepada Satoru yang anehnya tiba-tiba terlihat gugup.
Melihatnya yang bertingkah janggal seperti itu. Shoko dan Mei saling bertukar pandang lalu saling tersenyum pada satu sama lain, menanti tontonan menarik.
Yuuji berlari menghampiri mereka diikuti Nobara yang datang sambil memelototi Satoru dan Megumi yang seperti biasa memasang wajah datar acuh tak acuh.
".....sudah lama tidak bertemu, sensei," Megumi lantas menyapanya duluan karena sedari tadi Satoru hanya diam saja sambil terus menatapnya.
Satoru mengangguk seraya tersenyum canggung. "Maaf karena tidak membalas pesanmu," balasnya lalu mengulurkan tangannya untuk menggapai tangan Megumi.
Melihatnya yang bertingkah janggal seperti itu, Megumi masih tak mengubah ekpresinya. Megumi membiarkan Satoru menggandeng tangannya, mengikuti kemana pria itu berjalan. Dari kecil dia sudah terbiasa digandeng seperti ini. Tetapi biasanya, kalau menurut pengalamannya Satoru akan bertingkah seperti ini lantaran merasa bersalah akan sesuatu.
Tiba-tiba Megumi teringat akan sebuah artikel yang belum lama ini dibacanya waktu iseng. Walau dia tak begitu mempercayai apa yang tertulis di internet. Megumi merasa tak ada salahnya pula ia terang-terangan bertanya pada orangnya langsung, mumpung suaminya itu belum sibuk.
"Satoru-san," panggil Megumi dengan suara kalemnya. "Apa kau selingkuh?" Tetapi sayangnya pertanyaan yang dilontarkannya tidak sekalem gelagatnya. "....padahal tadi aku hanya bercanda dengan Kugisaki. Siapa sangka kalau kau sungguhan...."
"Uhuk!" Satoru dibuat hampir tersedak Amasake nya. Minuman itu merembes ke pakaiannya. Megumi pun jadi mulai prihatin melihat bajunya yang mahal basah. Walau Amasake memang tidak berwarna tapi takutnya nanti lengket di badan.
"....hati-hati," ujar Megumi lalu mengeluarkan beberapa lembar tissu dari kantongnya. Dengan lembut ia menepuk-nepuk bagian baju yang basah sampai dirasa cukup kering.
Megumi sangat perhatian terhadapnya. Satoru tak sampai hati untuk tetap diam. Ia dengan berhati-hati mengulurkan tangannya, mencoba untuk meraih wajah kecil Megumi yang kini mengadah kepadanya. Namun sebelum tangannya menyentuh wajah kekanakan istrinya. Yuuji mendahului.
Yuuji menarik mundur Megumi. Dilihatnya sang wadah Sukuna telah mendekap Megumi nya dari belakang sambil menatapnya tajam. Otomatis emosinya naik dan kemarahannya itu nampak tergambar sangat jelas di wajahnya yang tampan.
"....aku istrimu," ujar Megumi sebelum Satoru melampiaskan emosinya pada teman baiknya. "Walau aku tidak akan berkomentar apapun akan semua perbuatanmu. Tetapi kupikir....aku masih berhak mengetahui kabarmu," imbuhnya lalu melepaskan dirinya dari pelukan Yuuji.
Dia tersenyum sebentar pada temannya itu, sebagai ganti ucapan terimakasihnya. Namun Megumi memberikan tatapan dingin kepada suaminya sebelum memutar tubuhnya dan berjalan pergi.
Satoru tak sempat melakukan apapun terhadap Yuuji. Dia lebih mementingkan Megumi yang pada setiap langkah mulai menjauh. Punggungnya yang nampak kecil dan rapuh. Dada Satoru berdebar kencang melihatnya. Pria itu panik, tanpa sadar dia sudah berlari mengejarnya.
Langkah Megumi tertahan saat ia merasa ada yang menarik ujung jaketnya. Ketika dia berbalik badan. Ia menemukan Satoru yang menatapnya pasrah. Megumi memicingkan matanya, mengulurkan tangannya untuk meraih wajah Satoru. "Siapa yang kau kejar?" tanya Megumi dengan suara lirih. "Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanyanya lalu mematahkan kontak matanya dengan Satoru. Tanpa menunggu jawabannya.
"Megumi!"
Kali ini sebelum Megumi kembali melangkah, Satoru segera memanggilnya seraya menarik pergelangan tangannya. "Maafkan aku hanya....maafkan aku karena tidak membalas pesanmu," ujarnya terburu-buru dan nampak semakin kebingungan karena Megumi yang masih menolak untuk melihat ke arahnya.
Bola mata Megumi membesar sesaat setelah mendengar permintaan maaf dari Satoru. Tetapi setelahnya dia tersenyum masam. "Buat apa kau meminta maaf? Sudah kubilang aku tidak masalah kalau kau memang tidak ingin menjelaskan apapun padaku," ujarnya. "Apalagi akan lebih baik kalau kau tidak salah mengenaliku dengan orang lain."
"Megumi....apa yang kau katakan?" Satoru semakin mengeratkan genggaman tangannya. "Dengan siapa aku bisa salah mengenalimu? Jangan bilang kau serius mengiraku selingkuh?"
"....kau selingkuh atau tidak itu bukanlah urusan ku," jawab Megumi. "Aku hanya ingin agar kau segera berhenti menjadikan ku sebagai pengganti Geto-san."
"Suguru? Apa yang kau katakan? Aku tidak pernah...."
Sebelum Satoru selesai bicara. Megumi duluan menarik kerahnya dan melotot dengan bengis. Entah seberapa jauh perbedaan kekuatan mereka saat ini. Megumi tidak peduli. Dia meremas kerah pakaian Satoru seolah ingin mencekiknya. Hawa pembunuh yang keluar dari setiap raganya terlalu kental sampai-sampai membangunkan Sukuna yang sudah lama tertidur di wadahnya.
"Apa kau sungguhan tidak pernah memikirkan Geto-san selama bersamaku?" tanya Megumi dengan suara rendah, terdengar hampir menggeram. "Akan lebih baik apabila kau mengakuinya daripada kau berusaha menutupinya," imbuhnya lalu melepaskan cengkramannya sambil mendorongnya dengan kasar.
Satoru yang lagi-lagi ditinggalkan Megumi kini hanya bisa kembali ke rombongan Shoko dan yang lainnya. Dengan lesu ia menghela nafas panjang selagi dua muridnya, Nobara dan Yuuji memberinya tatapan sinis.
Mengabaikan kedua remaja tersebut. Satoru menghampiri Nanami seraya memanggil namanya dengan manja, "Nanamiin~" Bahkan seenaknya saja ia merangkul pria pirang itu. "Aku ditolak Megumi. Walaupun aku sudah berusaha meminta maaf padanya...." keluhnya yang membuat kedua muridnya semakin jengkel. Plus Nanami yang sangat tidak peduli akan masalah pribadinya.
"...yah. Kalau dia sampai mencurigaimu selingkuh. Kurasa sudah tidak ada harapan huh," sahut Mei sambil bergidik bahu.
"Lebih tepatnya.....entah mengapa dia sepertinya salah paham mengiraku selingkuh dengan mantanku," terang Satoru.
"Waah. Dasar kau pria brengsek," sahut Shoko dengan nada datar sebelum meniup asap rokoknya ke udara.
Mendengar pembicaraan orang-orang dewasa itu. Nobara pun sudah tidak tahan lagi. Gadis itu menarik tangan Yuuji agar pemuda yang tengah menahan amarahnya itu ikut dengannya enyah dari tempat tersebut dan segera mengejar Megumi.
To be Continue
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top