27. Mutual Marking

Sawamura Michiru. Dia adalah kepala pelayan yang secara khusus ditugaskan Satoru untuk melayani Megumi.

Selama Megumi berada di mansion. Wanita tersebut yang memenuhi semua kebutuhan Megumi, dan kemungkinan besar dia pasti juga ditugaskan Satoru untuk mengawasi kondisi istri mudanya yang masih beradaptasi dengan lingkungan baru.

Setelah beberapa saat menetap di mansion. Michiru menjadi satu-satunya orang yang paling sering bertemu dan berbicara dengan Megumi, setelah Satoru tentunya.

Entah apa yang membuat Satoru bisa mempercayakan Megumi pada wanita tersebut.

Mungkin, apabila dia menceritakan rasa penasarannya ini kepada teman-temannya. Mereka akan mengolok Megumi karena sudah bertingkah seperti istri yang cemburuan.

Akan lebih baik kalau apa yang dirasakannya saat ini cuma sebuah kecemburuan.

Sekalipun Megumi tidak pernah meremehkan keobesesian Satoru padanya. Bayangan mengenai Satoru yang diam-diam bermain di belakangnya tidak pernah sekalipun terlintas dalam pikirannya. Hal tersebut tak akan pernah terjadi walau di alam mimpinya sekalipun.

Bahkan apabila Megumi menginginkannya sekalipun. Mustahil Satoru bersedia melepaskannya.

Apalagi yang sudah lama mengusiknya bukanlah kepercayaan Satoru pada pelayan tersebut. Tetapi latar belakang asli wanita tersebut lah yang membuatnya menaruh curiga.

Sawamura Michiru bukan pelayan biasa. Bahkan Megumi tidak yakin apabila Ia bisa menyebutnya pelayan. Lantaran sebenarnya dia adalah istri dari salah satu sepupu Satoru.

Klan Gojo memiliki silsilah keluarga yang rumit dan membingungkan. Jadi Megumi hanya bisa menebak kalau Michiru berasal dari keluarga cabang.

Tapi kenapa? Walau Satoru terlihat tidak mempercayai keluarganya, meskipun mereka adalah ibunda ataupun ayahanda nya.

Tetapi mengapa orang curigaan sepertinya bisa mempercayai seseorang yang berasal dari keluarga cabang?

Mengetahui kecerdikan Satoru. Mungkin ada sesuatu yang belum diketahui Megumi tentang rumah ini.

Dan bukan berarti Megumi meragukan keputusan Satoru untuk mempercayai Michiru yang selama ini dengan sabar merawatnya. Diakuinya Michiru terlihat seperti wanita baik yang lemah lembut, bukannya seseorang yang akan merencanakan sesuatu di belakang. Namun setelah pengamatannya akan buruknya situasi rumah tangga keluarga ini. Megumi masih tidak bisa tidak meragukan keberadaan wanita tersebut.

".....suami Michiru-san. Apa dia juga tinggal di mansion ini?"

Dikalahkan oleh rasa penasarannya. Megumi pun akhirnya berani bertanya.

Namun seperti biasa Satoru tidak langsung menjawab pertanyaannya. Tatapan pria itu berubah menjadi dingin seiring dia mengulurkan tangannya untuk mencengram dagu Megumi.

"Sepertinya kau mulai tertarik pada wanita itu?"

Sorot mata mereka saling bertemu. Megumi membalasnya dengan tatapan yang was-was namun berani.

Pemuda tersebut mencengram pergelangan tangan Satoru sambil memicingkan mata tajam. Walau usahanya tersebut hanya terlihat seperti seekor kucing yang sedang meronta di hadapan sang terkuat.

"Apakah dia memperlakukan mu dengan baik?"

Megumi masih belum bisa melepaskan dirinya. Cengraman Satoru semakin erat sampai membuatnya merintih kesakitan.

"Aku tahu. Dia memang terlihat seperti seorang wanita baik-baik. Apakah dia jadi terlihat seperti Tsumiki di mata mu? Atau apakah dia mulai mengingatkan mu pada Yuuji?"

Satoru terdengar seperti sedang mengintrogasinya. Tetapi semua pertanyaan yang dilontarkannya lebih seperti ejekan ketimbang pertanyaan.

Entah sejak kapan gurunya itu menjadi seseorang yang suka mengartikan semuanya sendirian. Selalu mengambil asumsi dan menyalahkan semuanya pada Megumi.

*PLAAK!!

Megumi merasa berhak untuk memberinya sebuah tamparan keras.

*PLAAK!!

Tapi satu tamparan saja masih belum cukup untuk meredakan emosi Megumi.

"Berhenti cemburu dan cepat jawab pertanyaanku sensei!" pinta Megumi seraya menarik kerah Satoru yang masih tertegun setelah tamparan tak terduga barusan.

".....megumi jahat..." keluhnya kekanakan sambil menggosok pipinya yang memerah.

Megumi mendegus kesal akan kelakuannya. "Apa yang dikatakan seseorang yang baru saja menyakiti orang lain?" balasnya ketus. "Perbaiki kebiasaanmu yang suka mengambil asumsi! Aku memang pelacurmu tapi bukan berarti aku akan dengan mudah memberikan tubuhku pada orang lain...." imbuhnya tak menyembunyikan keinginannya untuk mencincang pria dihadapannya tersebut.

".....terakhir kali kau menaruh perhatian pada orang lain. Kau bersedia mengorbankan dirimu untuknya," jawab Satoru santai tanpa memperdulikan tatapan maut Megumi. "Dan kali ini pun. Siapa tahu setelah ini kau akan membuat perjanjian aneh demi wanita itu..."

"Kupikir. Sebelum kau sungguhan melakukannya. Lebih baik aku menyingkirkannya terlebih dahulu...."

Begitulah cara berpikir Gojo Satoru pada apapun yang menyangkut Meguminya.

"....aku cuma mau tahu siapa suaminya. Karena kudengar suaminya masih sepupumu...."

Mau tak mau Megumi mengalah dan menerangkan maksud dari pertanyaannya. "Aku cuma penasaran. Apakah kau memberikannya pangkat kepala pelayan dan mempercayakan tugas untuk mengurusku karena dia masih kerabatmu?"

"Ah. Aku membiarkannya berada di dekatmu setelah mendengar dia adalah penyihir Jujutsu kelas-3." Giliran Megumi kini yang tertegun. Jawaban Satoru ternyata berada jauh diluar dugaan.

"Suaminya ada di Hokkaido. Aku pun tidak tahu mengapa seorang penyihir sepertinya ditugaskan sebagai pelayan di rumah utama dan mau-maunya berpisah dengan suaminya," Satoru lalu menerangkan seraya menuangkan secangkir teh untuk Megumi.

Megumi lalu menerima cangkir dari tangan Satoru. Dia menatap ke dalam cangkirnya sambil memasang raut wajah cemas.

Melihat kegelisahan istrinya tersebut. Satoru malah tersenyum santai dan mengimbuhkan, "Mencurigakan bukan? Makanya aku membiarkannya dekat denganmu. Siapa tahu kau akan menemukan sesuatu dan melaporkannya padaku..."

Rupanya Satoru lebih mempercayainya.
Setelah mengetahui niatnya Megumi diam-diam terseyum sipu sambil membuang muka. "Ehem. Terdengar seperti kau ingin memanfaatkanku huh," ocehnya lalu menunduk dengan alasan meminum tehnya.

Satoru bergidik bahu. "Maksudmu? Kita harus saling memanfaatkan. Bukannya seperti itu hubungan suami dan istri?" balasnya sambil terkekeh geli. "Apalagi sepertinya kau juga diam-diam sedang merencanakan sesuatu...."

"Kau masih belum memberitahuku alasan mengapa kau tiba-tiba bersedia tinggal di rumah dan mengikuti tradisi konyol ini," Satoru berkata seraya memainkan setangkai bunga sisa kerajinan.

"Kaligrafi, seni bunga, kelas etika, memasak....." Satoru menghitung dengan jarinya. Dia masih tak percaya bagaimana bisa remaja laki-laki seperti Megumi bersedia mengikuti kelas-kelas yang membosankan seperti ini. Bahkan anak perempuan seperti Nobara akan menggila apabila dia diharuskan mengikutinya.

"Apalagi......jangan bilang kau juga mau ikut kelas menjahit dan menyulam? Sadarlah! Mereka jelas-jelas sedang menyiksamu. Mereka pasti akan menyuruhmu mengambil kelas musik setelah ini....."

Mungkin melihat kegiatan Megumi yang sekarang, mengingatkannya akan masa lalu kelamnya. Sepertinya. Walaupun Gojo Satoru telah ditakdirkan menjadi penyihir Jujutsu terkuat di era ini. Masa kecilnya tidak berbeda jauh dari anak orang kaya kebanyakan.

Tuan muda dari keluarga kaya sepertinya pasti pernah menjalani pendidikan ketat semacam ini.

Rupanya Gojo Satoru lebih manusiawi ketimbang rumor-rumor yang beredar.

"Kalau mereka menyuruhku belajar biola. Aku ingin sensei yang mengajariku," ujar Megumi sambil tertawa lepas. Entah mengapa setelah banyak mengetahui masa kecil Satoru. Secara ajaib bebannya menjadi lebih ringan, dia merasa sangat senang.

"Kita bisa mulai belajar dari lagu bintang kecil---umph!"

Bibir Megumi tiba-tiba terbungkam oleh bibir Satoru yang sepertinya telah tergoda oleh tawa polosnya.

Dalam sekejap lidah Satoru menjajah isi mulutnya. Di dalam pelukannya Megumi mendesah tertahan. Mukanya semakin memerah padam ketika tangan Satoru menyelip masuk kedalam Kimononya.

Dengan mudah Satoru mengangkat tubuhnya lalu membenamkan wajahnya pada perpotongan leher Megumi yang indah. Dia mulai mengigit kecil dan menghisap, dan sesekali mengendus aroma tubuh Megumi yang semakin menguat.

Jemarinya memilin lembut puting yang semakin mengeras. Sementara tangannya yang lain menggosok paha mulus nan putih.

Megumi yang tak mampu berkata-kata hanya bisa merintih di atas pangkuan pria tersebut. Menerima setiap sentuhan seksual yang membelainya semakin agresif dan serakah.

Setiap kali Satoru menciumnya. Pria tersebut seperti hendak memangsanya.

Megumi tak mampu melawan hasrat pria tersebut. Dia hanya bisa menerimanya dan membiarkan dirinya menjadi mangsa. Karena dia telah belajar. Bahwa tak ada gunanya dia melawan insting predator terkuat.

"Mana dari pembicaraan kita yang membuatmu seperti ini?" tanya Megumi seraya melepaskan sehelai kain terakhir yang melekat pada tubuhnya. Dalam keadaan telanjang ia turun dan membantu Satoru menurunkan resletingnya.

Satoru suka ketika dia memberinya pertunjukan. Megumi sengaja mempertahankan kontak mata mereka sembari ia mengigit celana dalamnya dan menariknya sampai kejantanan yang hampir berdiri sepenuhnya muncul, dan menamparnya.

"Haha....sepertinya Satoru kecil yang membalaskannya untukku huh," komentar Satoru seraya membelai dan mengusap pipi Megumi yang baru saja kena.

Megumi meringis kesal. "ini yang kau bilang kecil??" tanyanya sarkas seraya dengan sengaja memegang terlalu erat kejantanan tersebut. Membuat Satoru memejamkan matanya sambil mengaduh kesakitan.

Meski tidak lama kemudian. Keluhan tersebut berlahan menjadi desahan lembut seiring Megumi dengan lambat menggerakan tangannya ke atas dan ke bawah, sebelum memasukannya ke dalam mulutnya.

Lidah Megumi bergerak dengan mahir. Bagaimana ia menjilat ujung batang kejantanan tersebut lalu menghisapnya pelan. Sementara tangannya memijat kedua bola yang yang terasa berisi di dalam genggamannya.

Setelah puas menjilat. Megumi memasukan seluruhnya ke dalam mulutnya. Memasukannya sampai barang tersebut menusuk tenggorokannya.

Mulutnya terasa penuh namun masih ada ruang untuk menggerakan lidahnya. Megumi mulai menggerakan kepalanya secara berlahan dan lebih berhati-hati agar giginya tak mengenai.

Pandangannya tak pernah lepas dari reaksi Satoru.

Melihat bagaimana ekpresi wajah Satoru yang sedang mendesah dan merintih setiap kali lidahnya bergerak. Megumi pun ikut terangsang. Suhu tubuhnya ikut naik setiap kali Satoru tanpa sadar menggerakan pinggulnya dan berusaha memperdalam posisi kejantanannya.

Megumi sudah tak tahan lagi. Perutnya mulai terasa panas, lubangnya ingin segera diisi.

Satoru tidak menduga dia akan menyaksikan Megumi yang bermain dengan lubangnya sendiri. Pemandangan bagaimana Megumi yang secara pasrah menghisap penisnya selagi bermain dengan lubangnya sendiri, terlalu liar sampai hampir membuat Satoru menumpahkan spermanya.

"....sepertinya aku salah mendidikmu," gumamnya lalu mengulurkan tangannya sampai ke pantat Megumi.

Saat dia membantu Megumi mendorong jarinya masuk ke dalam lubang yang telah basah kuyup di sana. Tubuh Megumi bergetar dan melonjak setiap saat jemarinya mengenai titik sensitifnya.

"Se-sensei...."

Di tengah jalan Megumi berhenti menghisapnya. Ia mengadahkan kepalanya, masih dalam posisi badan tengkurap dan posisi pantatnya naik. Matanya berbinar meneteskan air mata.

"A-aku mau....kumohon....cepat berikan padaku," pintanya dengan wajah memelas.

Pada saat seperti inilah. Satoru merasa Megumi telah menjadi miliknya seutuhnya.

Setiap kali Megumi memohon dan menangis di bawah kakinya. Ada perasaan bangga dan senang memenuhi hatinya.

Emosi tersebut sangatlah adiktif. Sampai-sampai dia akan melakukan segala cara agar bisa melihat Megumi tunduk di bawahnya. Tanpa ada seorang pun di dunia ini yang bisa menolongnya.

To be Continue

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top