22. I'II be Your Canvas
Warning: Rim job (klo gak ngerti google is your best friend, ask them) for 18+only
enjoy!!
OXO
"Megumi...."
Suara Satoru ketika memanggil namanya terdengar sangat lembut, ciuman yang diberikannya secara berlahan membuatnya pikirannya melayang di atas angin.
Seperti biasa lidah Satoru selalu mendominasi dan menjajah rongga mulutnya, tetapi kali ini pria itu bergerak pelan. Menghisap lidah Megumi secara berlahan bahkan sesekali lidahnya menggesek langit-langit mulutnya dengan gerakan menggoda.
Selama berciuman Satoru mengusap kepalanya dengan lembut, dan memeluknya dengan erat. Sesekali pria tersebut juga mengusap daun telinganya yang sensitif sambil membisikkan namanya.
Megumi...megumi.....
Suara pria itu terdengar bagaikan alunan melodi yang indah. Megumi merasa sangat nyaman dan aman di dalam dekapan nya.
Masih belum cukup. Panggil namaku lagi. Cium aku lagi.
Megumi akan merengek setiap kali Satoru berhenti. Pemuda itu memelas dan memohon dengan sepasang mata indah yang berkaca-kaca, menatap langsung manik biru langit milik pria yang selalu di dambakan nya.
Gojo Satoru adalah dunianya yang kecil dan sempit. Makanya, apapun yang dilakukannya dia tidak akan pernah terbebas darinya. Tiada lagi yang bisa dilakukan Megumi selain jatuh dan terperangkap di dalam pesona nya.
Pengakuan Yuuji telah menghilang bersama dengan ingatan-ingatannya yang lain. Sungguh ironi karena baginya sekarang hanya ada Gojo Satoru seorang yang mampu untuk memuaskan segala hasratnya. Perasaan menyesal telah menikahi pria tersebut pun dengan ajaibnya telah lenyap tanpa se pengetahuannya.
Sejak kapan dia menjadi ketergantungan akan sentuhan Satoru?
Badannya memanas, dia lalu mengambil tangan pucat Satoru dan membawanya untuk menyentuh dadanya. "Sentuh aku?" bisik nya dengan gerakan bibirnya yang mengkilap dan basah.
Satoru tersenyum sebagai balasannya lalu menuruti keinginan pemuda tersebut. Dengan menggunakan dua tangannya dia meraba dan merasakan kulit Megumi, dalam diam mengagumi kehalusan dan kemulusan pemuda tersebut.
Dia lalu menekan puting kecil berwarna merah muda itu, sebelum menghisapnya dan mengigitnya seperti memakan buah stroberi kesukaannya.
Megumi langsung merintih kesakitan karenanya, tapi dia langsung mendesah setelahnya. Tubuhnya mulai bergetar hebat ketika Satoru mulai menggerayangi sekujur tubuhnya bahkan mengigit sampai ke perut ratanya.
"Akh!"
Dia hampir berteriak ketika dia menyadari kepala Satoru yang entah sejak kapan berada di antara selangkangannya. Dia bahkan bisa merasakan nafas hangat pria itu meniup kejantanannya yang semakin menegang,
"Tu-tunggu!" serunya yang malu setengah mati. Megumi mulai memberontak dengan menggoyangkan kedua kakinya yang tengah berada di atas kedua pundak pria itu.
"Sa-satoru-san kau tidak per---Ahh!!" Belum selesai Megumi mengatakannya, dia mulai mendesah tak terkendali. Walaupun dia mencoba membungkam mulutnya dengan kedua tangannya. Rengekannya masih terdengar nyaring dan menggema di ruangan.
Dia hanya menatap tak percaya akan apa yang dilakukan Satoru padanya. Tidak pernah, bahkan di dalam mimpinya sekalipun, kalau Satoru akan menggunakan mulutnya untuk menghisap penisnya.
Parahnya, pria itu malah bertingkah kalau apa yang sedang dilumatnya semacam makanan enak.
"AH!! SATORU--satoru-san!!"
Dari desahan halus Megumi mulai menangis dan berteriak.
Stimulasi yang di dapatkannya terlalu berlebihan. Spontan Megumi berusaha mendorong kepala Satoru, namun tenaganya tak sanggup. Seluruh tenaganya seolah terhisap, tangan dan kakinya sampai terasa seperti jeli.
Tetapi Satoru tak menggubris. Pria itu malah semakin giat untuk mengisap dan melumat. Sedangkan matanya tak berhenti menatap wajah Megumi yang telah basah kuyup dengan air mata bercampur keringat.
Tidak lama kemudian mulut Satoru terasa penuh akan cairan kental berasa hambar.
Tanpa ragu dia pun menelannya begitu saja dan menyeringai puas ketika melihat Megumi tercengang dengan wajah memerah padam.
"Be-berhenti sensei....cukup..." pinta Megumi yang masih terengah-engah.
Namun Satoru mengabaikan permintaannya. Dia malah menarik kaki Megumi dan kembali membenamkan wajahnya ke selangkangan pemuda itu.
"SE-SENSEI!!" teriak Megumi sejadi-jadinya. Dia tidak sanggup kalau harus melewati penghinaan yang sama untuk kedua kalinya.
"Ukh!!" Jangan bercanda! Kali ini dia bisa merasakan hembusan nafas pria itu berada di pantatnya.
"Ku-kumohon hentikan. Gojo sensei!!" pintanya lalu sebelum kembali membungkam mulutnya.
Satoru sama sekali tidak mendengarkannya. Dia nampak senang mempermainkan lubang pink yang berkedut di depannya. Dia menjilatinya dan memasukan lidahnya di dalam sana----apa yang dari ditakutkan Megumi.
Penghinaan apapun akan jauh lebih baik ketimbang apa yang dilakukannya Satoru padanya sekarang. Megumi tidak kuasa lagi menahan desahannya, seluruh tubuhnya menggeliat dan bergetar semenjak pria itu memasukan lidahnya.
Megumi mengigit bibir bawahnya sampai berdarah. Satoru yang menyadarinya lantas memakai dua jarinya untuk membuka mulut Megumi, memasukannya kedalam mulut kecil pemuda tersebut lalu menarik keluar lidahnya yang mungil dan semerah semangka.
Ruangan itu pun langsung penuh akan suara desahan Megumi. Terdengar nyaring bagaikan tangisan tetapi bagaikan melodi di telinga Satoru.
Sepanjang waktu Satoru memainkan lidahnya di dalam sana. Lubang pink milik Megumi pun semakin melunak dan basah kuyup seperti meleleh.
Lubang itu semakin sensitif dan semakin menggoda untuk dimasuki. Satoru tersenyum puas akan hasil karyanya setelah dia mengeluarkan lidahnya dan mendapati Megumi yang telah kelelahan. Entah sudah berapa kali pemuda itu mencapai klimaknya sendirian. Dibandingkan dirinya yang masih rapi dengan baju lengkap. Megumi sudah basah kuyup dengan tubuh telanjang bulat.
Berkat perbuatannya. Dia berhasil membuat Megumi nampak seperti makanan lezat yang disajikan hanya untuk dirinya.
"Megumi. Jangan tidur," tegur Satoru seraya menepuk-nepuk pipi Megumi. "Aku bahkan masih belum mulai," ujarnya seraya dia melepaskan kaos hitam ketat yang sering dipakainya di balik seragam.
Begitu kaos tersebut jatuh di lantai. Badan kekar dengan lekukan otot bagaikan patung Yunani menyambut di depan mata Megumi. Hanya dengan melihatnya saja sudah cukup untuk mengembalikan nafsu pemuda tersebut.
Megumi menginginkannya. Dia menginginkan tubuh indah yang mendekati kesempurnaan itu.
Mau bagaimana pun dia masih remaja lelaki di masa pubernya. Libidonya tidak akan kalah dari kebanyakan remaja lainnya.
Megumi hampir di buat mimisan ketika Satoru menurunkan resleting celananya. Mengesampingkan rasa lelah yang di telah dapatkannya, Megumi sudah tidak sabar menunggu kejantanan pria itu masuk dan menghantam lubangnya. Hanya dengan membayangkan bagaimana penis besar dan kokoh milik Satoru masuk dan mengacak isi perutnya saja sudah membuat tubuhnya kembali memanas.
Tentu Satoru memahami apa yang sedang dipikirkannya, semuanya terpampang di wajahnya. Satoru lalu tertawa dan menjahilinya. "Megumi no ecchi," oloknya bercanda.
Megumi langsung memerah padam. "Be-berisik!!" serunya langsung membuang muka. "Apalagi siapa yang memulai ini duluan?...." gerutunya sambil mengembungkan pipinya.
"Megumi yang menggodaku duluan," jawab Satoru lalu mengangkat tubuh Megumi dengan satu tangan sementara tangannya yang lain menarik lengan pemuda tersebut.
Tanpa aba-aba Satoru meletakan Megumi di atas pangkuannya dan memasukannya penisnya dalam sekali tusuk.
Megumi hampir terjatuh ke belakang apabila Satoru tidak memapah punggungnya. "Ahh....ahh..." Dia pun merintih sambil memegangi perutnya yang terasa penuh. "Terlalu dalam," bisiknya lalu memeluk Satoru dengan erat.
"Apa sakit?" tanya Satoru sembari mengecup kening Megumi yang matanya terpejam dengan erat. Sangat menggemaskan, batinnya tersenyum lega ketika Megumi menggelengkan kepalanya. "Hmm... Tentu kau tidak akan kesakitan. Hari ini aku mempersiapkanmu lebih lama daripada biasanya," ujarnya lalu mulai mencumbu leher dan pundak Megumi sampai pemuda itu terbiasa dengan benda asing di dalam perutnya.
"Ah....gomen ne. Tapi hari ini aku lupa memakai kondom."
Bukannya mulai bergerak, Satoru masih saja bisa mengoceh. Megumi yang kesabarannya mulai menipis lantas memukul pundaknya dan menegurnya. "Apa gunanya kau meminta maaf sekarang!?" ujarnya seketus mungkin.
"Padahal biasanya aku gentleman," jawab Satoru yang terlihat jelas keisengannya. Dia hanya ingin mengerjai Megumi sampai memaksa pemuda tersebut bergerak duluan.
Pada akhirnya----seperti biasanya Megumi hanya bisa mengalah. Dia sudah tidak tahan akan setiap sentuhan iseng yang dilakukan Satoru. Badannya semakin memanas setiap kali Satoru meremas bongkahan pantatnya.
Megumi mulai menggerakan pinggulnya, mengangkat pantatnya sebelumnya menjatuhkannya kembali.
Setiap kali dia memasukan kembali kejantanan itu, perutnya terasa terlilit dan tersentrum oleh sengatan listrik yang membuatnya semakin berani untuk mempompa tubuhnya di atas pangkuan Satoru.
Selain dirinya. Satoru pun juga sepertinya mendapatkan kenikmatan tersebut. Desahan halus yang di keluarkan pria itu membuat Megumi semakin mempercepat gerakan pinggulnya. Dia ingin melihat dengan kedua matanya sendiri bagaimana mesumnya ekspresi sang manusia terkuat ketika pria itu mencapai klimaksnya.
Gojo Satoru sangatlah tampan, wajahnya yang selalu tertata rapi kini nampak berantakan. Ada rasa kemenangan dan keangkuhan timbul di saat ia menyadari kalau cuma dia yang bisa membuat pria tersebut berekpresi demikian.
Spontan Megumi ingin menciumnya dan dilakukannya begitu saja. Gilirannya sekarang yang membuat Satoru terkejut akan serangan mendadaknya tetapi pria itu langsung menerima ciumannya dan melanjutkannya dengan ciuman yang lebih panas.
TO BE CONTINUE
A/N:
well aku idiot kalau udah nyangkut adegan dewasa. entah apa harusnya full vulgar atau menyertakan sensor dengan kata pengganti.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top