15. Hopelessly Falling
"Apa kau yang bernama Megumi-kun?"
Megumi mengingatnya. Bagaimana Satoru menyapanya di waktu pertemuan pertama mereka berdua. Tidak mungkin Megumi bisa melupakannya. Waktu itu Satoru adalah definisi nyata dari pria mencurigakan yang harus dijauhi anak-anak kecil.
Seharusnya Megumi mengabaikannya, menjauhinya seperti yang diminta orang-orang dewasa di sekelilingnya. Semenjak Megumi menerima tawarannya untuk berlatih menjadi penyihir Jujutsu, dan sebagai gantinya Satoru akan membantu kakak beradik Fushiguro, memfasilitasi mereka dengan keperluan sehari-hari. Gojo Satoru menjadi sering menjenguk ke apartemen kumuh mereka.
Waktu itu Gojo Satoru adalah seorang remaja yang berpenampilan menarik, walaupun sering dianggap mencurigakan oleh para warga sekeliling komplek Megumi tinggal. Mungkin yang membuat orang-orang menganggapnya demikian adalah kacamata hitam yang selalu senantiasa bertenger menutupi wajah tampannya.
Megumi yang dari awal sudah memiliki kesulitan untuk terbuka pada orang baru, mulanya meragukan kebaikan Satoru. Di matanya lelaki tersebut jelas-jelas bukanlah tipe orang yang menggemari perbuatan amal tanpa alasan tertentu.
Walaupun itu hanya sebentar, Megumi meragukannya lantaran keterus-terangan Satoru yang langsung membeberkan niat aslinya. Dia menjelaskan bahwa teknik kutukan yang dimiliki oleh Megumi merupakan teknik warisan dari darah klan Zen'in.
Megumi mungkin tidak menyukai sikap Satoru, namun dia tidak membenci kejujurannya. Dimatanya lelaki bangsat semacamnya jauh lebih bisa diandalkan ketimbang orang-orang dewasa yang suka pura-pura memperhatikannya sambil menggosip di belakang, hanya menasehati tanpa melakukan apapun untuk menolong———sekumpulan munafik.
Gojo Satoru, yang eksistensinya tidak seperti manusia, adalah seorang pria yang mempunyai kemampuan untuk membuat semua orang tunduk kepadanya. Orang semacam itulah yang selama ini selalu bersama Megumi.
Selain rasa kagum dan hutang budi. Apalagi yang akan di rasakan Megumi ketika bersama dengan Satoru?
Sebaliknya. Apa yang selama ini dirasakan Satoru ketika dia bersama dengan Megumi?
OXO
Begitu Megumi membuka matanya, "Ukh!" Dia meringis kesakitan seraya menggelengkan kepalanya, berusaha mengguncang kepalanya yang terasa pening. Pandangannya nampak buram. Megumi butuh menyipitkan matanya, memfokuskan pandangannya pada satu arah sebelum mengenali sekelilingnya.
Badannya terasa sangat kaku. Anehnya Megumi pun tak bisa menggerakan tangan ataupun kakinya. "A-apa-apaan!!?" serunya tersentak kaget begitu dia menyadari posisinya yang terjebak di kursi dengan tangan diikat ke belakang dan kedua kakinya yang terikat dengan kaki kursi.
Gojo Satoru pasti dalang dari situasinya sekarang. Ruangan asing bergaya tradisional dimana dia sedang berada pun pasti merupakan salah satu ruangan di dalam mansion keluarga Gojo.
"Hahaha...."
Megumi lalu tertawa hambar. Diamatinya ruangan tersebut terpasangkan banyak jimat kutukan. Semua tali yang sedang mengikatnya pun juga pasti adalah alat kutukan.
Apakah ini semua adalah usaha Satoru untuk mengekangnya?
Siapa sangka Satoru akan berbuat sampai sejauh ini? Magumi pun sampai tak habis dibuatnya. Sebenarnya apa yang diinginkannya? Padahal selama pria itu bertanggung jawab atas keselamatan Yuuji. Apapun akan dilakukan Megumi.
"Aku tidak bisa meremehkanmu. Selama aku tidak ada, kau adalah penyihir Jujutsu terkuat di dalam mansion ini...."
Tiba-tiba suara Satoru berdengung dan memukul ingatannya. Benar juga, kini Satoru tidak sedang di rumahnya. Itulah alasan utama mengapa Megumi ditahan seperti ini.
"Brengsek. Padahal aku sudah bilang akan menunggunya," keluh Megumi seraya bersandar pada kursi dan mengadahkan kepalanya, berusaha untuk merasa senyaman mungkin.
"Dia pasti tidak mempercayaiku....."
Nampaknya Gojo Satoru benar-benar serius untuk mengurungnya. Bahkan di langit-langit ruangan ada jimat yang berfungsi untuk melemahkan energi kutukan.
Setelah mengagumi betapa banyaknya jimat-jimat tersebut. Lantas Megumi berpikir. Apakah semua usaha Satoru sudah cukup untuk memenjarakannya?
Dia sekarang adalah penyihir Jujutsu tingkat-1. Jimat semacam itu biasanya tidak berfungsi.
Bagaimana Megumi membuktikan kalau semua hal tersebut masih belum cukup untuk menahannya?
Memikirkannya, entah mengapa bayangan mengenai dia yang menghancurkan ruangan dan membuat Satoru memarahinya lagi karenanya malah menarik senyuman Megumi.
Akan dipastikannya Satoru menyesal karena memaksanya menikah dengannya. Walaupun melakukannya berarti sama dengan harus bermain dengan api.
Megumi lantas menunduk, berniat memanggil Shikigaminya dari bayangan di bawah kakinya. Perlahan bayangan tersebut mulai membentuk seekor anjing namun proses tersebut langsung gagal bersamaan dengan saat seseorang memasuki ruangan.
Gojo Satoru menginjak bayangan tersebut. Megumi hanya bisa menghela nafas kecewa ketika dia menemukannya berdiri di hadapannya.
"Kurasa aku yang bodoh karena mempercayaimu...."
Megumi pun dibuat tersenyum masam setelah mendengarnya. "Bukannya kau tidak pernah mempercayaiku?" balasnya seraya mendongak. Bertemu tatap dengan sepasang iris biru langit yang memabukan. Walau susah diakui, Megumi sebenarnya selalu dibuat hampir menggila setiap kali melihat Satoru tanpa penutup mata.
Apalagi kali ini pria itu muncul dengan mengenakan Kimono. Ketampanan dan tubuh sempurna pria tersebut. karismanya yang mendekati kesempurnaan. Entah mengapa selalu berhasil menarik sesuatu dari dalam hati Megumi.
"Mau bagaimana lagi?" Secara mengejutkan Satoru berbicara dengan lembut. Membelai pipi Megumi dengan tangannya yang besar dan hangat. "Karena aku sudah tidak mau kehilangan lagi orang yang kuanggap berharga," imbuhnya seraya menunjukan raut muka sedih yang nampak agak familiar.
"Berharga?"
Di saat Megumi melihat wajah sedihnya itulah. Dia berharap agar pertemuan mereka di masa lalu tidak pernah terjadi, agar dia bisa membenci pria itu dengan segenap hatinya. Namun setiap kali menemukan dia sisi lemah gurunya. Megumi selalu luluh, dia selalu berakhir memaafkan segalanya.
".....Gojo sensei. Tolong lepaskan aku dulu. Setelah itu baru kita bicarakan," bujuk Megumi dengan lembut yang secara mengejutkan langsung ditolak mentah-mentah.
"Tidak boleh," bisik Satoru persis mendesis. "Kau dengar apa yang ku katakan barusan. Aku tidak mau mengambil resiko," ujarnya seraya menarik kerah Megumi. Hampir mengangkat pemuda itu bersama dengan kursi yang di dudukinya.
Cara berbicara pria itu mungkin masih terdengar santai sebagaimana biasanya, namun cengramannya membuat Megumi hampir tercekik terutama karena posisi tak nyamannya.
Megumi tak mampu berkutik. Dia hanya bisa pasrah di dalam gengamannya. Megumi hanya bisa terdiam sambil menunggunya melakukan sesuatu, mereka terus saling bertukar tatap. Kemudian disanalah Megumi baru menyadari. Kelakuan kasar Satoru rupanya sangatlah kontras dengan cara pria itu menatapnya.
Tatapan sedih yang sama terpantul dari sepasang iris biru bagaikan permata. Setiap kali Megumi bertatapan dengannya. Dadanya akan merasakan sakit.
"Gojo sensei....aku..."
Setelahnya Megumi bingung harus bagaimana dia melanjutkannya. Mulutnya dalam posisi terbuka namun suaranya tak muncul. Niatnya yang ingin menghibur pun, akhirnya menjadi sekedar niat yang tak terwujudkan.
"Hmm Gojo huh," komentar Satoru yang lantas menunduk dan melepaskan ikatan tali di kaki Megumi. "Bukannya itu juga adalah namamu mulai sekarang?" tanyanya seraya mengintip reaksi Megumi dari posisinya yang bersimpuh di bawah.
Megumi mengerjapkan matanya cepat sebelum dia tersentak dengan wajah bersemu. "Gojo Megumi. Itulah namamu mulai sekarang," sebelum Megumi sempat menyangkalnya. Satoru harus mengingatkannya kembali.
"......a-apa..." Megumi membuka mulutnya lebar-lebar hendak mengutarakan protesnya. Namun setelah kulitnya merasakan tangan besar Satoru membelainya dengan sangat lembut seolah-olah kemarahannya telah menghilang. Megumi pun dibuat bergidik dan perlahan terangsang olehnya.
Cara Satoru menyentuhnya begitu sensual. Jemarinya yang panjang bergerak dengan sangat hati-hati, sengaja menyentuh seminimal mungkin. Megumi yang tangannya masih terikat ke belakang, memperhatikan tindakan tersebut dengan pasrah. Secara bertahap nafasnya memburu semakin terangsang ketika Satoru memainkan telapak kaki Megumi, merabanya, menciumnya bahkan mengigitnya sambil menatap dengan intens.
"Se--sensei hentikan," pinta Megumi memelas. "Lepaskan aku dulu," pintanya yang masih diabaikan oleh pria yang duduk di bawahnya tersebut.
"......ma-mana ada suami yang mengikat istrinya seperti ini?" tanya Megumi yang asal berbicara. Dia terlalu panik untuk membuat pertanyaan yang masuk akal. Begitu dia menyadari pertanyaan bodohnya. Megumi pun lantas dibuat memerah padam dengan mulut terbuka lebar lalu tertutup kembali secara berulang-ulang, membingungkan diri dengan mencari kata-kata yang tepat untuk mengkoreksi kesalahannya.
"Meskipun aku sedang melayanimu?" balas Satoru menggoda dan menyeringai puas. Tangannya yang lain lalu meremas selangkangan pemuda yang baru saja mengaku sebagai istrinya tersebut. "Lihatlah. Kau sudah seperti ini," komennya seraya menunjuk dengan lirikan matanya.
"A-ah!" Punggung Megumi langsung terlempar ke belakang. Desahan panjang yang kemudian berlahan diikuti rintihan-rintihan kecil yang mulai mengalun dari bibir ranumnya.
Sentuhan tangan Satoru terlalu berbahaya untuk tubuhnya yang kian sensitif. Semakin tangan pucat nan besar itu meremasnya dan menekannya, dia menggeliat tanpa mampu untuk bergerak banyak diatas kursi.
"......ya-yang kulihat. Sedari tadi... kau cuma ingin mem-mempermainkan...ku!!" protes Megumi sebisanya di tengah-tengah nafasnya yang kian memburu. Sudut matanya pun mulai berair, memandang gurunya dengan tatapan berkaca-kaca. Rasa sakit ditangannya seolah membakar kulitnya. Satoru pasti juga sudah mengetahuinya dan memilih untuk dengan sengaja membiarkannya dalam posisi tak nyaman yang menyakitinya.
"Hmm...." Deheman sombong itu terdengar memiliki nada. Sampai kapanpun terdengar sangat menyebalkan. Kalau saja Satoru tidak menahan kedua kakinya, Megumi pasti sudah menendang mukanya.
"Lebih tepatnya. Suamimu ini hendak menghukum mu," sambungnya dengan nada ceria lalu bangkit berdiri. "Tapi semenjak malam ini Megumi jadi istriku. Cobalah memikirkan satu atau dua cara untuk membujukku?" tawarnya selagi dia berdiri tepat di hadapan Megumi yang kini harus mendongak untuk melihatnya.
TO BE CONTINUE
Editing by: gracias___
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top