13. Negatively Pure
Beberapa jam yang lalu,
Ketika Satoru melepaskan Megumi, sengaja membiarkan muridnya terbang kabur dengan menggunakan Shikigaminya. Padahal sengaja namun keinginannya untuk menghancurkan dunia sempat terbesat di dalam kepala pria tersebut.
Seketika seluruh mansion seolah tertimpa oleh gempa dashyat, kebanyakan dari mereka yang mempunyai kemampuan untuk merasakan energi kutukan pun langsung lari terbirit-birit lantaran tak tahan akan tekanan yang berasal dari besarnya energi kutukan yang dikeluarkan oleh sang kepala klan.
Hatinya berkecambuk oleh amarah namun bibirnya masih menyunggingkan senyuman. Ketika Gojo Satoru sedang bertingkah sedikit kekanakan, maka tak akan ada satupun yang berani mendekatinya. Sekalipun kedua orang tuanya yang selalu menganggapnya sebagai monster atau sebuah alat yang mengutuk penggunanya.
Otot-otot di lehernya timbul, rahangnya terasa sangat amat kaku. Senyuman cerianya kini nampak lebih seperti topeng ketimbang biasanya. Namun pria itu masih berjalan santai, berdiri tegap seraya mengantongi tangannya.
"Bocah sialan."
Anggap saja Megumi sedang mengajaknya bermain kejar-kejaran. Bukanlah perkara besar. "Biarkan aku menangkap mu, Megumi." Begitulah, dia cuma perlu meladeni permainan bocah nakal itu. Benar. Dalam 10 tahun Satoru merawatnya. Ini bukanlah pertama kalinya Megumi melakukan pemberontakan. Seperti masa ketika Megumi menjadi berandalan di SMP nya.
Tanpa mengatakan apapun. Satoru lantas menjalankan mobilnya dan menuju ke tempat yang paling mungkin di datangi Megumi. Apalagi kunci utamanya kalau bukan: Itadori Yuuji?
OXO
Entah sejak kapan keobsesiannya terhadap Megumi tercipta dan membusuk di dalam hatinya. Mulanya dia sendiri juga tidak memahaminya, alasan mengapa dia mau merepotkan diri untuk mendatangi anak dari pria bangsat yang nyaris saja membunuhnya, bahkan sampai membelinya, melatihnya, lalu merawatnya.
Entah mengapa pertemuannya dengan Megumi berakhir membuatnya memilih untuk menjadi seorang guru.
Dirinya di masa SMA bukanlah lelaki penyabar, tidak cukup dewasa dalam menghadapi perkara di depan mata. Satoru juga bukanlah penyuka anak kecil, menurutnya semua anak-anak di dunia ini cuma dilahirkan sebagai beban bagi orang dewasa.
Tidak ada gunanya pula orang sekuat dirinya menjadi badut hanya untuk menghibur seorang bocah yang tak pernah dikenalnya. Terlebih lagi anak dari pria yang barusan di bunuhnya.
Namun Megumi berada di luar ekpektasinya.
Pertama kali melihat wajah Megumi, bagaimana anak itu membuat ekpresi yang sama persis dengan mendiang ayahnya. Satoru pun langsung merasakan ilfeel. Tapi entah mengapa tatapan malas bocah tersebut malah menarik dirinya untuk melakukan sesuatu yang di luar karakternya.
Fushiguro Megumi, saat itu dia masih duduk di bangku kelas-1 SD.
Tubuhnya yang kurus dan pendek, wajahnya yang kekanakan tidak pernah membuat ekpresi yang sesuai usianya, caranya berbicara maupun berpikir juga demikian. Satoru dibuatnya selalu lupa bahwa dihadapannya hanyalah seorang bocah ingusan yang hampir mati kelaparan apabila secuil uang yang di tinggalkan ibunya habis.
Mungkin mulanya perbuatan Satoru dilandasi oleh rasa kasihan. Walaupun di belakangnya dia mulai kembali mempertanyakan keputusannya.
Megumi bukanlah anak manis yang suka tersenyum, sebagaimana kakaknya. Dia adalah definisi dari kebalikan Tsumiki. Terkadang sifat dingin dan Stoic-nya selalu mengingatkan Satoru kepada mendiang ayahnya.
Tapi terkadang di lain waktu Megumi akan terlihat lebih seperti anak baik dan pemalu yang sebenarnya ragu untuk menunjukan kelembutannya.
"Terima kasih Gojo-san. Hari ini adalah pertama kalinya aku mengunjungi kebun binatang...."
Megumi juga adalah anak yang sopan dan tahu bagaimana caranya berterima kasih, walaupun biasanya bocah itu bermulut kotor. Melihatnya Satoru selalu merasa luluh dan akhirnya memaklumi kepribadian rumitnya.
Apabila ada sesuatu dari Megumi yang mudah untuk ditebak. Maka hal tersebut ialah: Tsumiki dan hewan, Megumi sangat menyukai kedua hal tersebut. Karena Satoru sering mendapati senyuman Megumi setiap kali dia membahasnya.
Berlahan Satoru tidak mempermasalahkan keputusannya untuk membantu kakak-adik Fushiguro. Bahkan dia pun mulai merasakan adanya perasaan kebapak-bapakan yang kian tumbuh setiap kali dia menatap sayang pada setiap kelakuan Megumi.
Satoru mengira dia telah memperlakukan kakak-adik Fushiguro sebagaimana nanti dia akan memperlakukan anaknya sendiri di masa depan. Seperti saat dia menyediakan kebutuhan hidup mereka, menyekolahkan mereka, mendidik mereka, berlibur bersama mereka, makan bersama mereka, bahkan tidur bersama di Futon kecil yang sangat sesak untuknya. Seolah-olah mereka bertiga adalah sebuah keluarga kecil yang sederhana.
Jujur saja semua hal tersebut tidak terdengar buruk.
Karena pada saat itu Satoru sangat menghargai keberadaan kakak-beradik Fushiguro. Khususnya Megumi yang selalu dilatih dan diperhatikan perkembangannya.
Sampai pada suatu ketika.....semua pemikiran tersebut kembali diragukannya.
Suatu malam.
Salah satu malam dimana Satoru menginap di sebuah apartemen yang bisa dibilang cuma gubuk reot apabila dibandingkan rumahnya. Disana dia selalu tidur dengan kaki yang menggantung lantaran panjang Futon yang tak mencukupi tinggi badannya. Namun anehnya tempat tersebut selalu menjadi tempat pilihannya ketika dirinya lelah.
Satoru selalu tidur di sisi paling kiri, sedangkan Megumi berada di tengah-tengah. Ketika tidur Megumi selalu mencari kehangatan, terkadang dia akan memeluk Satoru yang berada di sebelahnya, memeluknya sampai pagi. Berkat kebiasaan tersebut, Satoru selalu menjahilinya, walau diam-diam pria tersebut menyukai kebiasaan menggemaskan tersebut.
Pada malam itu. Seperti biasa Megumi tidur pulas sambil menempel padanya, memeluk tangan Satoru dan menjadikannya seperti guling. Mulanya tindakan tersebut, terlihat polos tak berdosa, sama seperti malam-malam sebelumnya.
Sampai Satoru terbangun karena merasakan guncangan dan gerakan-gerakan di tangannya. Begitu membuka matanya dia dibuat sedikit terkejut ketika menemukan telapak tangannya berada di antara selangkangan Megumi.
Di dalam tidurnya. Tubuh anak kecil itu bergerak-gerak, berusaha menggesekan bagian selangkangannya agar bisa mendapatkan sedikit stimulasi dari tangan Satoru yang terdiam.
Satoru pun dibuat kebingungan namun setelahnya dia pun mulai memahami insting Megumi. "Dia sudah pada umurnya," demikian komentarnya dalam hati lalu menggerakan tangannya. Tiba-tiba memutuskan untuk membantu Megumi untuk memuaskan nafsunya yang masih kekanakan dan sederhana.
Penisnya yang kecil mini mulai membasahi celananya, semakin Satoru menggerakan tangan dan jemarinya, Megumi pun menggeliat dan merintih sambil memeluk erat lengan pria tersebut.
Pemandangan tersebut terlalu liar bagaikan kriminalitas. Satoru merasa sedikit berdosa setelah ia menyadari bahwa dirinya menikmati reaksi mesum dari seorang bocah yang terangsang oleh sentuhannya.
Lebih parahnya lagi. Satoru tidak pernah menyesali perbuatannya. Sebaliknya malam tersebut bagaikan pintu baru yang terbuka lebar hanya untuknya.
Satoru telah menemukan. Bahwa perasaannya terhadap Megumi tidak pernah murni. Bahkan niat licik bapak bajingannya yang hendak menjualnya ke Zen'in terlihat sangat suci apabila harus dibandingkan dengan niat kotornya.
Apa yang murni darinya hanyalah murni obsesi yang dibumbui sedikit rasa penasaran.
Satoru sendiri gagal untuk memahami dirinya yang bisa-bisanya menyimpan hasrat semacam itu pada anak semuda Megumi. Dan bagaikan sebuah penyakit. Hasrat tersebut semakin hari makin memperburuk akal sehatnya.
Kematian sahabatnya pun manjadi pemicunya. Ketika hanya ada Megumi seorang yang menemaninya. Satoru hampir saja menggila lantaran harus menahan dirinya untuk tidak mengekang bahkan mengurung pemuda yang saat itu sedang duduk di bangku SMP---- Masa-masa pemberontakan Megumi dimasa remajanya merupakan ujian terberat bagi Satoru.
Namun sisi lembut Megumi juga menyelamatkannya.
"Gojo-san. Aku membuatkanmu madu lemon jadi tolong berhentilah memakan cemilan...."
Satoru bukan perokok maupun peminum. Satu-satunya yang mampu menenangkan kegelisahannya adalah makanan manis. Namun sepertinya kebiasaan buruknya membuat Megumi mencemaskan nya.
Selama bertahun-tahun Megumi selalu menjadi orang pertama yang menyadari kondisinya, selalu memahaminya tanpa harus memaksanya untuk menjelaskan sesuatu. Selama hal tersebut adalah masalah privasi Satoru.
Walaupun Megumi sekilas terlihat sangat berbeda dengan Suguru. Namun mereka berdua memiliki peran yang sebanding.
Selama bertahun-tahun dia menyimpan hasratnya terhadap Megumi, berusaha untuk menahan dirinya dengan terus meyakinkan dirinya bahwa pemuda tersebut tidak seharusnya ia bandingkan dengan mendiang sahabatnya itu.
Sampai pada insiden Ryomen Sukuna yang kehilangan kendali, kecelakaan yang nyaris membunuh Megumi.
Satoru tak pernah sanggup untuk memaafkannya. Mau itu Sukuna ataupun Yuuji yang harus disalahkan, itu bukanlah hal terpenting, keduanya sama-sama hampir merebut Megumi darinya.
Setelah insiden berlalu. Kiranya sakan dengan mudah menjauhkan Megumi dari Yuuji, salama menunggu sidang yang berujung kepada eksekusi mutlak.
Namun secara diluar dugaan---seperti sebagaimana Megumi selalu membuatnya terkejut. Pemuda tersebut malah memohon, menangis padanya untuk menyelamatkan Yuuji.
Bahkan Megumi rela akan melakukan apapun selama Satoru menyetujuinya.
Seolah-olah Gojo Satoru bisa melakukan apapun.
Walaupun enggan rasanya tapi sebagai salah satu ahli Jujutsu dan pondasi dari dunia ini. Bahkan apabila dia harus mengesampingkan perasaan pribadinya sekalipun. Gojo Satoru tak memiliki alasan yang tepat untuk menyangkal eksekusi Itadori Yuuji yang telah dianggap masyarakat sebagai ancaman terbesar bagi umat manusia.
Menyetujui permintaan Megumi merupakan tindakan terbodoh yang pernah dilakukannya.
Namun satu hal yang pasti.
Satoru tidak melakukan semua pekerjaan merepotkan tersebut hanya untuk mendapati Megumi yang kabur darinya. Perjanjian diantara mereka tidaklah seperti itu.
Kali ini adalah kesalahan Megumi.
Suka atau tidak suka. Kali ini Satoru berniat akan menyeretnya dan memastikan kejadian semacam ini tidak akan pernah terjadi lagi.
Tenang saja.
Selama Megumi masih hidup, satu atau dua luka ringan tidak akan membunuhnya.
TO BE CONTINUE
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top