12. Selfish and Irrational Desire
"Itadori. Ini aku Fushiguro," ujarnya begitu sambungan telepon tersambung. "Dengarkan aku dulu," pintanya sebelum temannya di seberang sana mulai merancau.
"Datanglah ke atap rumah sakit dan juga pinjami aku bajumu," sambungnya cepat ketika Yuuji mulai tenang. "Nanti aku akan mengirimkan alamatnya. Pastikan kau datang sendiri dan jangan beritahu siapapun kalau aku menelponmu."
Mungkin karena kepepet. Megumi tak memiliki banyak pilihan untuk menentukan lokasi pertemuan. Terutama apabila dia harus mempertimbangkan kondisi Yuuji yang kemungkinan besar masih diawasi. Oleh sebabnya Megumi lantas lebih memilih rumah sakit tempat Tsumiki dirawat, salah satu tempat umum yang dipenuhi penduduk sipil. Organisasi tidak akan berani membuat kerusuhan di tempat umum apabila tidak ada alasan yang jelas.
Yuuji tidak menanyainya, dia langsung setuju untuk mengikuti permintaan Megumi.
OXO
Tiada ada yang lebih di rindukannya ketimbang mendengarkan suara Yuuji secara langsung. Megumi dibuat tertegun sesaat setelah dia mendapati Yuuji yang datang-datang langsung melemparkan pelukan hangat dan kuat, sembari berbisik, "Fushiguro....fushiguro.. aku sungguhan mencemaskanmu.."
Megumi tersipu. Wajahnya pum makin memerah ketika tanpa di sadarinya dia telah membalas pelukan Yuuji. Rupanya kerinduannya pada Yuuji lebih besar ketimbang perkiraannya.
"Maaf karena tiba-tiba memintamu kemari," ujar Megumi seraya melepaskan pelukannya. "Ada beberapa hal yang ingin kutanyakan pada...mu...." terangnya lalu tak sengaja bertatapan mata dengan Yuuji yang saat ini wajahnya sangat dekat dengannya.
Jantung sempat berhenti berdetak. "I-itadori," panggilnya lalu membuang muka karena malu. Entah mengapa Yuuji menatapnya dengan intens yang meciptakan mood aneh diantara mereka.
Megumi hampir menutup matanya, ketika jarak diantara keduanya lenyap. Lengan kekar Yuuji berada di pinggangnya, kekokohannya menunjukan keposesifannya. Megumi pun dibuat tidak mampu menolaknya, dia sangat merindukan Yuuji.
"Fushiguro. Apa kau terluka?"
Kiranya Yuuji akan menciumnya. Ternyata temannya itu hanya mengendusnya, mungkin mencium bau darah yang mengering di seragamnya. Menyadari kesalah pahamannya, Megumi langsung membuang mukanya lalu mendorong Yuuji.
Dia sangat malu akan pemikirannya sendiri. Mereka berdua hanya sebatas teman, tidak mungkin tiba-tiba Yuuji menciumnya kan?
"Cuma lecet," jawab Megumi. "Aku baru saja pulang dari misi. Karena suatu alasan aku tidak bisa kembali ke sekolah," terangnya lalu mengadahkan tangannya. "Pinjami aku bajumu. Kau membawanya kan?"tagihnya.
"Ah. Karena kau tiba-tiba menelponku. Kukira kau terluka atau semacamnya," ujar Yuuji lalu membuka tas ranselnya dan tersenyum lega. "Aku sampai terburu-buru lari kemari. Makanya aku hanya mengambil baju secara acak," terangnya lalu memberikan sebuah kaos putih polos yang sepertinya akan kelonggaran di tubuh Megumi.
"Terima kasih," ucap Megumi lalu menerimanya dengan baik-baik. Seperti Yuuji yang tersenyum padanya. Megumi pun tersenyum, bersyukur apapun prasangka buruknya, semua itu tidak terjadi pada Yuuji.
Megumi lantas melepas seragamnya. Dia berhenti di tengah-tengah melepaskan bajunya ketika dia merasakan tatapan Yuuji yang membuatnya risih sekaligus canggung. "Hei Itadori...." panggilnya hendak menegur.
"Lukamu cukup parah," namun Yuuji sudah mendahuluinya. Pemuda tersebut dengan mudahnya memutar tubuh Megumi dan menaikan bajunya.
"Kau yakin tidak ada yang salah dengan tulangmu?" tanyanya bernada prihatin.
Punggung Megumi memang sedari tadi berdenyut karena sakit. Tapi andai Yuuji tidak repot membahasnya. Megumi sendiri tidak akan mengetahui betapa besar luka lebam yang di dapatkannya. Mungkin karena efek andrenalinnya yang terus menerus dipacu, Megumi jadi tidak begitu merasakan sakit.
Ketidaktahuan Megumi terhadap kondisi lukanya sendiri lantas membuat Yuuji menghela nafas panjang. "Kemarilah. Biarkan aku membantumu," ujarnya lembut dan sabar seraya membantu Megumi melepaskan bajunya.
"Ukh!" Megumi meringis kesakitan ketika punggungnya bersentuhan dengan telapak Yuuji. "....ini bukan luka parah," sangkalnya masih walaupun wajahnya menunjukan betapa menyakitkan luka lebam tersebut.
Karena Megumi sedang membelakangi Yuuji, dia tidak melihat bagaimana pemuda tersebut mempertajam sinar matanya, kebenciannya terhadap luka lebam tersebut. "Hanya Sekali saja menurutlah," pinta Yuuji sebelum memakai energi kutukan untuk menyembuhkan Megumi. Semenjak Yuuji diangkat sebagai peyihir tingkat-1 dia pun juga bisa memanipulasi energinya, sebagaimana Sukuna melakukannya.
"Fushiguro. Kau selalu bertindak gegabah, selalu pulang dengan membawa satu atau dua luka yang membuat orang lain mencemaskan mu. Kumohon lebih perhatian lagi pada dirimu sendiri. Pantas saja Gojo sensei selalu mencari gara-gara denganmu hanya karena masalah ini," oceh Yuuji sambil memperhatikan proses penyembuhan punggung Megumi.
"Ukh!! Kau juga sama saja!" seru Megumi seraya berpegangan pada pagar pembatas. Walaupun dia dalam proses penyembuhan, rasa sakitnya masih seolah membakarnya. Ditambah lagi entah mengapa Yuuji sepertinya sengaja menekan lukanya. "Bukannya kau juga suka sembarangan menyerang musuh!?" protesnya sembari menoleh ke belakang.
Dilihatnya Yuuji menatapnya dengan tajam. Entah apa yang membuatnya pemuda itu marah. Megumi tidak bisa memahaminya namun enggan menanyakannya. Lebih baik kalau dia menunggu Yuuji selesai menyembuhkannya lalu berbicara kemudian.
"Kasus kita berbeda jauh," ujar Yuuji lalu menjauhkan tangannya dari setelah dia selesai. "Tidak sepertimu. Aku ditakdirkan mati muda,"imbuhnya yang langsung menyulut kemarahan Megumi.
"Apa maksudmu!!? Bisa-bisanya kau----" seru Megumi seraya menarik kerah baju Yuuji, mencengramnya sambil memelototinya. Tapi Yuuji malah menatapnya dengan tatapan tegar. "Bukannya kau sudah terbebaskan dari...... eksekusi?" tanyanya seraya melembutkan nada berbicaranya.
"Cepat atau lambat Sukuna akan mengusai tubuhku. Semua orang menganggapku sebagai bom waktu," Yuuji malah tersenyum lembut ketika mengatakannya. Mengiris-iris hati Megumi dengan kebaikannya, pemuda tersebut tak pernah berubah semenjak pertama kali mereka bertemu.
"Berkat Gojo sensei yang bersedia bertanggung jawab atas diriku. Makanya aku bisa berdiri di hadapanmu sekarang," terangnya. "Walaupun aku ingin berterima kasih padanya. Namun saat ini dia adalah pria yang paling kubenci setelah Sukuna," apa yang dikatakan Yuuji di akhir sangatlah mengejutkan.
Senyuman Yuuji luntur. Sedangkan Megumi langsung menundukan kepalanya, menyembunyikan kegelisahannya. Yuuji pasti sudah mengetahui sesuatu, atau mungkin dia telah menebak sesuatu. Mengenai bantuan Satoru dan hilangnya Megumi.
".....itadori. Kau mengetahuinya sampai mana?" tanya Megumi tanpa berani melihat langsung ke arah lawan bicaranya. "Aku akan menjelaskannya padamu..."
Yuuji lantas menekuk alisnya lalu mencengkram kedua sisi pundak Megumi. "AKU TIDAK TAHU APAPUN!!" jawabnya berteriak tepat dihadapan wajah orang yang di ketahuinya telah mengorbankan segalanya hanya demi dirinya.
"Kau tidak pernah memberitahuku. Kau selalu melakukan sesuatu, memberikan sesuatu tanpa pikir panjang lalu menyembunyikannya serapat mungkin....."
"Kudengar dari Kugisaki kau dipaksa menikahi Gojo sensei? Apa yang terjadi? Jangan bilang Gojo sensei mau membantuku karena dia menginginkan sesuatu darimu?"
Cengkraman Yuuji semakin kuat. Megumi dibuat meringis kesakitan karnanya, padahal baru saja luka di punggungnya sembuh. Sekarang pasti dia mendapatkan memar baru karnanya. Tapi Megumi bersedia menahan kesakitannya. Dia sangat pantas mendapatkan murka Yuuji lantaran tindakan egoisnya.
"KATAKAN SESUATU FUSHIGURO!! JAWAB AKU!!"
Yuuji mendorong Megumi, menahannya di pagar pembatas. Wajah pemuda tersebut hampir semerah rambutnya. Sementara Megumi hanya membisu di hadapannya.
".....selama setahun lebih ini. Aku cukup senang," setelah puas Yuuji kembali menurunkan suaranya. "Walaupun menjadi penyihir Jujutsu merupakan sesuatu yang terpaksa. Tapi aku senang menjalani kehidupanku di SMA bersamamu dan Kugisaki. Setidaknya aku bisa berpikir bahwa aku adalah remaja normal..."
"Aku tahu umurku pendek. Makanya aku pun berusaha menikmati waktu-waktuku bersama kalian, berkat kalian berdua masa mudaku tidak terbuang secara percuma....."
"Bahkan. Aku mendapatkan cinta pertamaku," sekarang Yuuji malah tersenyum kalem sambil menepuk pundak Megumi. "Orang yang kusukai adalah seseorang yang keras kepala. Aku ingin selalu melindunginya setidaknya sampai akhir hayatku," tambahnya lalu membelai wajah Megumi yang kebinggungan melihatnya.
"Fushiguro. Apa yang kau lakukan?" tanya Yuuji sebelum kembali memeluknya. "kenapa malah kau yang melindungiku? Aku tidak membutuhkannya...." ujarnya yang berakhir dengan Megumi yang menolak pelukannya.
"Tu-tunggu....kenapa kau mengatakan semua ini? Seolah-olah kau mengucapkan selamat tinggal," Megumi bahagia atas pengakuan tiba-tiba Yuuji. Namun ini belum saat yang tepat, dia tak ingin semuanya berakhir menjadi seperti ini.
Apalagi ungkapan perasaan Yuuji membuatnya merasa terbebani, seperti ada yang mengganjal. Dan ketika dia mencari pokok permasalahannya, entah mengapa wajah Satoru yang muncul.
".....besok pagi aku akan menyerahkan diri. Maka karna itu, segera putuskan hubunganmu dengan Gojo sensei. Aku tahu kau berusaha kabur darinya, dan aku pun tahu dialah yang menyakitimu..."
Hanya dari bocornya kabar pernikahannya dan Satoru. Siapa sangka Yuuji bisa langsung menebaknya sampai sejauh itu? Sampai-sampai sudah tidak ada lagi yang bisa Megumi jelaskan.
"Fushiguro. Kau adalah pemuda cerdas yang tahu caranya berpikir. Namun terkadang kau melupakan sesuatu yang simpel," ujar Yuuji seraya menenteng tas ranselnya. "Dari awal. Aku bukanlah seseorang yang pantas untuk tetap hidup," imbuhnya sebelum berbalik badan. Hendak meninggalkan Megumi sendirian di sana.
Mengapa Yuuji harus sengaja mengatakannya sesuatu yang paling memukul Megumi, sesuatu yang paling tidak bisa diterima olehnya sebagai tanda perpisahan? Hal tersebut malah membuat Megumi membuat tekad baru.
*BUK!!
Selagi Yuuji membelakanginya, dan dipastikannya telah lenggah. Megumi lantas menyerangnya dari belakang, memukulnya sekuat tenaga.
Yuuji adalah tipe yang memiliki jenis fisik sekeras permata, Megumi terpaksa harus memukulnya dengan energi kutukan untuk menjatuhkannya. Apabila tidak dengan niat membunuh. Yuuji pasti masih bangun sekarang.
"Maaf Itadori. Daripada menyukaiku mungkin setelah ini kau akan membenciku," gumamnya sebelum menendang dengan keras tubuh pemuda tersebut, tanpa ampun.
*DUAK!! DUAK!!
Megumi melakukannya beberapa kali. Dia masih tidak berhenti walaupun perbuatannya tersebut sungguhan melukai Yuuji. Kini Megumi berlahan mulai memahami bagaimana cara kerja pemikiran Satoru, yang katanya ingin melindungi namun berakhir menyakiti.
Sepertinya memang benar kata mereka yang mengatakan bahwa buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya. Guru dan murid sama-sama melakukan kesalahan yang sama rupanya.
"Keluarlah Sukuna. Kenapa kau diam saja?" tanya Megumi seraya berjongkok di sebelah tubuh Yuuji. "Diluar sana cuma tiga buah jari. Sementara Itadori sudah menyerap sebagian besar dari energi kutukanmu. Seharusnya kau lebih menghargai badan Itadori," ocehnya dengan nada mengancam.
Masih belum ada respon.
Megumi mendecih dan mengumpat karnanya.
Kenapa Sukuna suka muncul di saat orang-orang tidak menginginkannya dan terus bersembunyi ketika orang membutuhkannya? Menyebalkan. Megumi harus mencari cara pendekatan lainnya.
"Sukuna. Aku akan mendengarkanmu apabila kau mau mendengarkan ku."
Ketika dia selesai mengatakannya. Tubuh Yuuji mulai bangun dan bangkit, dengan membawa aura keberadaan yang berbeda drastis. Energi kutukannya yang mematikan itu terasa sangat familiar, hampir sebanding dengan Gojo Satoru yang membuatnya nyaris kencing di celana lantaran sangat menakutkan.
"Yo. Fushiguro Megumi," sang raja kutukan lalu menyapa dengan seringaian lebar. "Tidak kusangka kau masih berani muncul di hadapanku dan bocah ini. Kukira kau akan terus bersembunyi di balik punggung si penutup mata sialan itu," ocehnya seenaknya sendiri.
"Aku tahu telingamu tidak tuli," ketus Megumi seraya menggerus giginya. Setiap kali bertemu Sukuna. Entah mengapa sang raja kutukan selalu mempunyai sesuatu yang dikatakan, yang selalu dilakukannya hanya untuk memprovokasinya.
"Kau pasti suatu hal yang ingin kau lakukan untukmu kan? Sebagai gantinya lakukan sesuatu untukku," pintanya tanpa harus banyak berbasa-basi. Keterus terangan Megumi adalah sesuatu yang belum tentu di miliki oleh orang lain.
Dan itu sangat menarik di mata Ryomen Sukuna. Sampai kapanpun sepertinya Fushiguro Megumi tidak akan pernah mengecewakannya.
TO BE CONTINUE
A/n:
Padahal sendirinya yg nulis semua dialog Yuuji tapi aq terhura karenanya 😭😭
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top