Part 15

Hai reader.. alurnya gimana ? Udah agak nyambung kan ? *kalau ngak ya udah-_-*  kalau bingung tanya aja di comment. Aduh... rencananya author udah pupus nih... maunya selesain sebelum sekolah mulai. Tapi gagal. :'(:'(

Author minta maaf ya. Kalau author agak lama updatenya tolong mengerti ya...

Hp author lagi eror jadi agak susah buka wattpad. Udah gitu author lagi sibuk banget
*sibuk jalan-jalan... hehehehe * udah masuk sekolah nih. Jadi author bakalan sibuk dengan tugas-tugas dan les. Jadi author akan agak lama buat update cerita ini.  Udah ah.. dari pada denger curhat author yang agak gaje, dan ngak selesai-selesai curhatnya kalau diterusin, mending lanjutin ceritanya aja ya....

Warning : typo bertebaran
Enjoy !!

*******

"CEPAT PANGGIL AMBULANCE" Bentak alex melihat kami semua masih dalam keadaan syok. Rafael segera menelfon ambulance.

30 menit kemudian ambulance datang. Gue yang masih syok, ditempatkan disebelah cia yang pingsan. Dokter menyuntikan sesuatu yang membuat tubuh gue seketika lemas. Dan kemudian kegelapan menyelimuti gue.

Tolong selamatkan kami Tuhan.

Ali pov

Kenapa ini terjadi ? Gue sedang berada di dalam mobil ambulance yang ditempati oleh cia dan clara.

Gue merasa pusing, terasa seperti sesuatu menusuk kepala gue bagian belakang. Gue mencoba untuk tetap terjaga. Tapi...

Semua terlihat kabur. Perlahan semua yang ada disekitar gue menjadi gelap..

Riel pov

Semua ini jadi berantakan. Mereka bertiga pingsan.

Gue juga agak heran kenapa ali juga ikutan pingsan. Tapi saat dia digendong, bagian belakang bajunya penuh darah.

Gue sedang berada didepan ruang operasi clara bersama dengan keluarganya.

Entah bagaimana, clara disiksa dengan kejam. Selain tubuhnya dipenuhi lebam, beberapa tulangnya juga patah.

Soal cia dan ali, gue ngak tahu. Tapi yang gue tahu cia ditunggu oleh alex, sedangkan ali ditunggu valdy dan rafael.

Keluarganya clara sangat panik mendengar anaknya masuk ruang operasi. Gue belum tahu apa masalah keluarga clara, tapi gue ngak mau memaksa dia untuk bercerita.

2 jam kami menunggu tapi belum ada kabar. Dan selama 2 jam itu gue sangat panik. Banyak pikiran yang masuk kekepala gue.

Gimana kalau clara ngak bangun-bangun ?

Gimana kalau operasi ini gagal?

Gimana kalau gue ngak akan bisa buat liat clara lagi ? Buat meluk dia ?

"Dek riel. Kamu tenang saja. Clara adalah gadis yang kuat" ibu clara menenangkan gue yang sepertinya terlihat sangat panik.

Gue hanya menganggukan kepala.

1 jam kemudian dokter keluar dari ruang operasi. Gue segera menghampiri dokter yang kelihatan sudah berumur itu.

"Gimana keadaannya dok ?" Tanya ayah clara.

Dokter itu tersenyum lembut "apakah bapak adalah keluarga dari pasien clara griselda beryl ?" Tanya dokter itu sangat lembut.

Dengan cepat ayah clara mengangguk. Dokter itu tersenyum lagi.

"Tulang pasien patah pada bagian rusuk. Tubuh pasien juga dipenuhi oleh banyak memar. Maag pasien kambuh karena tidak mendapat pasokan makanan. Namun kabar baiknya adalah kami tidak menemukan luka dalam yang membahayakan. Pasien sedang tertidur namun dalam waktu 2hari pasien akan siuman." Jelas dokter tersebut.

Setelah mendengar penjelasan dokter itu gue terduduk dilantai.

Gue lega masih bisa melihat dia bangun.

Gue lega operasi itu berhasil

Gue lega masih bisa melihat dia, masih bisa meluk dia.

Gue masuk kedalam ruangan clara, setelah mendapat ijin dari dokter ryan yang gue liat di tag namanya.

Melihat clara yang terbaring lemah diranjang itu, membuat dada gue sesak.

Sakit..

Itulah yang gue rasakan saat melihat clara yang sangat rapuh itu. Gue berjalan mendekati ranjang clara dan duduk dikursi  sebelah ranjang itu.

Gue mengangkat tangannya yang dingin itu dan menciumi tangannya, berharap dia akan bangun.

Entah kemana perginya keluarga clara, sekarang hanya ada gue dan clara diruang ini. Gue mendekat kearah clara.

Gue menatap wajahnya yang pucat. Dada gue sesak melihat clara yang pemarah, clara yang ceria, clara yang berhasil buat gue nyaman didekat dia sekarang terbaring kaku di atas ranjang.

Clara pov

"Ra.. kamu ngak capek tidur mulu? Aku rindu sama kamu. Please... sadar ra"

Suara itu ?

"Kasihan cia dan ali nungguin kamu. Mereka panik banget loh" ucap suara itu lagi

Gue kenal suara itu..

Apakah itu dia ?

Gue mencoba membuka mata perlahan. Saat mata gue terbuka, yang pertama gue liat adalah sebuah atap putih dan tercium bau obat-obat yang sangat menyengat.

"Clara" seru seseorang di sebelah gue. Riel ?

Riel terlihat 'berantakan'. Terlihat kantong mata pada kedua matanya.

"Ra lo udah bangun. Syukurlah" ucapnya langsung memeluk gue dengan sangat.. sangat..sangat  erat.

"Ri...riel a..aku ngak bi...sa ber.....na....pas " ucap gue terbata-bata. Gue juga rindu sama riel. Tapi bisa remuk gue kalau gini terus.

Dia segera melepas pelukannya dan menatap mata gue.

Oh my...

Mata hijau itu. Mata yang selalu menghipnotis gue. Mata yang sangat gue rindukan

Dia mendekatkan wajahnya hingga kami hanya beberapa centi.

"Ehm...ehm..... "

Gue langsung mendorong riel. Dipintu terlihat seorang dokter yang sepertinya sudah berumur dan kedua sahabat gue. Alex, valdy, rafael, carolyn dan trio curut juga ada.

"ehm..ehm... duh.. leher gue keselek linggis nih. Ehm..ehm" kata theo

Sumpah. Muka gue terasa panas banget. Pasti kelihatan merah.

Gue menunduk karna ngak berani liat mereka. Tiba-tiba saja dokter itu sudah ada didepan gue.

"Selamat siang nona clara" loh ? Ini udah siang ? Kok bisa ya ?

"nama saya dokter ryan. Saya yang bertanggung jawab atas nona clara. Baiklah. Mari kita mulai pemeriksaannya" kata dokter ryan. Dokter ryan memulai tes-tes pemeriksaan ke gue.

Selesai pemeriksaan dokter ryan pergi. Dan akhirnya semua temanku masuk.

Belum juga berbicara, cia dan ali meluk gue. Entah mengapa air mata gue keluar. Kami bertiga berpelukan sambil mengangis.

PLAK..

Ali nabok kepala gue. Aduh.. nyut-nyut pala gue.

"Li. Kok pala gue dipukulin ?" Tanya gue protes sama ali. Seenak jidatnya mukul pala gue.

" itu karna lo udah tidur lama banget bikin kita panik tujuh keliling" ucap ali ngak mau kalah

"Ngak bisa gitu dong. Pala gue mahal tau. Lo pikir ngak sakit apa ? Gila lo... gue baru bangun udah lo tabokin" ucap gue juga ngak mau kalah.

" Mahal ? Paling seribu 2 dipasar. Mahalan juga pala gue. Pusing tujuh keliling gue mikirin elo" ucap ali

"Pala gue dibeli di Ameri... "

" dasar bego" kata-kata gue dipotong sama trio curut yang lagi duduk-duduk disofa bersama cia.

"APA LO BILANG ?? " teriak gue dan ali ke trio curut.

"Ssst... kecilin suara lo. Ini RS bukan PT" ucap rey

"PT??" tanya kami semua kedia. Yang ditanya malah cengar-cengir.

" iya PT. Pasar Tradisional" katanya senyum.

Kami semua ber oh-ria.

Krek.....

Seluruh ruangan terdiam, kemudian melihat gue.

Gue menunduk saking malunya. Suara perut gue besar banget. Aduh... mami... bantuin clara.
Papi.... bantuin princess.

"HAHAHAHAHAHAHA" suara tawa menggelegar tempat ini. Sampai gue merasakan goncangan dikasur gue.

Kesel gue sama mereka. Wajarkan kalau gue lapar ? Gue ngak makan selama....... berapa hari ya ? Udah lah. Yang penting sekarang gue laper dan akan gue habisin semua makanan. Hahaha

"Udah puas ketawanya ?" Sumpah.... mereka ngeselin banget sih.

"Ayo kita makan dulu. Kamu mau makan apa ?" Tanya riel yang sekarang sudah berada disebelah gue. Mata gue berbinar mendengar pertanyaannya.

"Apa aja ?" Tanya gue

"Iya. Apa aja" jawab riel tersenyum

"Gue mau bakso, nasi goreng, soto ayam, sate, bubur ayam, steak, sama milkshake coklat" jawab gue.

Krik...

Krik...

Semua orang diam. Gue menatap mereka semua yg terlihat kaget.

"Kalian kenapa ?"  Tanya gue bingung

Cia mendekati gue. " lo ngak ngidam kan ?" Tanya cia.
Ngidam ? Itukan buat yang
hamil ? Tunggu dulu..

"Maksud lo gue hamil gitu ? Ya ngak lah... gue masih gadis. Jangan sembarang bicara lo" marah gue ke cia yang nyengir

Enak aja gue dikira bunting.

Riel segera memesankan makanan-makanan yang gue pesan. Setelah makanan itu datang. Gue segera melahapnya tanpa mempedulikan tatapan-tatapan mereka. Buat apa jaim ? Malah tersiksa gue kalau harus jaim mulu. Bodo amat gue dikata-katain tomboy. Malah gue bangga kok. Hehehe

******

" HORE "

Ini hari paling bahagia buat gue. Hari ini gue keluar dari Rumah sakit itu. Enek gue nyium bau obat-obatan.

Tanpa mempedulikan tatapan aneh orang-orang, gue berjalan sambil melompat-lompat kecil. Sudah 5 hari gue disekap dikamar itu. Bahkan buat ketaman aja ngak boleh. Ini semua salah si riel. Seenak jidatnya nya nyekap gue.

Tapi ngak bisa dipungkiri kalau gue seneng sama perhatiannya. Jantung gue berdetak cepat banget kalau riel ada didekat gue. Kayak mau terima rapot aja.

"Lo kenapa bengong ra ?" Tanya ali ke gue.

"Eh ? Ngak kok " jawab gue secepatnya. Ngak mungkin kalau gue bilang gue suka sama perhatiannya si riel. Gue dan riel cuman sebagai teman ?

"Udah nyampe. Keluar lo. Aduh.. riel cepet gendong dia. "

HUFT...

What the

Kok badan gue terasa ringan ya ? KYA....

gue malu banget...

W
"riel... turunin gue" gue sekuat tenaga berusaha supaya bisa turun.

Cup..

Riel mencium kening gue. Seketika gue diam. Malu banget, pasti wajah gue merah. Gue ngak bergerak lagi dan menyembunyikan kepala gue didada bidang riel. Dia menggendong gue bridal style.

"Good girl" bisik riel tepat ditelinga gue. Rasanya seperti tersengat listrik.

Riel merebahkan badan gue diatas ranjang kamar gue. Dia menatap gue tepat pada manik gue.

Tiba-tiba saja riel meletakan kepalanya di lekuk leher gue. Gue harus ngapain?

Deg

Deg

Deg

Deg

Deg

Asek...asek..

Duh.. jantung gue kenapa malah dangdutan sih. "Maaf" lirih riel yang masih bisa gue dengar.

"Kenapa kamu minta maaf ?" Wow... sejak kapan lidah gue lancar pake kamu-aku ?

"Aku ngak bisa jagain kamu. Aku ngak bisa cepat selametin kamu. Kalau saja aku cepat ngak mungkin.... ngak mungkin seperti ini" entah apa yang gue rasakan sekarang. Hati gue menghangat mendengar kalau dia peduli sama gue. Tapi hati gue juga terasa sakit mendengar suaranya yang penuh dengan penyesalan. Ini bukan salah dia kok

"Ini bukan salah kamu. Aku yang ceroboh. Jangan salahkan diri kamu sendiri." Jawab gue secepatnya.

Dia mengangguk tapi kepalanya tetap dileher gue. Gue penasaran dengan perasaan gue. Apa ini yang dinamakan cinta ? Ngak mungkin. gue harus tanya ini ke ali dan cia. Mungkin mereka bisa bantu gue.

"Ra.. lo makan du.... ckckck.. kalian kalau mau mesuman jangan dikamar dong. Nenek bilang itu bahaya, berbahaya " ucap valdy yang pada akhirnya malah nyayi sambil joget. Sarap ni anak

Setelah makan malam. Riel dan teman-temannya serta trio curut pulang. Yang masih disini hanya cia dan ali. Sepertinya mereka mau menginap.

Dikamar, kami bertiga duduk diranjang sambil memegang bantal.

"Ra. Kalau om lo datang lagi, kita mau gimana ?" Tanya cia.

"Yah kita bunuh lah. Gue pastikan gunting gue nancap diseluruh tubuhnya. Terus gue kuliti sebelum dia mati. Tunggu dulu . Lebih seru kalau gue ................ "

Gue dan cia menatap ali dengan mulut menganga. Mulai lagi pikiran kriminalnya

Selesai ali mengoceh dia balik ke kita. " udah selesai ?" Tanya gue kedia. Yang ditanya malah nyengir.

"Kalau menurut gue, kita biarin aja dulu. Pusing gue kalau harus mikir itu mulu. Udah ayo tidur" kata gue sambil berbaring dan menarik selimut keatas dada gue

Setelah itu gue merasakan mereka juga ikut berbaring. Tanpa menunggu lama gue segera tertidur

*******

Hai semua..
Jumpa lagi dengan author. Panjangkan ? Semoga kalian suka ya. Dan ingat.

Jangan lupa vote dan comment. Bye readers

By : jane fajarini

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top