18 ~ Jealous, Right?
Sampai pagi datang pun, Alma masih belum bisa tenang. Setelah apa yang sudah disampaikan dan dijelaskan oleh Asta semalam, semakin pikirannya berkelana pada hal yang macam-macam. Apalagi Alma masih teringat jelas, bagaimana setelah Asta mengatakan jika Indah adalah mantannya, datang notifikasi instagram di akunnya Asta dari gadis itu.
Astaga. Alma benar-benar paranoid. Isi pesan yang menanyakan kabar itu, sontak menjadikannya cemas sekaligus tidak enak hati.
Pokoknya kamu nggak boleh bales chat dia.
Iya, Al.
Tenang aja.
Lagian tumbenan banget dia. Padahal udah lama juga lost contact.
Pasti ada maunya.
Aku yakin, deh.
Haha.
Kok, malah ketawa sih?
Ya gimana, lucu.
Aku nggak nyangka kamu secemburu ini.
Ih, bukan gitu.
Nggak apa-apa, sih.
Aku malah seneng dicemburuin.
Itu tandanya kamu sayang aku kan?
Meskipun Asta sudah meyakinkan jika mereka cuma mantan, tetap saja bagi Alma ini sebuah masalah. Dia begitu cantik meskipun umurnya dua tahun lebih muda. Modis, dan populer di sekolah juga media sosial. Jika disandingkan dengan Asta, memang sangat cocok. Cantik dan tampan. Tapi, kenapa mereka bisa putus, ya? Apa cewek itu ketauan selingkuh juga?
Rasa penasaran itu ingin sekali Alma tanyakan pada Asta. Namun, mitos yang beredar untuk laki-laki, katanya pantang menanyakan masa lalu pada mereka. Mood mereka akan langsung turun. I know. Wanita juga begitu. Akan tetapi, Alma merasa ia harus tahu segalanya tentang Asta, termasuk masa lalunya. Walau bagaimanapun pacaran jarak jauh rentan kebohongan dan banyak yang ditutup-tutupi. Alma tidak ingin ketidak-terbukaan mereka menjadi kendala besar untuk kelangsungan hubungan itu.
Sehingga sesampainya di kelas, Alma kembali mengirim pesan pada Asta dan langsung menanyakan perihal Indah.
Sebenarnya kamu kenapa bisa putus sama dia?
Untuk menulis dan menyebut namanya saja, rasanya begitu enggan.
Kamu masih aja bahas tentang itu?
Ya, gimana.
Aku pengen tau.
Hah... Yaudah.
Aku kasih tau nanti.
Sekarang aku mau berangkat ke sekolah dulu.
Jangan lupa.
Pokoknya kamu harus jelasin sama aku.
Iya.
Jawab Asta singkat. Baru kali ini pemuda itu menuliskan pesan hanya sekedar satu kata. Apa dia marah? Mungkin saja Asta merasa terganggu, tapi mau bagaimanapun Alma ingin tahu.
Belum sempat Alma menonaktifkan data selulernya, tiba-tiba saja datang notifikasi lain dan itu dari akun bernama Indah. Tanpa berpikir lama, buru-buru Alma membuka pesan di instagram Asta tersebut.
Hai, Kak Asta!
Kok, dm aku nggak dibales?
Udah lupa, ya, sama aku?
Alma sebenarnya merasa sangat ragu, tapi ia tidak bisa tinggal diam. Sehingga tanpa meminta izin terlebih dulu pada Asta, Alma berinisiatif sendiri untuk membalas pesannya Indah itu.
Maaf.
Kamu ini siapa?
Kenapa dari semalam dm ke akun ini terus?
Duh.
Kak Asta tega banget bilang gitu.
Aku Indah, Kak.
Masa udah luap, padahal belum juga satu tahun kita nggak saling kabar-kabaran.
Maaf sebelumnya.
Aku emang nggak kenal kamu, karena akun ini dipegang sama pacarnya Asta sekarang.
What?
Merasa muak. Alma langsung menonaktifkan sambungan internetnya. Ia berharap dengan jawabannya tersebut mampu membuat Indah berpikir dua kali untuk tidak mengirimi pesan pribadi lagi pada Asta.
***
Galan sekarang tampak sibuk. Dia akan masuk kelas satu menit setelah bel dibunyikan, dan akan keluar kelas lebih awal dengan sedikit berlari. Dia benar-benar mempersiapkan lomba pekan raya seni itu dengan sangat baik. Alma bisa melihat seberapa besar usahanya untuk tampil semaksimal mungkin.
Namun, kegiatannya itu justru membuat Alma merasa kehilangan. Lebih tepatnya jadi kesepian karena terus sendirian. Biasanya walaupun tidak sering Alma setuju, Galan akan mengajaknya ke kantin. Bertemu teman-temannya di sana. Mendengarkan mereka mengobrol dengan canda dan tawa saja sudah sedikit membuat Alma terhibur. Sekarang agak berbeda. Benci untuk mengakui, tapi Alma merindukan kehadiran Galan.
“Apa aku temuin aja ke studio latihannya, ya?” pikirnya kemudian karena sudah merasa sangat bosan. Ia bahkan tidak menghabiskan bekalnya sama sekali. Biasanya Galan akan menghabiskan sisanya—tentu saja yang masih utuh. “Orang tau, kan, aku ini pacarnya. Jadi nggak salah dong kalau nemenin dia latihan?”
Iya, Alma rasa itu ide yang sangat tepat. Lebih-lebih Asta juga belum ada kabar apa pun. Jika Alma mengiriminya pesan terus dan menodongnya dengan banyak pertanyaan, Asta pasti akan merasa sangat terganggu. Jadilah sekarang Alma menjalankan opsi pertama. Bergegas dari kelas untuk pergi menuju studio musik sekolah tempat Galan latihan.
Dari jendela luar, Alma sudah bisa melihat keberadaan Galan di dalam sana. Ada lima orang dengan satu guru musik. Mereka sepertinya masih sibuk berlatih. Alma jadi ragu-ragu untuk masuk. Malu juga. Sehingga ia memutuskan untuk menunggu di luar.
Ketika pandangan matanya masih tertuju ke dalam, tiba-tiba ia dikejutkan dengan pemandangan—bak sepasang kekasih, yang penuh perhatian. Bagaimana saat itu Galan menyodorkan selembar tisu pada Kaila. Namun, karena gadis itu tidak menyadari, Galan tanpa rasa canggung langsung saja menyeka keringat di kening gadis itu dengan tisu di tangannya.
Kaila yang segera menyadarinya langsung menoleh. Untuk sebentar mereka saling berpandangan, lalu sama-sama tersenyum seperti salah tingkah.
Apa-apaan itu? Apa harus Galan seperti itu? gerutu Alma di dalam hati. Perasaan benar-benar buruk hari ini. Asta dan Galan sama-sama membuat moodnya tidak karuan.
Tidak sampai di sana, mungkin sebagai bentuk balas budi. Kaila yang segera berlari ke pojok ruangan dan mengambil segelas minuman untuk diberikan pada Galan. Pemuda itu menerimanya dengan suka, malah mereka berbagi minuman bersama. Sungguh perlakuan mereka persis seperti sepasang kekasih.
Jujur saja Alma merasa terkhianati. Meskipun mereka hanya berstatus pacar pura-pura, tapi di mata orang lain mereka itu sepasang kekasih yang sah. Dan sekarang Galan berprilaku baik, bahkan perhatian lebih pada Kaila yang mengundang tanda tanya besar untuk orang yang melihatnya.
Menyaksikan hal itu saja, orang akan berpendapat jika Galan memang sedang dekat lagi dengan Kaila dan berencana untuk balikan. Sementara dirinya? Mereka akan menganggap Alma sebagai wanita yang dicampakkan. Tersakiti dan mereka juga tidak akan peduli. Terutama Sili dan Mili, keduanya pasti senang melihatnya dibuang oleh Galan.
Dugaan mereka tentang Alma yang hanya menjadi korban pelampiasan karena tidak bisa move on, akan jadi gosip yang dibenarkan. Gadis itu benar-benar marah dan kesal. Lagi-lagi Galan memasukkannya dalam jurang masalah.
Tidak berselera untuk menemui Galan, apalagi menunggunya, Alma akhirnya memutuskan untuk pergi dari sana. Alma tidak menyadari jika sekilas, dari dalam, Galan melihatnya berlalu. Buru-buru saja Galan lari ke dekat pintu, membukanya, dan ketika mata itu masih menyadari sosok Alma, ia langsung memanggilnya. Namun, kepalang kesal, gadis itu sama sekali tidak mengacuhkannya.
Loh, Alma tadi di sini? Terus kenapa nggak ngasih tau.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top