Suspicious

.

Danio menatap peta Bevory di tangannya lamat-lamat seakan takkan melewatkan bagian terkecil dari kertas bergambar itu. Matanya menjelajahi seluruh sudut wilayah Bevory di peta itu.

"Pemukiman adalah tempat yang kemungkinan besar didatangi," ucapnya pelan. Wilayah pemukiman adalah tempat yang tak jauh darinya sekarang. Ada 20 anak yang sudah ditandai. Jumlah itulah yang harus dijaga oleh Patron dan diawasi oleh Max serta Evelyn, Sorcerer dari Bevory. Kristal komunikasi miliknya ia ikatkan di pinggangnya untuk tetap berhubungan dengan kantor Patron Bevory.

Danio dan 2 orang Patron Divisi Necromancer Bevory berada di antara wilayah pemukiman dan hutan terlarang. Sementara ketiga rekannya, Ethan, Jeckyl dan Hide masing-masing berada di sisi lain pemukiman, tengah kota dan perbatasan Bevory dan Serrano.

"Bagaimana situasi kalian?" suara Azelia terdengar dari kristal komunikasinya.

"Masih aman," lapor Danio. Ketiga rekannya juga berujar demikian. Azelia pun meminta keempatnya untuk saling menghubungi jika ada sesuatu yang aneh atau pergerakan yang mencurigakan.

Aktivitas di pemukiman Bevory berjalan seperti biasa. Orang-orang berlalu lalang saling menyapa. Beberapa membawa kantong belanjaan menuju rumahnya. Ada juga yang saling mengobrol di pelataran depan rumah seraya menghisap tembakau. Para pria biasanya yang demikian. Namun jarang terlihat anak-anak yang berlalu lalang karena berita tentang kasus anak hilang. Para orang tua melarang anak-anaknya untuk berkeliaran setelah matahari terbenam karena Patron menyarankan demikian.

Meskipun Danio tahu jika lawannya Necromancer, mengurung anak-anak di dalam kamar pun tak lantas membuat mereka aman. Tidak ada yang aman jika berhadapan dengan makhluk yang melakukan segala cara untuk mendapatkan kekuatan itu.

Hampir tidak ada.

Tentu saja ia takkan membiarkan Necromancer-necromancer sialan itu mendapatkan hal yang mereka inginkan. Ia adalah salah satu dari manusia yang muak dengan makhluk yang salah menggunakan kekuatan yang dimilikinya. Tentu saja ia masuk menjadi Patron dengan alasan kuat. Karena Necromancer seenaknya mencampuri jalan hidupnya di masa lalu dengan merengut hal yang berharga di hidupnya. Jadi tidak ada alasan untuk tidak memburu mereka hingga habis. Tidak banyak orang yang mau bergabung dengan divisi khusus ini karena takut dengan penyihir jahat, tapi tidak baginya. Sekali berurusan dengan kehidupannya, maka ia takkan membiarkan mereka kabur begitu saja. Bagi Danio, tidak ada gunanya takut pada makhluk rendahan seperti mereka.

"Danio, para Sorcerer bilang ada pergerakan di pemukiman," ucap salah satu rekan Danio padanya.

"Posisinya dekat denganku," ujar Ethan.

"Tidak hanya satu ... empat titik di pemukiman ... keempat anak itu bergerak!" pekik Max yang membuat keduabelas Patron yang berada di titik yang berbeda terkejut.

"Kita grebek?" tanya salah satu rekan Danio.

"Tidak—jangan! Dua dari masing-masing tim di dekat pemukiman saja yang mendekati rumah mereka. Sisanya tetap di tempat," sahut Danio.

"Aku setuju dengan Danio. Lihat peta kalian baik-baik, tempat yang terdapat titik menyala itu adalah lokasi anak-anak itu. Aku sudah menyihir peta kalian, perhatikanlah baik-baik!" kini Evelyn yang bersuara.

"Evelyn apa kau tidak berminat untuk masuk Patron? Pengamatanmu hebat sekali. Bagaimana denganmu Max?" terdengar Carl memuji Evelyn dengan setulus hati dan gadis itu tak menjawab. Sangat jarang Carl memuji kemampuan seseorang. Ditambah lagi pria itu seakan ingin merekrut dua Sorcerer itu menjadi Patron. Kalau sampai itu terjadi, pekerjaan Patron akan jauh lebih mudah karena Sorcerer punya banyak keahlian yang sangat berguna.

"Terima kasih Evelyn. Kami akan segera bergerak," Danio pun mengajak salah satu rekannya. Begitu juga dengan Ethan menuju lokasi yang ditunjuk Evelyn, lokasi rumah keempat anak itu.

Danio takkan membiarkan empat anak ini dibawa pergi.

*****

Buku besar dengan kertas yang sudah mulai berubah warna menjadi kecoklatan itu menunjukkan gambar di salah satu halaman yang dicari Martin Gideon. Terry melirik sekilas pria tua di sebelahnya yang tampak memandangi gambar itu dengan sangat serius. Setelah mendengar semua yang dikatakan Martin, kekhawatiran kini juga mengusik perasaannya. Dari penjelasan Martin setidaknya ia dapat menyimpulkan jika ada Sorcerer di Continentia yang bukan benar-benar Sorcerer.

"Haruskah saya memberitahu Rey atau Nona Azelia?" tawar Terry sambil menegakkan punggungnya dan menoleh pada Martin yang masih serius memandangi gambar yang tercetak di salah satu halaman buku itu.

"Aku akan kesana besok. Lagipula besok giliran Gilbert dan Allen ke kebun—oh benar juga!"

Terry mengernyit tidak mengerti mengapa Tuan Gideon bereaksi demikian. "Maksud anda?"

"Sepertinya aku bisa memercayai Allen."

Tiba-tiba saja Martin menegakkan posisi tubuhnya yang semula membungkuk melihat buku. Lalu ia memejamkan kedua matanya dan tampak berkonsentrasi terlihat dari dahi keriputnya yang semakin berkerut.

*****

Allen Regulus barusaja menutup pintu dan menguncinya. Tiba-tiba sesuatu seperti memaksa masuk ke dalam pikirannya sehingga dengan refleks ia memejamkan kedua matanya.

"Allen, kau bisa mendengarku?"

Allen terkejut dan membuka kedua matanya lalu berjalan cepat menjauh dari pintu. Ia menarik napas panjang untuk menenangkan diri dan mengingat suara familiar yang barusaja masuk ke dalam kepalanya.

"Tu-tuan Gideon?" tanya Allen tanpa bersuara.

"Benar. Ini aku. Ada hal yang ingin kubicarakan tapi aku tak bisa mengatakannya secara langsung dan tidak banyak Sorcerer yang kupercayai di Lagnam."

Martin Gideon menghubunginya dengan telepati. Dia adalah satu-satunya orang yang tahu jika Allen juga bisa menggunakan telepati, begitu juga sebaliknya. Allen adalah satu-satunya Sorcerer yang tahu jika Martin bisa bertelepati. Tidak semua Sorcerer bisa telepati.

"Ada apa Tuan Gideon?"

"Aku ingin kau mengawasi seseorang ... dan juga ...."

Allen Regulus terkesiap.

Martin Gideon berbicara cukup panjang tentang banyak hal dan ada beberapa hal yang patut Allen garis bawahi di sini. Tentang anak-anak yang hilang, Sorcerer palsu dan ... sebuah pola yang diketahui oleh semua Sorcerer dan Patron.

Allen Regulus yang merupakan seorang Sorcerer dan Patron sekaligus langsung bisa memahami arah pembicaraan Martin Gideon meskipun pria tua itu tak ingin sembrono menuduh seseorang. Karena tuduhan tak berbukti adalah sebuah kejahatan. Setelah berdiskusi tentang hal itu, Allen bersedia untuk mengawasi seseorang yang disebutkan oleh Martin untuk sekedar berjaga-jaga.

"Baiklah, saya mengerti. Saya akan memberitahu anda juga jika terjadi sesuatu," ucap Allen dalam hati kemudian Martin mengakhiri telepatinya.

Allen menjatuhkan tubuhnya di atas kasur empuknya dan menatap langit-langit kamarnya. Ia pikir semuanya baik-baik saja karena ia tidak mendengar apapun dari Danio karena biasanya jika pemuda itu tidak banyak berkeliaran di markas, maka tidak ada kasus serius. Namun nyatanya justru kebalikannya, pemuda itu tak menampakkan diri karena kasus ini menjadi semakin rumit bahkan menyebar ke hampir seluruh wilayah Continentia. Lalu Allen teringat tentang para Sorcerer yang diminta kembali ke Dryatt dan Bevory.

Ternyata semuanya menjadi serumit itu. Mau tidak mau Allen juga harus sedikit membantu, karena jika benar Necromancer ini berada di dekat sini—sebagai Sorcerer yang jelas-jelas musuh Necromancer—ia harus ikut andil dalam menghentikannya.

Ditambah lagi ia juga seorang Patron—meskipun bukan Divisi Necromancer.

*****

Scarlea dan Kyle membungkuk pamit pada pemilik kedai setelah membayar makanan yang mereka makan.

"Terima kasih kembali. Datang lagi, yaa!" seru sang pemilik kedai dan dibalas senyuman serta lambaian tangan oleh kedua orang yang barusaja keluar itu.

Scarlea tersenyum riang sambil memegang sekantong kecil kulit ayam yang digoreng kering dengan saus lada hitam.

"Kau terlihat senang sekali," komentar Kyle yang melihat putrinya tersenyum sambil menusuk kulit ayamnya dan memasukkan ke dalam mulutnya lalu mengunyahnya dengan riang. Ini pertama kalinya ia tahu jika anak gadisnya sangat suka kulit ayam krispi padahal baru seminggu lebih gadis itu mulai keluar rumah.

"Tentu! Kulit ayam krispi memang terbaik!"

"Sejak kapan kau menyukainya? Ayah tidak tahu."

"Beberapa hari yang lalu kami makan ayam goreng dan Kak Rey membelikanku kulit ayam krispi. Begitulah awalnya aku menyukainya," cerita Scarlea dengan riang dan berhasil membuat Kyle terkekeh dengan tingkahnya.

"Kami? Rey? Siapa itu?"

"Kami itu aku, Danio, Terry, Kak Rey dan Tuan Gideon. Danio dan Kak Rey adalah Patron yang sering kutemui di perpustakaan. Ayah pasti sudah kenal siapa Tuan Gideon, kan? Oh kalau Terry itu yang membantu Tuan Gideon menjaga perpustakaan!" jelas gadis itu seraya menunjuk-nunjuk dengan tusukan kulit ayamnya. Ia begitu senang ketika menyebutkan orang-orang yang akhir-akhir ini menemani hari-harinya. Berkat mereka hari-harinya menjadi lebih berwarna.

"Rupanya kau sudah punya banyak teman, ya?"

Scarlea mengangguk sambil mengunyah. Namun tiba-tiba wajah riangnya beringsut sedih.

"Kenapa wajahmu jadi sedih begitu, hmm?" tanya Kyle sambil merendahkan kepalanya hingga sejajar dengan wajah anaknya.

Scarlea mengaduk-aduk kulit ayamnya dengan gusar, "Mereka tidak tahu rambutku yang asli. Aku takut jika suatu saat nanti ...."

Kyle mengusak rambut coklat putrinya dengan lembut. "Jika mereka tulus, mereka takkan meninggalkanmu. Ayah yakin."

Gadis bersurai coklat tua yang sewarna dengan milik ayahnya itu mendongak melihat paras ayahnya yang tersenyum lembut.

"Sungguh?"

Kyle mengangguk, "Ketulusan adalah segalanya. Meskipun mungkin ketika mereka pertama kali tahu mereka akan sangat terkejut, tapi jika mereka ada orang baik yang tulus, ayah yakin mereka akan percaya jika kau bukan seperti yang dikatakan orang-orang. Ayah tahu kau orang yang baik."

Senyuman Scarlea mengembang. "Terima kasih, Ayah. Aku tidak tahu bagaimana jika Ayah tidak ada di sampingku. Ayah selalu tahu bagaimana diriku."

"Tentu saja ayah tahu jika kau baik. Kalau tidak baik mana mungkin mereka mau berada di dekatmu? Dekat saja mungkin enggan kalau kau galak seperti harimau!"

"Grraaaawrrr!!!" tiba-tiba Scarlea pura-pura mengaum seperti harimau ketika Kyle mengatakan demikian dan itu membuat keduanya tertawa terbahak-bahak seraya berjalan menuju kediaman mereka.

"Ayah, kapan ibu akan kembali?"

.

To be continue ......


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top