Sisi Lain Hutan Maleybre

.

.

Danio dan Hide bergegas menuju markas Patron di Lagnam untuk memberitahukan apa yang mereka temukan di tempat tersembunyi. Keduanya tak saling bicara karena masalah di perpustakaan.

Danio berjalan mendahului Hide karena pemuda itu lebih mengenal markas Lagnam ketimbang Hide yang berasal dari Bevory. Ia mengikuti langkah Danio yang bertempo cepat dan tidak menghiraukan sapaan orang-orang yang tampak terkejut atas kedatangan mereka yang tiba-tiba.

Tanpa aba-aba, tiba-tiba Danio menghentikan langkahnya di depan sebuah pintu berukir pedang dan perisai yang membuat Hide terkesiap. Untungnya ia berhasil menahan langkah hingga tidak menabrak rekannya itu. Danio tiba-tiba berbalik dan menatap tajam Hide Tris.

"Apa? Kau mau mencegahku mengatakan tentang gadis itu?" tebak Hide dengan nada mengejek yang membuat Danio menahan diri bahkan urat lehernya sampai terlihat. Danio ingin mengatakan iya namun ia tahu jika segala bentuk potensial ancaman dari Necromancer harus diselidiki dan diselesaikan oleh divisinya. Tapi ia tahu gadis itu bukan Necromancer.

"Ingat saja prioritas kita." Danio pun menghadap ke pintu dan tidak memberi kesempatan Hide untuk membalas ucapannya agar perdebatan itu tidak berlanjut. Tangannya membuka pintu kayu itu dan dilihatnya Azelia bersama Zach dan Rey serempak menoleh padanya.

"DANIO!" suara Azelia menggema dengan cepat ketika melihat presensi pemuda yang beberapa jam lalu putus komunikasi dengannya.

"Bagaimana kau bisa keluar dari sana? Apa yang terjadi?" Rey mencecari Danio dengan tidak sabar dan mendekati juniornya itu penuh rasa penasaran.

"Kalian menemukan sesuatu?" Zachary tak kalah penasarannya. Kini ia ikut mendekat bersama Rey. Danio mengangguk yakin. "Aku menemukan anak-anak itu disekap di dalam goa di hutan. Kami juga bertemu kedua Necromancer itu di sana."

"Lalu? Apa kalian berhasil mengalahkan keduanya? Bagaimana dengan anak-anak itu?" banyak sekali hal yang ingin ditanyakan Azelia tentang apa yang mereka alami. Danio menghela napas panjang.

"Tidak. Mereka menyerang kami dan ... kami keluar tiba-tiba bersama Scarlea." Azelia, Rey dan Zachary saling melempar pandangan tidak mengerti. Bagaimana gadis itu bisa berada di sana dan apa yang sebenarnya terjadi.

"Daripada itu. Aku yakin hutan itu adalah Maleybre. Tapi seperti sisi lain Maleybre. Adakah Sorcerer yang bisa kuajak untuk memastikan? Ah ... Allen misalnya?" Danio kembali bersuara mengalihkan topik sebelum Azelia mencaritahu soal bagaimana gadis itu bisa kesana.

"Aku akan memintanya kemari," ujar Zachary lalu segera pergi keluar mencari keberadaan Allen Regulus, satu-satunya Sorcerer di Patron.

"Syukurlah kalian selamat," tutur Rey dengan senyum bangga dan menepuk-nepuk pundak Danio dan Hide. Danio tak membalas sambutan hangat Rey sementara Hide hanya tersenyum singkat.

"Kau punya rencana? Haruskah aku memanggil Patron yang lain?" tanya Azelia.

"Kita harus memastikan dulu apa benar tempat itu berada di Maleybre atau tidak. Jika benar, baru aku akan menghubungi kalian. Siap siagakan saja Patron Divisi Necromancer di dekat portal teleportasi bersama satu Sorcerer." Danio menjelaskan rencananya.

"Bersiap-siaplah dulu. Aku yakin kau perlu membersihkan dirimu," Azelia menatap pakaian Danio dan Hide yang tampak kotor dan berantakan. "Ah, ada beberapa pakaian di sini yang bisa kau pake, Hide," Rey tahu Hide akan memerlukan itu mengingat dia tidak tinggal di Lagnam.

"Aku akan menunggu di Maleybre dua jam dari sekarang."

"Biar Rey, Zach dan Allen menemani kalian," balas Azelia. Lalu Danio pun segera hengkang dari ruangan pimpinan Divisi Necromancer itu tanpa persetujuan pemilik ruangannya. Azelia tak ambil pusing seolah itu adalah hal yang biasa bagi pemuda itu.

Setelah Danio pergi dari ruangan itu, tatapan Azelia beralih pada Hide yang masih berdiri di hadapannya. "Apa ada yang ingin kau katakan, Hide Tris?" Azelia seakan bisa membaca maksud pemuda itu.

"Soal Necromancer itu. Identitas mereka—"

"Kyle dan Arona Sochyero, benar?" sahut Azelia. Sesungguhnya wanita itu sudah menyisihkan dua nama Sorcerer itu sejak Martin Gideon menceritakan hal aneh soal hutan yang didengar dari seorang gadis bernama Scarlea jika tidak salah.

"Mereka punya seorang putri." Rey dan Azelia menatap bingung. Dari reaksi keduanya, sepertinya mereka tidak mengetahui soal ini. Hide menyeringai tak ingin melewatkan bagian yang dapat membuat namanya menjadi lebih baik.

"Scarlea Sochyero. Gadis berambut merah—dan dialah yang bercerita pada Tuan Gideon."

Rey terbelalak. Tentu saja ia terkejut karena dia tahu benar siapa gadis itu. Gadis yang sudah ia anggap seperti adik kecilnya. Rey barusaja menyadari jika gadis itu adalah anak dari pasangan Sochyero. Namun soal rambut ia yakin Hide salah.

"Aku yakin rambutnya berwarna coklat tua. Kau mungkin salah lihat," komentar Rey tidak terima karena ia lebih mengenal gadis itu ketimbang anggota Patron dari Bevory yang ada di hadapannya.

"Merah, Rey Demian. Ibunya sendiri yang membuka sihir pengubah di rambutnya ketika kami berada di goa. Rupanya kau juga telah dikelabuhi, ya?"

Rey tak menjawab.

Lalu Zach muncul dari balik pintu bersama Allen Regulus di belakangnya. "Kapan kita akan ke Maleybre?" tanya Allen tanpa basa-basi.

"Dua jam lagi. Bersiap siaplah, Zach dan Rey juga." Mereka pun mengangguk.

"Zach, tolong antarkan Hide untuk mengganti pakaian. Aku yakin ada beberapa pakaian di lemari penyimpanan divisi kita. Aku akan pergi sebentar," pinta Rey yang diterima oleh Zach tanpa keberatan. Lalu mereka semua meninggalkan Azelia di ruangannya sendirian.

Wanita pimpinan Divisi Necromancer Lagnam itu pun menyalakan kristalnya dan memberitahu rencana Danio pada pimpinan divisi wilayah lain untuk menyiapkan beberapa orang dan Sorcerer.

*****

Terry dan Martin Gideon saling berpandangan. Kini mereka bertiga termasuk Scarlea berada di kamar tamu yang ada di tempat khusus di perpustakaan. Scarlea tak sadarkan diri setelah menangis di pelukan Martin hingga terpaksa Terry memindahkannya ke ruangan yang biasa dipakai Terry untuk istirahat itu.

Martin menatap gadis bersurai merah itu dengan iba. Ia memang merupakan Sorcerer, tapi ia tidak akan begitu saja menuduh seseorang sebagai Necromancer. Apalagi ia tahu benar jika gadis itu sangat polos. Jika saja gadis itu memiliki kekuatan Necromancer sejak awal ia pasti sudah tahu. Martin bukan sembarang Sorcerer yang bisa dikelabuhi begitu saja.

"Patron pasti sudah tahu soal Scarlea." Terry menghela napas lalu duduk di kursi kayu bundar di dekat ranjang. Martin mengangguk setuju. Hide Tris sudah pasti memberitahu Azelia dan yang lain.

"Cepat atau lambat Patron akan membawa Scarlea. Lebih parahnya—"

"Aku tahu Terry. Tapi mereka tidak akan membawa Scarlea ke Dementhos begitu saja. Akan ada pengadilan yang harus digelar setelah kedua orang tuanya ditangkap."

Terry tak bisa membayangkan jika gadis polos ini akan dihadapkan dengan hakim yang akan memutuskan dimana gadis itu akan tinggal. Apalagi kenyataan bahwa warna rambutnya sangat melambangkan Necromancer, namun kemampuan dan pengetahuannya tidak demikian. Dia hanyalah gadis muda lugu dan polos yang kebetulan berambut merah. Sungguh tidak adil jika ia harus mendekam di Dementhos hanya karena sebuah tuduhan adanya potensi bahaya.

"Apa kita tidak bisa melakukan sesuatu soal Scarlea, Tuan?" Terry meminta pendapat, tidak—lebih tepatnya ia memohon pada Martin untuk melakukan sesuatu. Ia yakin Martin Gideon tidak akan membiarkan orang yang tidak bersalah dijebloskan ke penjara Dementhos begitu saja. Dementhos bukan sembarang penjara. Sekali masuk ke dalamnya, akan sangat sulit—bahkan tidak mungkin bisa keluar.

"Ada satu. Tapi baru bisa dilakukan setelah kasus ini selesai dan kita mendapatkan bukti bahwa Scarlea memang bersih, terlepas dari warna rambutnya."

"Tapi bolehkan saya menanyakan satu hal?" Terry mendongak menatap Martin Gideon dengan wajah khawatir.

"Katakan saja."

"Aku mendengar dan membaca banyak sekali tentang si rambut merah. Mereka memiliki kapasitas mana yang besar dan kemampuan yang hebat. Apa Scarlea punya potensi itu?"

Martin menghela napas panjang lalu duduk di sisi ranjang tempat gadis itu terbaring.

"Dia punya potensi menjadi Sorcerer yang hebat, aku bisa merasakan mana yang besar namun belum digunakan di dalam dirinya. Kau ingat reaksi kalungnya, kan? Jika dia memilih jalan atau menemukan pembimbing yang salah, dia bisa menjadi Necromancer yang bahkan melebihi kedua orang tuanya. Aku yakin bahkan aku tidak akan bisa melawannya kalau itu terjadi."

Terry menelan ludahnya dan bergidik ngeri. Cerita tentang si rambut merah memang benar. Namun kembali lagi, semua itu adalah pilihan. Tetap saja ia tidak bisa membayangkan jika gadis polos dan baik hati ini berubah menjadi Necromancer. Rasanya mustahil ...

"Satu pertanyaan lagi." Martin mengangguk bersiap mendengar pertanyaan Terry selanjutnya.

"Apa ada kasus dimana si rambut merah tidak menjadi Necromancer?"

Martin Gideon tidak langsung menjawab. Ia menghela napas panjang seakan hendak mengatakan hal yang tidak ingin ia katakan. Terry menatap Martin penuh harap.

"Ada ... satu. Tapi itu sudah lama sekali ..."

Terry memandang Scarlea khawatir. Mustahil jika Scarlea benar-benar akan menjadi Necromancer. Tapi satu orang sebagai bukti bahwa Necromancer tidak selamanya jahat menjadi sedikit harapan baginya yang melihat Scarlea sebagai gadis baik hati.

"Aku berharap Scarlea tidak memilih jalan yang salah setelah kejadian ini ... "

Martin menatap gadis bersurai merah itu dengan lembut.

"Semoga saja ... "

*****

Sesuai dengan kesepakatan, kini Danio dan yang lain telah berada di pintu masuk hutan. Danio, Hide, Rey, Allen dan Zachary mengamati satu-satunya hutan di Lagnam itu dengan seksama. Tidak ada yang berbeda bagi Rey, Allen dan Zachary. Namun Hide memiliki pendapat yang berbeda setelah melihat langsung hutan yang dikatakan Danio tampak seperti hutan aneh dimana mereka terjebak.

"Kau benar, Danio. Hutan ini mirip hutan aneh itu," ulas Hide.

"Sungguh? Setahuku tidak ada goa di sini. Apa kau yakin?" Allen meragukan apa yang dikatakan Hide. Karena sepanjang yang ia tahu, tidak ada goa di hutan ini sejak dulu.

"Benar, Len. Karena itu kita harus masuk sampai dalam. Makin cepat makin bagus." Danio melangkah mendahului rekan-rekannya untuk segera memecahkan kasus Necromancer ini. Ia sudah tidak bisa menunggu lagi karena delapan anak itu masih disekap di dalam sana.

Danio dan yang lain menggunakan kristal komunikasi untuk menerangi mereka sambil tetap berkomunikasi dengan markas dan para pimpinan Divisi Necromancer. Sesuai rencana, mereka berlima akan memastikan dulu apa benar hutan aneh itu berada di Maleybre. Jika benar maka mereka akan memanggil bantuan anggota Divisi Necromancer yang lain.

"Allen apa kau bisa merasakan ada tanda-tanda sihir?" Rey melirik Allen yang sepertinya terus mengamati seluruh penjuru hutan. Allen menggeleng pelan, "Sementara ini belum."

Mereka pun berjalan menyusuri Hutan Maleybre yang sebenarnya tidak begitu luas jika dibandingkan Hutan Terlarang di Bevory. Luasnya tidak sampai separuh Hutan Terlarang karena itulah sebelumnya hutan ini biasa digunakan anak-anak untuk bermain.

Sepanjang perjalanan mereka terus memperhatikan jalan yang mereka tempuh. Sekalipun tidak ada hewan buas di sana, hewan-hewan malam tetap saja sering berkeliaran di sana.

Sekitar satu jam mereka sudah berada di ujung hutan—lebih tepatnya batas akhir hutan. Kelimanya memperhatikan sekitar dengan seksama.

"Tidak ada apapun. Langitnya gelap sesuai dengan waktu yang kita lihat, ini memang malam hari," tutur Zachary karena merasa tidak ada hal mencurigakan yang mereka temukan. Danio tak berkutik dan tampak memikirkan sesuatu.

"Kudengar anak-anak dari Dryatt dibawa dengan menutupi tubuh mereka dengan tabir?" Allen beralih pada Hide.

"Benar. Evelyn membukanya dengan sebuah mantra. Kami benar-benar tidak bisa melihat tabir itu dan seakan tidak ada anak-anak di hutan itu padahal posisi mereka sangat dekat—"

"—tunggu!" tiba-iba Danio memotong pembicaraan kedua rekannya.

"Kau merasakan sesuatu?" Rey penasaran kali ini.

"Kau benar, Hide Tris. Kita tidak bisa melihat anak-anak itu sampai kita merapalkan mantra pembaliknya!"

Rey rupanya menjadi satu-satunya yang paling cepat memahami kemana arah pembicaraan Danio terlihat dari wajahnya yang seakan menyadari sesuatu.

"Jangan-jangan cara yang sama diterapkan di hutan ini. Benar?" tebak Rey.

"Allen, apa kau tahu mantra pembuka tabir?" Danio beralih cepat pada satu-satunya Sorcerer di antara mereka. Allen terkekeh.

"Jadi ini alasan kalian mengajakku?" Danio tersenyum bangga karena temannya menyadari posisinya sebagai Sorcerer. "Aku pernah merapalkan mantra itu tapi hanya satu anak yang terlihat, tapi begitu Evelyn melakukannya ... semuanya terlihat." Danio sedikit menjelaskan.

"Itu mantra yang terbilang sulit. Kalau hanya tabir yang menutupi tubuh dalam skala kecil sangat mudah. Tapi ini skalanya cukup besar ... " Allen sedkit ragu.

"Aku yakin kau lebih hebat dari Max dan Evelyn, iya kan?" pancing Danio yang tahu benar jika rekannya ini memiliki jiwa kompetitif yang cukup tinggi. Allen mendecih.

"Baiklah kita coba saja. Semoga ini benar." Allen pun mundur satu langkah dan menjulurkan kedua tangannya, menghadapkan kedua telapak tangannya ke depan lalu menutup kedua matanya.

"Semoga berhasil!" Azelia turut memberi dorongan. Allen pun mengambil napas panjang lalu merapalkan mantranya.

"Veil oblivio zeig es!" Allen merapalkan mantra dalam satu tarikan napas dan perlahan butiran-butiran yang berkilau jatuh di hadapan mereka. Danio dan yang lain sontak terbelalak.

"Se-serius ... ada tabir yang menutupi hutan ini?" ujar Zachary yang menyaksikan butiran-butiran itu jatuh dan melebur di hadapannya.

*****

Arona menggigit kuku jempolnya dengan gusar. Ia tidak menyangka jika anaknya bisa melakukan teleportasi secara tiba-tiba entah itu sengaja atau tidak.

"Bagaimana mungkin Scarlea bisa masuk melalui gudang? Apa kau tidak menyembunyikannya?!" geram Arona pada suaminya. Kyle pun tak tahu bagaimana gadis itu bisa masuk—bahkan portal itu seakan terbuka dengan sendirinya pada gadis kecilnya.

"Daripada itu, lebih baik kita menyembunyikan portal gudang—"

"Tidak. Kita harus menghancurkan rumah itu agar tidak ada bukti dan tidak ada Sorcerer yang mencoba-coba masuk dari sana," sela Arona menatap Kyle dengan mantap.

"Kau gila? Lalu bagaimana dengan Scarlea?"

"Anak itu tidak akan di rumah sekarang. Patron-patron itu pasti membawanya, kau tahu kan rambutnya sudah diketahui."

Kyle tidak menyanggah ucapan Arona yang memang benar adanya. Lalu tanpa basa-basi lagi wanita itu pergi meninggalkannya menggunakan teleportasi.

Anak-anak yang berada di balik jeruji besi itu hanya bisa menatap takut pada kedua Necromancer yang terlihat marah itu. Jelas mereka takut kalau-kalau Necromancer itu akan melakukan hal yang buruk pada mereka.

.

.

Arona kini berdiri di ladang rumput di sekitar rumahnya. Ia memandangi rumah sederhananya yang ia huni dengan damai bersama keluarga kecilnya. Kini ia terpaksa harus menghancurkan bangunan sederhana itu demi menghilangkan bukti.

Ia mengulurkan kedua tangannya dan lingkaran sihir ungu mulai terbentuk. Tak lama kemudian sesuatu seperti portal besar muncul dan menghisap seluruh bangunan rumah itu dengan cepat. Setelah semua terhisap, Arona mengepalkan tangannya dengan erat dan rumah itu hancur berkeping-keping tanpa menimbulkan suara bising bak pistol yang telah dberi peredam suara. Lalu kepingan-kepingan kayu itu berjatuhan di antara rerumputan.

Arona pun berteleportasi setelah melakukan tugasnya.

*****

"Apa kalian berhasil?" Azelia tak sabar menunggu Danio dan yang lain membuka suara. Tentu saja wanita itu tidak sabar.

"Sihir yang dipakai cukup kuat ... " Allen membuka matanya dan melihat tabir itu tidak sepenuhnya terbuka.

"Aku yakin si pembuat tabir ini akan tahu jika aku sedang membukanya," eluh Allen lalu kembali berkonsentrasi. Danio dan yang lain mengambil posisi melindungi Allen yang sedang merapalkan mantra, berjaga-jaga kalau Necromancer itu tiba-tiba menyerang.

Karena Allen adalah satu-satunya yang bisa membuka tabir itu di sana.

Allen kembali merapalkan mantra. Kali ini lebih kuat dari sebelumnya dan tepat setelah ia mengucapkan kata terakhir, Butiran-butiran yang jatuh semakin banyak dan dinding tak terlihat itu benar-benar melebur sepenuhnya.

Allen membuka mata, "Sepertinya tidak hanya tabir sihir. Necromancer itu juga memanipulasi luas hutan di baliknya. Ini bahkan seperti dua kali luas Hutan Maleybre yang sebenarnya ... " Allen tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Ia tidak menyangka jika selama ini apa yang mereka cari justru ada di dekat mereka.

Hutan aneh itu berada di dalam Hutan Maleybre. Tepat seperti perkiraan Danio.

"Sudah siap?" Hide bertanya pada semua rekannya. Keempat yang lainnya mengangguk dengan yakin meskipun dengan degupan jantung yang semakin kencang karena kemungkinan besar mereka akan bertemu dengan Necromancer penculik anak-anak itu.

Mereka berlima pun melangkah masuk dengan yakin.

"Tabirnya terbuka sepenuhnya, Azelia. Kalian bisa berteleportasi kemari sementara kami mencari goa itu," lapor Danio.

"Mereka sedang bersiap-siap. Mereka akan segera menyusul kalian."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top