Sesuatu yang Tersembunyi
"Mutatione figura," ucapnya cepat-cepat dengan suara agak pelan. Ia khawatir jika ia kurang berkonsentrasi dan membuat mantranya gagal. Lalu rambut merahnya kembali menjadi coklat tua. Ia pun membuka matanya dan menghela nafas pendek.
Syukurlah...
Lalu gadis itu pun keluar dan ternyata Rey sudah berdiri di depan pintu kamar mandi. Terlihat wajahnya seperti sedang menahan sesuatu.
"Bisakah kau minggir sebentar, Scarlea? Aku sudah tidak tahan!" mohonnya dan Scarlea pun bergeser lalu mempersilahkan pemuda itu meluncur ke kamar mandi secepat kilat.
.
.
"Scarlea kau belum pulang?" tanya Rey pada gadis yang biasanya sudah pamit pulang ketika matahari telah tenggelam. Namun nyatanya gadis itu sepertinya masih betah berlama-lama di perpustakaan.
Scarlea menggaruk lengannya yang tidak gatal dengan canggung, "itu—sebenarnya..." ucapnya tergagap. Gadis itu ragu untuk memberitahu alasan ia tidak segera pulang karena merasa malu dengan kenyataan bahwa ia sedikit takut untuk pulang malam-malam begini.
"Orang tuaku tidak ada di rumah sa—sampai dua hari kedepan..." lanjutnya sambil tersenyum masam.
Danio yang mendengar hal itu pun menoleh pada Scarlea. Ia melihat ada sedikit rasa takut yang terukir di wajahnya sekilas, namun gadis itu menutupinya dengan senyuman.
"Biar aku dan Rey yang mengantarmu pulang. Aku juga ingin memastikan ke bukit itu—kau bilang rumahmu di dekat sana, kan?" tawar Danio tiba-tiba yang membuat Rey mengernyit heran namun menyetujui idenya.
"Oh benar, kudengar mereka berdua ke Dryatt, apa itu benar?" tanya Martin. Scarlea mengangguk.
"Apa kalian tidak keberatan..?" tanya Scarlea memastikan sekali lagi. Ia khawatir membuat kedua pemuda itu merasa keberatan—meskipun Danio sendiri yang menawarkan diri. Tapi tetap saja Scarlea merasa tidak enak hati padahal dia juga takut sendirian.
"Justru aku keberatan jika kau pulang sendirian, tempatmu agak jauh dari sini, kan?" sahut Martin. Scarlea pun tidak bisa menolak dan menurut saja untuk diantar pulang oleh Danio dan Rey. Ia pun berpamitan pada Martin dan pergi diikuti oleh Rey dan Danio di belakangnya.
Ada sedikit perasaan lega di hati Scarlea, ia tidak pernah merasakan memiliki teman yang perhatian seperti Rey dan Danio. Dalam hatinya ia berujar jadi begini rasanya punya teman?Meskipun Danio sedikit menyebalkan, ternyata pemuda itu cukup pengertian. Begitu juga dengan Rey yang bahkan memperlakukannya seperti seorang adik dan mentraktirnya ayam goreng yang lezat.
Dalam hatinya ia sangat bersyukur memiliki teman—meskipun mereka belum mengenal lama, namun ada rasa takut jika mereka mengetahui rahasianya.
Apa mereka akan memperlakukannya dengan sama jika mengetahui rahasianya?
"Scarlea!" pekik Danio tiba-tiba sambil menarik gadis itu karena ia hampir menabrak seseorang. Scarlea yang terkejut hanya pasrah ketika merasa lengan kirinya ditarik oleh Danio.
"Maafkan aku.."
"Hati-hati kalau jalan. Kalau kau melamun lagi aku akan membiarkanmu menabrak pohon," omel Danio dan membuat Rey berdecih. Apa pemuda ini tidak bisa mengatakan hal yang menyenangkan sedikit?
"Kau harusnya lebih lembut pada seorang gadis," ujar Rey. "Jangan melamun, oke?" lanjutnya yang mengalihkan pandangan pada gadis itu. Scarlea pun hanya menunduk malu karena berjalan sambil melamun. Pikiran tentang rahasianya yang tidak diketahui dua pemuda itu membuatnya tidak memerhatikan sekitarnya. Cepat-cepat Scarlea menghilangkan kekhawatirannya yang ia yakin pasti suatu saat akan menghantuinya.
"Apa kau sudah memberitahu Azelia tadi?" tanya Danio. Rey menggeleng, "dia sedang ke Serrano. Hana bilang ada rapat dengan para pimpinan Divisi Necromancer."
"Syukurlah mereka segera bergerak. Kalau sampai necromancer itu menebar ketakutan ke seluruh Continentia, itu akan merepotkan."
"Hei..bagaimaa jika ada korban selain di Lagnam?" tanya Scarlea khawatir dengan apa yang menimpa anak-anak malang itu.
"Tentu saja kami para patron tidak akan membiarkannya. Kami akan menangkap nenek-nenek sihir itu dan menjebloskannya ke Dementhos!" tutur Rey dengan bangga lalu tersenyum lebar dan membuat Scarlea terkekeh pelan.
"Kau bilang ada necromancer laki-laki, sekarang kau menyebutnya nenek sihir juga, cih!" protes Danio mengembalikan omongan Rey tempo hari dengan wajah yang sengaja dibuat menjengkelkan.
"Kau benar-benar tidak sopan! Aku ini lebih tua 3 tahun darimu!"
*****
Angin malam masuk ke seluruh sisi goa tanpa peringatan dan membuat api-api kecil temaram bergoyang-goyang lambat. Hawa dingin itu sangat selaras dengan dingin dinding batu goa yang berhasil membuat siapapun yang berada di dalamnya menggigil merasakan sentuhan darinya. Di dalam goa dengan lengkungan besar itu, goa yang terisolasi dari semua jenis kebisingan, terdapat beberapa bagian mirip ruangan yang lebih cocok disebut sebagai penjara dengan jeruji besi besar yang menutup pintu keluarnya.
Di dalam ruangan itu terdapat enam anak yang saling berdekatan mengharapkan kehangatan satu sama lain. Beberapa dari mereka bahkan saling berpelukan untuk saling menyalurkan kehangatan meskipun tidak banyak kehangatan yang didapatkan dari tubuh yang terkurung di dalam goa dingin itu.
Anak-anak itu memiliki sorot mata yang sama dan terlihat jejak-jejak air mata di pipi mereka. Menatap dinding batu atau lantai batu dengan tatapan ketakutan dan kehilangan harapan mengetahui kenyataan bahwa dalam beberapa hari tak ada tanda-tanda akan adanya penyelamat. Setiap langkah kaki yang mereka dengar memberikan harapan pada hati kecil mereka yang ketakutan pada awalnya. Namun ketika mengetahui sosok yang menghampiri mereka dengan seringaian mengerikan membuat harapan mereka redup. Mereka ketakutan dan merindukan keluarga mereka. Sekarang tak hanya rasa takut yang menemani mereka, namun rasa putus asa agaknya lebih sering menyapa diikuti dengan bertambahnya jumlah anak yang dipertemukan dalam penjara batu itu.
"Aku takut..." kata-kata itulah yang sering terdengar dari mulut bocah-bocah itu. Ada dua bocah yang selalu mencoba menenangkan mereka yang takut—meskipun keduanya sendiri juga dilanda ketakutan.
Kayla menepuk-nepuk pundak Ivy, gadis yang berkata ia berasal dari Serrano. Gadis dengan suara lirih itu datang bersama dengan Bella dan Nicholas. Ivy selalu menangis semenjak tiba-tiba saja sadar berada di tempat asing. Berbeda dengan Bella yang terlihat lebih kuat dan justru memperhatikan sekitarnya dengan seksama.
Kayla awalnya hanya mengira jika ia adalah satu-satunya sandera penyihir jahat itu, namun ternyata semakin hari ia menemukan kenyataan bahwa anak yang disekap semakin bertambah dan kini ia tak tahu lagi berapa banyak anak yang akan datang.
"Kita harus mencari cara untuk keluar!" seru Bella tiba-tiba. Jujur saja, semenjak Bella bangun di tempat itu, dia adalah satu-satunya anak yang tidak takut. Untuk ukuran anak berumur 11 tahun, dia sangat pemberani dan Kayla tidak tahu darimana asal keberanian gadis yang seumuran dengannya itu. Namun meskipun takut, Kayla mengiyakan ucapan Bella meskipun tidak tahu bagaimana caranya enam anak kecil bisa keluar dari goa dingin itu.
"Apa akan ada yang menyelamatkan kita?" rengek Ivy yang ketakutan dan memeluk Kayla dengan erat.
.
Vomment please :)
Thanks for reading~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top