Portal Rahasia
Halo chapter baru sudah update! Oh iya, sebelumnya aku mau memberi tahu kalau akhir-akhir ini temam sesama penulis wattpad menemukan situs mirror yang ternyata di dalamnya ada banyak cerita wattpad yang diambil secara ilegal. Aku mempublish cerita ini hanya di Wattpad dan Storial.co. Jadi kalau kalian menemukan cerita ini di situs selain yang kusebutkan, kalian bisa aja terkena virus atau malware dari situs mirror tadi. Meskipun aku nggak begitu paham bagaimana sistemnya, tapi dari info yang kudapat dari orang yang lebih tahu, membuka situs mirror bisa bikin gadget kalian kena virus/malware. Jadi hati-hati ya! Oke cukup gitu aja pemberitahuan singkat ini hehe.
Selamat membaca!
.
Rey sedikit gugup melihat semua asisten ketua Divisi Necromancer Continentia berkumpul di ruangan Azelia ditambah dengan dirinya dan Danio. Rekan Rey yang berada di sampingnya sepertinya memahami situasi lebih cepat dari dirinya yang masih memproses apa yang terjadi. Namun satu hal yang bisa disimpulkan oleh Rey, kasus ini semakin buruk.
"Jadi, Bevory atau Dryatt yang kecolongan sekarang?" tanya Danio terkesan sarkas setelah melihat Hide Tris, Jeckyl Frig dan Ethan Blacc sudah ada di ruangan Azelia sebelum mereka datang.
Jeckyl mengepalkan kedua tangannya, "Oh, Dryatt rupanya. Apa yang terjadi?" sahut Danio sebelum Jeckyl mengangkat suara. Apa yang dikatakan Danio sepertinya benar karena Jeckyl berujar setelah Danio menebak. Danio dan mulutnya yang tanpa ampun.
"Well, kau bicara seperti Lagnam tidak kecolongan," desisnya. Danio memang tidak begitu akur dengan Patron divisi Necromancer wilayah lain karena watak mereka yang berseberangan. Ditambah dengan Danio yang memiliki masalah dengan pengontrolan ucapan.
"Beritahu kami apa yang terjadi, Jeckyl," titah Azelia yang membuat Jeckyl harus mengesampingkan kekesalannya pada Danio sejenak. Ada hal lain yang lebih penting untuk dibahas. Itulah yang menjadi alasan utama mereka semua ada di sini sekarang.
"Kami bertemu dan bertarung dengan Necromancer dengan cahaya ungu."
Sontak saja penuturan Jeckyl itu membuat semua orang terbelalak kaget. Sepertinya tidak sia-sia mereka menggunakan mantra perlindungan hingga berhasil membawa mereka menuju mangsa yang selama ini mereka buru.
"Satu lawan empat ... dan kami kalah telak. Necromancer itu sangat kuat dan bahkan membuat Lianna berakhir di rumah sakit sekarang," lanjut Jeckyl yang menelan getir kekalahannya semalam. Bahkan ia tidak sempat beristirahat setelah kejadian itu dan sekarang mereka harus menyusun rencana serta dituntut waktu untuk bergerak cepat.
Rey dan Danio saling melempar pandangan. Mereka sudah menduga jika Necromancer itu memang hebat setelah mengetahui kenyataan bahwa magic map tidak bisa mendeteksi tempat persembunyian mereka, bahkan sekarang terbukti dia bisa menang sendirian melawan empat orang dan membawa pergi targetnya.
"Berapa anak yang diculik dari Dryatt?" tanya Azelia.
"Dua anak. Rosie Elleve lahir di bulan sebelas dan Nathan Tolv bulan sepuluh," jawab Jeckyl. Jelas sekali raut kesal dan sesal tergambar di wajah Patron dari Dryatt itu.
"Ada dua petunjuk yang kami dapatkan dari pertarungan semalam."
"Apa itu?" sela Azelia.
"Necromancer itu berelemen air, dan dia wanita ..."
Danio yang mendengar perkataan Jeckyl itu merasakan sesuatu seakan menghantam kepalanya sekarang. Itu petunjuk yang sangat jelas merujuk pada seseorang yang sekarang terpikirkan di benaknya.
Ia mungkin tahu siapa Necromancer ini ... tapi ia ragu. Sorcerer air tidak hanya satu orang.
Danio berniat bersuara, namun Rey mendahuluinya, "Siapa Sorcerer air selain Lianna dan Arona?"
Semua pasang mata yang awalnya fokus pada Jeckyl kini beralih menuntut penjelasan pada Rey.
"Menurutmu Necromancer ini adalah salah satu Sorcerer di Continentia? Kau cukup berani untuk mengasumsikan hal ini, Rey Demian," sela Azelia yang sedikit terusik dengan ucapan Rey meskipun ia tahu jika kemungkinan itu tetap ada. Sepertinya ketajaman pikiran Danio menular pada Rey yang beberapa hari menempel dengannya.
"Tidak menutup kemungkinan, bukan?"
*****
Scarlea duduk termangu menatap pemandangan luar dari balik jendela kamarnya. Benaknya penuh dengan bayangan kejadian tadi pagi di rumahnya yang cukup membuatnya terkejut. Suara bariton dingin ayahnya yang memarahinya karena tidak sengaja memecahkan sebuah piring ketika menyiapkan sarapan terus terngiang. Bahkan rasanya kedua telinga Scarlea terus mendengarnya sampai sekarang.
"Apa kau tidak bisa menata piring dengan benar?! Cepat bereskan!"
Gadis itu benar-benar terkejut ketika ayahnya meninggikan suara, sementara sebelumnya ia tak pernah bersikap demikian. Ditambah dengan raut wajah marah ayahnya yang juga tak pernah ia lihat sebelumnya.
"Apa ayah sedang banyak pikiran?" bisiknya pada diri sendiri dengan tatapan yang masih menatap keluar. Ada rasa takut terbesit di hati Scarlea dan membuatnya enggan untuk bertemu dengan ayahnya hari ini akibat sedikit bentakan ayahnya. Ia tidak pernah dibentak seperti itu, wajar saja jika dia merasa takut, bukan?
"Ibu juga tak kunjung kembali ... " Scarlea mendengus kecewa. Tak ingin larut dengan asumsi-asumsi buruk tentang ayahnya, ia pun memutuskan untuk meminum segelas air untuk melegakan tenggorokannya.
Scarlea meneguk air dengan tenang di dapur. Kedua netranya ia edarkan ke sekitar hanya untuk memastikan bahwa ia benar-benar sendiri. Kali ini ia sungguh berharap jika ayahnya pulang terlambat. Ia merasa tidak akan melihat wajah ayahnya dengan cara yang sama lagi karena wajah marah ayahnya tadi pagi.
DEG
Tiba-tiba saja punggung Scarlea terasa sangat panas dan ia merasakan ada yang mengawasinya dari belakang. Dengan cepat gadis itu berbalik kalau-kalau ada seseorang yang tiba-tiba muncul dari belakangnya.
Nihil.
Tidak ada siapapun di sana. Ia hanya melihat pintu kayu di dapur yang menuju ke gudang. Gudang yang dulu sering ia gunakan untuk bersembunyi dari orang tuanya ketika merajuk.
Lalu mengapa gadis itu merasakan aura mencekam dari punggungnya tadi? Siapa—ah apa yang menyebabkan ia merasa demikian?
Pandangan Scarlea entah mengapa terkunci pada pintu kayu di dapurnya.
Ia tahu pintu itu menuju gudang meskipun ia sudah jarang memasukinya. Tapi perasaan aneh terus menggelayutinya seperti sesuatu memanggil dari pintu itu.
Sesuatu seperti memanggilnya untuk masuk ke dalam.
Dengan ragu-ragu Scarlea meletakkan gelasnya di meja dan melangkah perlahan menuju pintu kayu yang menuju ke gudang itu. Kedua kakinya berjalan tanpa suara membawa gadis itu lebih dekat dengan pintu gudang.
Scarlea menghela napas berat dan mencoba menenangkan diri. Jantungnya berdegup kencang tepat setelah ia merasakan perasaan aneh tadi hingga dirinya berada di depan pintu gudang. Jantungnya bahkan berdetak lebih kencang sekarang. Menyambut rasa penasarannya yang mulai menguasai dirinya, tangan kanan Scarlea terulur untuk menyentuh kenop pintu dan memutarnya perlahan. Lalu sedikit demi sedikit pintu kayu itu terbuka dan menimbulkan decitan nyaring membuat Scarlea sedikit terperanjat.
Ia tahu ia hanya membuka pintu gudang, namun entah bagaimana aura mencekam bercampur rasa takut menguasainya dan membuatnya seakan-akan membuka sebuah pintu terlarang yang akan memberinya petaka.
Tepat ketika pintu itu terbuka setengah, Scarlea mengintip dan hal yang ia lihat hanyalah sebuah kegelapan. Ia tidak melihat barang-barang yang seharusnya berada di gudang. Sontak saja hal itu membuatnya terkejut dan bertanya-tanya mengapa hanya kegelapan pekat yang ia lihat. Buru-buru Scarlea menutup pintu itu dengan kencang.
Gadis itu pun mengatur napasnya yang sedikit memburu karena takut. Ia tidak mau masuk ke dalam gudang yang gelap gulita itu dan perasaan aneh di dalamnya. Namun di sisi lain seperti ada sesuatu yang memanggilnya dan menarik keinginannya untuk masuk ke dalam gudang yang sekarang ia tak tahu apakah ruangan itu benar-benar gudang seperti yang ia ingat atau tidak.
"Aku butuh penerangan."
Gadis itu pun segera melangkah menuju lemari kecil di dekat pintu masuk rumahnya dan mencari lampu minyak. Satu-satunya benda yang terpikirkan olehnya hanyalah itu. Ia pun segera mengambil penerangan berbahan bakar minyak tanah itu dan menyalakannya menggunakan korek api. Lalu dibawanya benda bersinar itu menuju pintu gudang.
Scarlea menarik napas panjang sebelum membuka pintu gudang itu lagi. Ia berhitung dalam hati dan membuka pintu dengan perlahan tidak ingin cepat-cepat melihat kegelapan yang menganggu ketenangan itu. Ia mengulurkan lampu minyaknya mendahului langkahnya untuk menerangi jalannya.
Samar-samar ia melihat sesuatu dari dalam sana. Dan tepat ketika ia telah sepenuhnya masuk ke dalam gudang, pintu kayu di belakangnya berdecit nyaring lalu menutup. Mengabaikan suara pintu yang tertutup itu, Scarlea merasakan dingin yang menyengat dari kedua telapak kakinya. Rasa dingin dari sesuatu yang bersentuhan dengan telapak kakinya terasa sangat ia kenal.
Gadis itu pun terkejut ketika menerangi sesuatu yang ia pijak dengan lampu minyaknya dan mendapati rerumputan agak basah di bawah kakinya. Lalu gadis itu mendongakkan kepalanya dan betapa terkejutnya ketika ia melihat pemandangan aneh namun tak asing terbentang di hadapannya.
"Ke-kenapa ... aku berada di dalam hutan?"
Pemandangan hutan di malam hari itu berhasil membuat kedua mata merah Scarlea membulat sempurna. Kenyataan tentang perbedaan waktu yang ia alami berhasil mengejutkannya.
.
.
TBC
Thanks for reading!
Jangan lupa vomment :)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top