Kepingan di Padang Rumput
.
.
Terry berpamitan untuk keluar sebentar guna membeli makanan ringan untuk menemani ia dan Martin Gideon malam ini, karena sudah dipastikan mereka tidak akan tidur malam ini.
Scarlea harus dijaga karena Tuan Gideon bilang Patron mungkin saja akan datang tiba-tiba untuk menyeret gadis itu pergi menuju Dementhos. Ia pun berhenti di sebuah kedai yang menjual berbagai macam cemilan dan menunjuk beberapa macam cemilan untuk ia beli. Ketika ia menunggu kudapannya dibungkus, ia mendengar beberapa pembeli yang berbicara dengan antusias tentang sebuah ledakan di padang rumput yang agak jauh dari pusat kota.
"Rumah sederhana di tengah padang rumput itu? Sungguh? Bagaimana mungkin bisa hancur? Jangan-jangan ulah Necromancer!"
"Katanya ada desas-desus jika itu tempat tinggal Necromancer!"
"Mana mungkin ada Necromancer yang tinggal di sana?! Kalau memang iya berarti Patron selama ini tidak bekerja dengan baik!"
"Sungguh! Ada yang melihat kalau Patron bagian kepolisian ada di sana untuk menyelidiki!"
Terry pun dibuat penasaran dengan obrolan mereka yang cukup kencang itu hingga ia tak perlu susah-susah menguping. Namun penjual cemilan itu menghilangkan fokusnya dengan memanggil dan menyerahkan kantong kertas berisi cemilan yang ia beli.
"Ah, terima kasih. Ini uangnya—oh ambil saja kembaliannya," terima Terry lalu membungkuk sedikit dan segera pergi setelah penjual cemilan itu mengucapkan terima kasih.
Terry berjalan dengan pikiran menerawang. "Rumah di tengah padang rumput? Padang rumput dekat bukit itu? Rumah siapa yang jauh dari keramaian begitu?" pikirnya. Lalu ia bergegas kembali menuju perpustakaan dan langsung melesat ke ruangan tempat Martin Gideon dan Scarlea berada.
"Aku kembali," salam Terry sambil membuka pintu ruangan itu. Martin Gideon pun menoleh dan tersenyum singkat. Terry mengedarkan pandangannya dan melihat gadis itu masih setia berada di dalam mimpinya.
Ah, gadis itu pasti sangat terkejut, kan?
"Dia tidur cukup lama ya ... " Terry duduk di kursi bundar tak jauh dari ranjang.
"Ah! Aku tadi mendengar sesuatu," Terry teringat akan obrolan orang-orang di kedai cemilan tadi. Martin Gideon hanya mengernyit. Terry pun bersuara lagi, "Soal rumah di tengah padang rumput. Ada rumor jika rumah itu dihancurkan Necromancer."
Martin Gideon terkejut bukan main. Ia tahu benar kediaman siapa rumah yang yang jauh dari pemukiman itu. Danio dan Rey pernah membicarakan rumah itu sebelumnya karena mereka ke tempat itu bersama-sama.
Untuk mengantar Scarlea pulang.
"Apa Anda tahu pemilik kediaman itu?" tanya Terry setelah melihat raut wajah terkejut Martin. Lelaki tua itu tak bersuara dan hanya mengalihkan pandangan pada gadis yang terbaring itu.
"Rumah itu ... kediaman keluarga Sochyero," jawab Martin. Terry yang mendengar itu pun menunduk turut menyesal. Seberapa banyak hal buruk yang menimpa gadis itu dalam kurun waktu beberapa hari. Ditambah lagi setelah ini pasti masih banyak hal yang menunggunya.
"Jadi mereka menghancurkan rumah itu untuk melenyapkan bukti? Apa mereka tidak memikirkan Scarlea?!" tebak Terry karena hanya itulah penjelasan paling masuk akal mengingat Scarlea bisa masuk ke tempat persembunyian mereka melalui gudang. Tidak menutup kemungkinan jika Patron dan Sorcerer bisa masuk juga sehingga satu-satunya cara untuk melenyapkan bukti adalah menghancurkannya tanpa sisa menjadi kepingan-kepingan di tengah padang rumput. Namun tetap saja, bukankah itu adalah rumah mereka? Lalu bagaimana dengan anak mereka?
Terry tidak mengerti berapa banyak hal yang dikorbankan oleh Necromancer itu demi tujuan kejinya itu. Necromancer benar-benar tidak memikirkan apapun kecuali kekuatan tak terbatas.
*****
Ledakan demi ledakan terdengar dengan sangat kencang dari Hutan Maleybre yang membuat warga mulai khawatir tentang apa yang terjadi di dalam sana. Namun tidak ada seorang pun yang berani mencari tahu karena berita tentang Necromancer yang berkeliaran mencari korban. Akibatnya beberapa warga yang tinggal di dekat hutan pun mulai menjauh dan mencari perlindungan yang aman.
Patron Divisi Kepolisian pun mulai turun tangan untuk membantu warga dan menutup jalan masuk menuju hutan. Tak hanya mereka, namun Patron Divisi Necromancer juga berada di sana untuk berjaga-jaga karena Danio dan yang lain telah memberikan informasi tentang apa yang terjadi di dalam sana.
Sementara itu, para Patron yang disiap siagakan dalam penyerangan telah sampai untuk membantu Danio dan yang lain. Betapa terkejutnya mereka ketika melihat seekor naga kelabu berukuran besar mengamuk jauh di dalam hutan. Asap membumbung tinggi dan bahkan masih ada bekas-bekas api semburan naga itu. Mereka semua sudah terbagi untuk membantu melawan naga yang terus beregenerasi itu, lalu menjaga anak-anak dan melawan Necromancer laki-laki.
Ethan dengan seorang Patron lain, lalu Jeckyl bersama seorang Patron lain dengan Max dan Evelyn yang datang membantu. Max dengan seorang Patron membantu Hide sementara Evelyn akan memindahkan anak-anak ke tempat yang aman sementara Ethan, Jeckyl dan anggota Patron lainnya membantu Danio dan yang lain mengurus naga dan Necromancer wanita.
Namun tetap saja jumlah tidak menentukan kemenangan.
Buktinya, Arona sekarang seperti kesetanan dan menyerang para Patron dengan membabi buta sambil tertawa.
Jelas ia punya dendam tersendiri pada Patron.
"Sepertinya Scarlea akan kecewa berat ..." tutur Danio di sela-sela napasnya. Tenaganya sudah mulai terkuras habis untuk melukai Arona dan naganya yang tidak kunjung tumbang.
"Itu bukan urusanmu—ah, bukankah kalian sangat membenci Necromancer? Kenapa juga kau peduli padanya?" balas Arona yang berjalan berlawanan arah dengan Danio. Patron yang lain bersiaga mengepung wanita dan naga itu.
"Memang benar-benar tidak pantas disebut sebagai seorang ibu," Rey bersuara juga. Ia merasa marah ketika mengetahui kenyataan bahwa kedua orang tua Scarlea ternyata memiliki topeng yang luar biasa berbeda. Betapa hebatnya mereka dalam bersandiwara bahkan di depan buah hatinya sendiri.
"Pikirkanlah nyawa kalian dulu!" Arona kembali menembakkan serangan dari lingkaran sihirnya bersamaan dengan semburan naga dari jarak dekat yang otomatis membuat para Patron menghindar menjauh.
Lalu sebelum Arona membuat ledakkan lagi, bola-bola ungu dan api dari naga itu sudah terbungkus oleh bola udara yang mengangkatnya tinggi-tinggi lalu menekannya dengan keras di langit sehingga berubah menjadi kembang api yang meledak dengan indah.
"Allen?" Danio menoleh dan melihat Allen sedang bersiap menyerang Arona.
"Ini yang kau sebut tidak berpengalaman?" Rey menimpali. Allen mencebik, "Diamlah. Aku melakukan sesuai instingku. Jangan memujiku ... "
"Anak-anak itu bagaimana?" tanya Zachary yang heran mengapa Allen justru ada di sini. "Evelyn yang akan memindahkan anak-anak itu. Aku yakin kalian butuh Sorcerer di sini."
Benar, Evelyn lebih ahli untuk urusan teleportasi ketimbang Allen. Rupanya Allen jauh lebih berguna dalam pertarungan tidak seperti pengakuannya.
Allen pun menyemburkan air untuk memadamkan api di sekitar mereka dan melihat Arona menatapnya dengan geram. Ini bukan situasi yang bagus.
"Bagaimana jika kita bagi dua? Satu mengurus nenek sihir satunya lagi mengurusi kadal itu," usul Allen yang mengundang tawa karena ia menyebut naga besar itu sebagai kadal.
"Kau, Danio, dan dua Patron lain itu urus nenek sihirnya. Biar aku bersama Jeckyl, Zachary dan Ethan menghajar kadalnya," titah Rey menghadap Allen. Semua setuju dan mulai berpencar dengan bagian masing-masing. Allen memang lebih tepat dihadapkan pada Necromancer ketimbang melawan naga karena akan meringankan beban mereka.
"Bagaimana keadaan kalian?" Allen mulai bertelepati.
"Kau bisa telepati? Oh astaga! Ah—aku akan memindahkan anak-anak ini ke markas." Suara Evelyn terdengar kaget setelah mendengar suara Allen di kepalanya.
"Evelyn!" seru Max ketika tahu Kyle akan menggagalkan teleportasi dengan menghancurkan portal. Evelyn yang menyadari itu buru-buru membuat dinding api untuk menghalangi Necromancer itu.
Kyle mendecak keras lalu menghujani mereka dengan air yang cukup banyak hingga dinding api itu padam. Max yang melihat itu buru-buru mendorong Kyle dengan bola udara dan membuat pria itu terpental hingga air yang menghujani mereka berhenti.
"Kalian tidak apa-apa?" tanya Evelyn pada kedelapan anak-anak yang basah kuyup itu. Anak-anak itu mulai menggigil.
"Oh astaga ..." Evelyn pun mencoba menghangatkan mereka lalu kembali membuat portal teleportasi untuk memindahkan mereka sekaligus agar ia bisa ikut bertarung melawan Necromancer itu.
Namun Kyle terus saja menghalanginya sambil bertarung dengan Max, Hide dan seorang Patron lagi. Ia benar-benar bisa menghalau sambil menghalanginya untuk memindahkan anak-anak ini hingga membuat Evelyn geram setengah mati.
"Baiklah. Aku tidak punya pilihan," Evelyn segera menembakkan banyak api dari kedua tangannya dan membuat Kyle harus terus bergerak atau ia akan terbakar hidup-hidup. Kyle membalasnya dengan menggerakkan pohon-pohon tinggi dan menggulingkannya pada Evelyn dan anak-anak itu.
Evelyn terpaksa beralih melindungi dirinya dan anak-anak itu. Sementara Max dan Hide mendekat dengan cepat. Max menyerang dengan angin yang bergerak sangat cepat dan tajam untuk melukai Kyle namun dihalangi oleh sulur-sulur tanaman yang mengeras membentuk tembok lalu hancur terpotong angin milik Max. Sementara Kyle sibuk Hide segera melesat menyerang Kyle dengan pedangnya dan berhasil melukai bahunya.
Kyle tidak membiarkan Hide begitu saja. Dari tangan kanannya—dengan bahu terluka—mengeluarkan sulur-sulur tajam yang menghunus tepat ke lengan kanan Hide membuatnya terpaksa menjatuhkan pedangnya dan mengerang kesakitan.
"Hide!" pekik Max setelah menyaksikan apa yang barusaja terjadi pada rekannya. Hide memegangi lengan kanannya yang terus mengeluarkan darah. Ia akan sulit bertarung dengan keadaan begini.
Kyle menyeringai penuh kemenangan lalu melompat mundur menyembuhkan lukanya dengan cahaya sihir hijau. Max menatap geram pada Necromancer pria itu. Ia melihat luka di bahu Kyle perlahan menutup.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top