Bantuan

"Dia ingin kau membantunya untuk mengatasi masalah perkebunan—maksudku membantu menyediakan air untuk perkebunan. Kau tahu kan musim kemarau ini membuat mereka dalam masalah," jelas Danio. Allen pun mengangguk-angguk.

"Kau benar. Kapan aku harus kesana? Ah—sepertinya segera ya?" tanya Allen lagi.

"Kakek bilang akan dilakukan mulai besok pagi. Sekarang ia sedang menghubungi sorcerer lain," tutur Danio mengakhiri informasinya.

"Baiklah kalau begitu aku akan meminta izin pada Trevor. Kau tahu kan atasanku itu tidak akan membiarkan anak buahnya membolos berbeda dengan pimpinan divisimu," kata Allen sambil menghela nafas. Lalu ia pun berjalan keluar diikuti dengan Danio.

"Oh iya, kau harus ikut denganku untuk meyakinkan manusia kaku itu," tambah Allen dan dibalas dengan cekikikan oleh Danio. Ia tahu benar Trevor adalah orang yang sangat kolot dan kaku. Pria berumur 40 tahun lebih itu sangat ketat dan meminta izin cuti darinya rasanya hampir tidak mungkin kecuali benar-benar mendesak.

"Kau benar-benar tidak beruntung menjadi bawahannya," ejek Danio sambil melirik temannya itu. "Sialan kau! Kalau saja bukan karena atasanku sebelumnya dipindah tugaskan, manusia kaku itu takkan ada disitu sekarang, dasar!" balas Allen kesal. Mereka pun telah sampai di depan pintu dengan ukiran burung hantu, ruangan Ketua Divisi Arsip.

"Aku yakin diizinkan kalau soal ini."

Allen hanya mengedikkan bahunya, tidak begitu yakin dengan keputusan atasannya nanti.

CKLEK

Allen membuka pintu dengan perlahan dan melihat pria berkacamata bundar dengan rambut disisir ke belakang itu sibuk dengan berkas-berkasnya.

"Permisi, Ketua..." ujar Allen dengan sopan. Pria itu pun mendongak dan terlihat terkejut, "oh, Allen! Kebetulan aku mau memanggilmu. Ada yang ingin kubicarakan. Masuklah dan—kau bersama siapa itu?" tanya Trevor sambil membetulkan kacamatanya dan menatap mereka dengan intens.

"Oh, selamat siang Pak Jord," sapa Danio sopan—ia harus sopan di depan pria ini atau ia akan mendengarkan ceramah tata krama yang sangat panjang.

"Saya mau menyampaikan jika Tuan Martin Gideon meminta bantuan saya untuk membantu menyediakan air di perkebunan, jadi saya ingin meminta izin untuk itu."

"Ah! Aku juga ingin memberitahumu itu. Kepala patron barusan diberitahu oleh pemerintah pusat untuk meminta sorcerer yang ada di markas patron untuk membantu dan satu-satunya sorcerer di sini hanya kau. Jadi tentu saja kuizinkan," ujarnya dengan wajah datar.

"O—oh begitu. Baiklah, terima kasih banyak Ketua. Saya pamit kalau begitu," pamit Allen lalu membungkuk sebentar begitu juga Danio.

"Saya juga permisi Pak."

Trevor Jord pun mengangguk dan mempersilahkan mereka keluar ruangan.

Danio dan Allen pun menuruni tangga melingkar sambil menahan tawa. "Astaga kalau tahu begini aku tidak akan ikut masuk. Rasanya aku kehabisan nafas saat memasuki ruangan pak tua itu," eluh Danio.

"Bukankah pimpinan Divisi Necromancer jauh lebih seram? Kudengar dia sudah menjebloskan banyak Necromancer?" balas Allen membandingkan.

"Oh itu benar, tapi itu jauh lebih baik daripada menghadapi manusia kaku, kolot dan tanpa ekspresi itu. Ditambah lagi harus menjaga sopan santun dan bersikap tegak—gila..." tutur Danio.

"Lagipula kenapa juga sorcerer sepertimu ada di Divisi Arsip? Kemampuanmu lebih berguna di divisiku, kau tahu?" tambahnya yang selalu heran dengan temannya yang satu ini yang lebih memilih berkutat dengan kertas-kertas ketimbang melawan musuh sorcerer yang asli.

"Sudahlah! Ayo makan siang. Kau belum makan juga kan? Aku yakin kau tidak beranjak dari perpustakaan sejak pagi ini," ajak Allen sambil memikirkan makanan apa yang akan ia makan.

"Tidak. Sejak tiga hari yang lalu," ujar Danio dengan cepat dan berhasil mebuat Allen terperangah.

"Kau tidak mandi? Pantas aku mencium bau busuk—"

"—kupukul kau!" seru Danio sambil mengangkat kepalan tangannya dan disambut tawa oleh Allen.

*****

Pintu kayu rumah Scarlea berdecit pelan ketika dua orang laki-laki dan perempuan melangkah masuk. Scarlea yang mendengar suara pintu terbuka segera keluar dari kamarnya dan menuju pintu.

"Ah, kalian sudah pulang? Tidak biasanya kalian pulang terlambat," sambut Scarlea lalu menarik kursi di depan meja makan.

"Iya, ada sedikit masalah tadi di perkebunan. Ini semua karena kemarau panjang," kata Kyle, ayah Scarlea sambil melepaskan ranselnya.

"Bersihkan dirimu dulu Kyle, aku akan memasak," ujar Arona.

"Kau benar. Aku sangat kotor dengan tanah-tanah ini, lihat? Hahaha," ayah Scarlea menunjukkan baju d balik jubahnya yang penuh dengan tanah lalu melesat menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Apa yang terjadi?" tanya Scarlea penasaran. Ia tahu mereka berkebun, namun ini pertama kalinya melihat ayahnya pulang dengan baju kotor penuh tanah begitu. Seperti barusaja tercebur dengan posisi tengkurap ke dalam kubangan lumpur.

"Kemarau panjang membuat tanaman tidak bisa tumbuh dengan baik karena kekurangan air. Semua sumber mata air di dekat perkebunan kering, jadi pemerintah memutuskan untuk membuat sumber air dengan sihir."

"Ahh..Jadi kalian membantu membuat sumber air juga?"

"Iya begitulah. Ayahmu seorang sorcerer elemen tanah, Tuan Gideon memintanya untuk menggali—dengan sihir tentunya kalau-kalau masih ada sumber lain lagi, ternyata nihil jadi terpaksa mereka semua yang bukan sorcerer air harus sedikit belajar dulu," jelas Arona sambil sibuk memotong-motong sayuran dan membuat potongan-potongan sayur itu melayang kemudian masuk ke dalam air mendidih.

"Hmm begitu ya. Separah itukah sampai harus menggunakan sihir ?" tanya Scarlea lagi sambil menopang dagu dengan telapak tangannya.

"Kau sangat penasaran rupanya haha. Menyediakan air dalam jumlah banyak menggunakan sihir ada batasnya sayang. Setiap orang punya batas mananya masing-masing, jadi kita harus bergantian untuk menyediakan air. Hanya ada 8 orang yang bisa membantu termasuk Ayah dan Ibu. Mungkin mulai besok kami akan pulang terlambat, jadi kau tidak perlu menunggu kami untuk makan malam, oke?"

"Ahh...Baiklah. Rumah akan semakin sepi...dan juga tidak tahu kapan kemaraunya akan berakhir. Apa sihir tidak bisa merubah cuaca?" eluh Scarlea sambil menyandarkan dagunya di meja dan menatap punggung ibunya yang sibuk memasak.

"Sihir elemen tidak bisa begitu sayang. Tapi mungkin mereka yang punya kekuatan besar bisa—tapi Ibu yakin belum ada sorcerer yang begitu."

"Ah kukira bisa melakukan segalanya dengan sihir. Payah," tutur Scarlea kecewa.

"Kalau besok-besok kau kebosanan karena kami pulang terlambat, bagaimana jika kau keluar ke desa atau ke tengah kota? Aku yakin banyak hal menarik disana," usul Arona sambil mengacungkan sendok supnya.

CKLEK

"Wah-wah serius sekali obrolannya—oh! Apa itu sup kesukaanku?" seru Kyle yang baru keluar dari kamar mandi dan berbinar-binar melihat makanan kesukaannya.

"Ayah! Pakai bajumu dulu astaga!" sergah Scarlea sambil menepis tangan ayahnya dan Arona hanya tertawa. Kyle pun menyipitkan mata dan mengerucutkan bibir, oh astaga pria beranak satu itu bertingkah lucu sekarang. Lalu dengan sekali gerakan ia membuat kaos hitam berlengan pendeknya melayang dan menangkapnya lalu segera mengenakannya.

"Baiklah mari makan!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top