Part 5 - Re-unite

21+ 😄😄🤫🙈

Be wise yahh





Thania menggeram pelan dalam desahannya. Bibirnya sedang dalam pergumulan dengan pria yang tiga puluh menit lalu menawarkan hubungan pertemanan dengannya.

Thania sama sekali tidak kuasa menolak ketika Nathan menarik tubuhnya dan menciumnya dengan paksa di dalam mobil saat mereka baru saja hendak pulang. Awalnya dia mendorong tubuh lelaki itu. Dia sadar bahwa kejadian dua bulan lalu tidak boleh terulang kembali. Namun tangannya yang sebelumnya berusaha mendorong dada lelaki itu, kini hanya bertengger lemah di dada Nathan, mengusap-usap dada bidang yang terus berusaha berlekatan dengan tubuhnya.

Thania meringis pelan. Salah satu tangan lelaki itu tanpa disadarinya sudah berhasil masuk ke balik kemejanya, sedang meremas dadanya. Dan Thania membalas meremas rambutnya.

Nathan melepaskan pagutan bibir mereka. Dilihatnya bibir yang semenjak tadi menjadi pelampiasannya merekah dan menunggu penyatuan mereka kembali.

"Tha, kita lanjut yuk," ajaknya penuh harap.

Thania harusnya menolak. Lelaki itu memberikannya pilihan. Dan sudah seharusnya dia mengabaikan ajakannya kali ini, setelah usulan untuk melupakan kejadian dua bulan lalu disampaikannya. Dan saat melihat bibir lelaki itu begitu menggugahnya, Thania mengangguk pelan.

***

Thania bergumul dengan pemikirannya sendiri. Tekadnya untuk tidak berhubungan dengan lelaki manapun luntur hari ini. Tapi toh dia melakukannya dengan lelaki itu, ayah dari calon bayinya. Bahkan mungkin ini bukan keinginannya. Mungkin bayinya yang menginginkan ayahnya mengunjungi dia. Thania malu sendiri menyadari bahwa dia melemparkan kesalahan atas pemikiran kotornya kepada bayi di rahimnya.

Nathan mengajaknya check-in di hotel malam ini. Karena jelas tidak mungkin melakukan di rumahnya dan tidak di-kost-an Thania.

Thania mengerang menyebutkan nama lelaki yang saat ini sedang berada diantara kedua tungkainya. Rambut lelaki itu sudah berantakan akibat ulah Thania.

Nathan mengambil tangan menegang wanita itu yang masih mencengkram rambutnya dan mengecupnya lembut sambil memijat untuk melemaskan otot-otot tubuh Thania yang menegang akibat pelepasan.

Thania membimbing lelaki itu untuk naik dan menyejajarkan wajah mereka. Dia ingin menikmati bibir yang baru saja memberikannya kepuasan dan berhasil membuatnya lemas seperti saat ini.

Nathan berusaha melepaskan kain terakhir yang melekat di tubuh wanita itu. Dilepaskannya pengait bra di balik punggung Thania tanpa melepaskan ciuman mereka. Nathan meremasnya kuat, kali ini tanpa penghalang apapun dan wanita itu mengerang.

Nathan memandang sepasang benda yang diremasnya dan dugaannya tidak salah sama sekali. Dibandingkan dua bulan lalu, dada Thania sedikit lebih besar. Dia tidak pernah tahu dada perempuan bisa membesar dalam waktu sesingkat itu. Tapi dia tidak peduli sama sekali tentang itu saat ini.

Matanya menggelap dan napasnya semakin pendek melihat lekukan indah tubuh Thania yang begitu didamba dan dirindukannya semenjak dua bulan lalu. Bagian bawah tubuhnya mengeras, dia butuh pelampiasan dan dia ingin memasuki wanita itu lagi.

Nathan membiarkan wanita itu membimbingnya memasuki tubuh molek Thania dengan bantuan jari-jari lentiknya, sementara dia sedang menikmati memainkan sepasang benda ranum yang menggelapkan matanya bergantian.

Lelaki itu mendesis puas dengan gerakan tangan dan liukan Thania yang mempersatukan tubuh mereka. Nathan yakin keahlian wanita itu bukan begitu saja muncul, melainkan karena dia sudah melakukannya berkali-kali dengan banyak lelaki lain. Semenyebalkan apapun fakta itu, dia harus mengakuinya.

Nathan kini memfokuskan diri pada bagian tubuhnya yang sudah dijepit sempurna di dalam tubuh wanita di bawahnya itu. Denyutan tubuh mereka saling sahut menyahut, membuatnya tahu bahwa bukan dirinya saja yang menikmatinya, Thania juga sama mendambanya. Wajah cantiknya yang merona itu seolah menunggu gerakannya, dan Nathan tidak akan mengecewakannya.

Thania kembali meletakkan jari-jarinya di antara rambut tebal milik lelaki itu. Meremasnya semakin kuat setiap kali Nathan memompa tubuhnya dan membuatnya merasa semakin penuh. Thania mendongakkan kepalanya tinggi dan dia meracau, sesekali memanggil nama lelaki itu dan seringkali memaki kasar.

Nathan tidak suka mendengar perempuan yang berbicara kasar, namun suara-suara makian Thania membuatnya semakin naik dan bersemangat.

Dilampiaskannya gejolak hasratnya yang menggebu-gebu kepada kedua puncak dada wanita itu yang menegang secara bergantian sementara dihentakkannya kuat-kuat tubuhnya memasuki wanita itu berkali-kali.

Nathan tahu sebentar lagi dia akan sampai puncaknya, dia akan melepaskan seluruhnya ke dalam tubuh molek wanita itu. Tangannya menahan pinggul wanita itu agar tetap dalam kendalinya. Bibirnya yang sebelumnya menguasai kedua puncak dada wanita itu, kini bergeser naik, menciumi tengkuk berpeluh Thania.

Tubuh wanita di bawahnya mengelijang kuat dan suaranya tercekat tanda wanita itu hendak sampai puncaknya. Nathan menghentakkan kuat tubuhnya terakhir kali, mempertemukan inti tubuh mereka di bagian paling dalam dan memberikan pelepasannya.

Nathan merasakan tubuh Thania menegang, mencengkram tubuhnya kuat selama beberapa saat. Napasnya tersengal-sengal. Perlahan, matanya yang sebelumnya terbelalak akibat pelepasan lelaki itu di tubuhnya berangsur-angsur terpejam.

Thania terlelap. Sementara Nathan masih belum puas. Dia masih mau wanita itu memuaskannya berkali-kali lagi.

***

Nathan mengecup keningnya perlahan sebelum melanjutkan merapikan anak rambut wanita itu. Hari sudah pagi. Mereka sudah melewati beronde-ronde kegiatan pelepasan hasrat mereka semenjak semalam.

Thania nampak kelelahan. Dia tertidur beberapa saat. Nathan membuatnya bekerja terlalu keras.

"Lo nggak papa?" Tanya Nathan begitu melihat wanita itu terbangun karena perlakuannya barusan.

Tubuhnya terasa lemah namun Thania menggeleng. Dia memaksakan tubuhnya bangun dari ranjang. Thania merasa dirinya terlalu bodoh. Dia membiarkan dirinya sekali lagi terbawa suasana, saat seharusnya dia menjaga dirinya dari lelaki manapun, termasuk lelaki yang baru saja berbagi ranjang dengannha.

"Mau kemana?" Tanya Nathan lagi.

"Kamar mandi," jawab Thania sambil berdiri, "Gue mau pulang."

"Tha.." kata Nathan nampak bingung dan ragu, tangannya menarik lengan Thania untuk menahannya bangun dari ranjang. Pandangannya tertuju pada tempat wanita itu berbaring sebelumnya.

Thania berbalik dan melihat ke arah pandangan mata Nathan tertuju. Terdapat bercak darah pada tempat di mana dia berbaring sebelumnya.

Thania panik. Tangannya otomatis memegang perutnya, dimana bayinya berada. Matanya memandang ke arah lelaki yang nampak bingung itu meminta tolong.

Dia takut.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top