Extra Part - How The Present Was Left From Heaven

Extra part dede teddy dibuat 🙈🙈🙈
Be smart yahh, enjoy!
21++



Thania melenguh kuat. Tubuhnya tersentak ketika lelaki jangkung di atasnya memenuhinya dalam satu kali hentakan. Thania sungguh menikmati sensasinya, kepalanya menengadah dan matanya terpejam.

"Maaf," kata suara berat di atasnya pelan dalam desahan penuh rasa bersalah.

Thania memandang lelaki itu, berusaha menetralisir denyutan hangat di tubuhnya sambil menahan geli.

"Maaf?" DesahThania perlahan sambil tersenyum.

"Lo kelihatan sakit..," katanya lagi masih dengan suara hampir seperti bisikan.

Bukan karena lelaki itu takut ada yang mendengar, karena jelas hanya ada mereka berdua dalam ruang kamar hotel kedap suara ini. Suaranya memang tercekat hampir menghilang karena himpitan kewanitaan Thania yang membuatnya hampir kehilangan akal.

Thania tertawa geli. Mungkin ini pertama kalinya dia tersenyum serileks ini saat sedang ditengah pergumulan penuh gairahnya. Thania menyisir rambut legam berpeluh lelaki di atasnya sambil menunggu denyutan di bagian bawah tubuhnya sedikit berkurang karena dipenuhi lelaki itu.

"Mungkin lebih tepat dibilang sesak daripada sakit. Dan itu karena elo, Nath," puji Thania sambil kelihatan tersiksa menahan sesuatu.

Nathan mengerjapkan matanya sedikit salah tingkah. Ini pertama kalinya seorang wanita memujinya. Atau kalimat yang lebih tepat adalah ini pertama kalinya dia memasuki seorang wanita dan dia mendapatkan pujian karenanya.

Thania jelas wanita yang jauh lebih berpengalaman dibanding dirinya. Karenanya dia sangsi apakah pujian yang baru saja diberikan Thania barusan benar adanya atau hanya sekedar pujian yang selalu dilontarkan wanita itu kepada pasangannya.

Thania menarik leher lelaki itu untuk mengajaknya kembali berciuman. Dan Nathan tidak kuasa untuk menolaknya. Bibir wanita itu memang sudah sangat menggodanya sedari tadi, setiap kali Thania mengeluarkan suara dan desahannya di tengah pergumulan mereka.

Thania mengusap dada Nathan yang keras dan bidang. Kedua tungkai kakinya masih terkait di kedua pinggang lelaki itu semenjak Nathan menpersatukan tubuh mereka. Thania tidak menyangka tubuh lelaki yang selalu terlihat kurus di balik kaos yang kebesaran itu ternyata semenggoda ini.

Thania tahu dia terlalu nekat mengajak lelaki itu ke kamar hotel seperti ini. Kalau Andrea tahu, habislah dia. Nathan adalah sahabat dari suami Andrea dan mereka baru saja menikah di hari ini.

Thania baru bertemu dengan lelaki itu pertama kalinya hari ini untuk menjadi saksi pernikahan sahabat mereka masing-masing sebelum akhirnya bersama-sama makan malam di rumah sahabat mereka untuk merayakan pernikahan mereka kecil-kecilan. Dan setelah hendak pulang dari sana, Thania hanya iseng mengajaknya minum sebelum berpisah, yang ternyata membuat mereka berakhir di kamar ini.

Nathan jelas bukan salah satu dari list lelaki yang akan diajaknya melakukan hubungan satu malam seperti ini. Pertama karena Nathan sahabat dari suami Andrea. Dan Kedua karena Nathan memang sama sekali bukan tipenya. Walau ternyata lelaki itu berhasil membuatnya meninggalkan akalnya dan bermain api.

"Nathan, please," kata Thania memohon di tengah pergumulan bibir mereka, "Jangan siksa gue dengan diam begini."

Nathan mengetahui maksud wanita itu dan menurutinya. Lelaki itu menggerakkan pinggulnya menggesekkan inti mereka dan membuat Thania kembali mendesis nikmat. Tubuh Thania menggeliat saat lelaki itu memisahkan diri dan kembali tegang ketika Nathan menghentakkan tubuhnya untuk mempersatukannya kembali.

Thania meremas dan mencakar punggung lelaki itu menetralisir sensasi nikmatnya sekaligus memberitahu Nathan akibat perbuatan lelaki itu kepada dirinya.

Nathan melakukannya semakin bersemangat. Wanita bertubuh mungil itu menghimpitnya kuat di bawah sana. Nathan sudah mengeras semenjak tadi karena ulah wanita itu dan dia menuntut ingin segera dibebaskan.

Thania pasrah membiarkan intimnya tereksplorasi oleh lelaki itu. Kedua tungkai kakinya yang terbuka lebar hanya mengikuti gerakan cepat pinggang lelaki di atasnya yang meminta kepuasan. Thania hanya mengeluarkan suara erangan terputus-putus setiap lelaki itu mengentakkan tubuhnya semakin cepat.

"Faster, Nath." Pinta Thania tidak sabar.

Lelaki itu semakin besar di dalamnya dan Thania tersiksa karena nikmatnya. Wanita itu menanti pelepasan puncak mereka bersamaan.

Nathan meremas kedua paha wanita itu setiap kali hentakannya semakin dalam. Bibirnya mengeksplorasi tengkuk Thania sambil meninggalkan bekas di sana. Wanita itu membuatnya mendamba pelepasan.

Thania membelalakan bola matanya ketika merasakan otot-ototnya menegang dan kaku.  Kepalanya terangkat tinggi dan tubuhnya refleks mencengkram Nathan yang berada di dalamnya saat dia mencapai puncaknya. Di saat yang bersamaan lelaki itu melenguh puas atas pelepasannya.

"Shit, Nath.." Thania memaki tertahan saat merasakan tubuhnya menghangat.

Mereka lupa menggunakan pengaman dan kini Thania dipenuhi cairan lelaki itu. Thania tahu dia melakukan kesalahan kali ini, namun dia tidak kuat untuk menjauh apalagi menolak. Sensasinya terlalu luar biasa. Lelaki di atasnya terjatuh menimpanya dan dirinya pun mulai kehilangan kesadaran.

***

Sesi panas mereka tidak berhenti hanya di sana. Nathan membuatnya klimaks dan tidak sadarkan diri beberapa kali sebelum mengakhiri malam ini, walaupun untuk yang selanjutnya, Thania cukup pintar untuk tidak melupakan pengamannya.

"Gue akan tanggung jawab, Tha," katanya dengan yakin setelah membantu Thania menaikkan resleting di balik punggungnya.

Mereka sudah sama-sama membersihkan diri dan berpakaian kembali, dengan diselingi dengan mandi bersama tadi.

Thania menengok dan mempertemukan pandangan mereka, sambil kemudian menarik garis senyumannya melihat mata Nathan yang terlihat sangat sungguh-sungguh.

"Tanggung jawab untuk?" Tanya Thania pura-pura bodoh walau dia tahu dengan jelas apa maksud lelaki lurus nan polos di depannya.

"Untuk apa yang terjadi malam ini," jawab Nathan mantap.

"Kata tanggung jawab nggak diperlukan untuk malam menyenangkan seperti barusan, Nath." Kata Thania sambil menempelkan bibir mereka kembali. Sejujurnya dia gemas dengan kata-kata Nathan yang terdengar sangat gentle barusan, namun dia berusaha menahan diri untuk tidak memperlihatkannya terlalu jelas.

"Makanya kita menyebutnya one night stand. Dan gue sangat menikmatinya, Nath. Jadi nggak ada yang perlu dipertanggungjawabkan, karena kita sama-sama menginginkannya."

"Tapi, Tha.." kata Nathan terdengar depresi. Sejujurnya dia merasa sangat bersalah. Dia tahu mungkin malam seperti ini merupakan satu dari banyak malam yang dilalui oleh wanita itu. Namun tetap saja Nathan tidak bisa tidak melakukan apa-apa setelah perbuatannya semalam kepada wanita itu. Dia akan merasa sangat bajingan kalau dia tidak berusaha berbuat apa-apa.

"Kalo lo merasa perlu melakukan sesuatu," tambah Thania, "Mungkin lo bisa membantu gue untuk nggak mengatakan malam ini ke siapapun, termasuk Davin. Gue nggak mau hubungan kita jadi awkward karena setelah ini mungkin kita akan sering ketemu, sebagai teman Davin dan teman Andrea. Dan gue nggak mau hubungan kita jadi complicated." Jelasnya sambil tersenyum.

Nathan mengangguk patuh, seolah dia terhipnotis oleh senyum wanita itu yang menggodanya.

"Gue balik dulu kalo gitu." Kata Thania sambil menghadiahi lelaki itu sebuah kecupan, "Bye Nathan."

Wanita itu berdiri dan mengambil tasnya kemudian berjalan keluar dari kamar hotel, meninggalkan Nathan yang masih terpaku menatapnya.

Thania belum tahu, bahwa Nathan dan hubungan satu malamnya hari ini, yang sempat membuatnya kehilangan kendali sejenak sekaligus sangat menikmatinya, sudah berhasil menitipkan benih di dalam rahimnya, dan akan mengubah kehidupannya seratus delapan puluh derajat dalam beberapa bulan ke depan.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top