Uzumaki Naruto *Modern*

Suhu yang makin tinggi menandakan musim panas akan datang. Musim panas yang mendekat berarti ujian akan segera berlangsung. Y/N, seperti murid pada umumnya, berusaha mengais ilmu yang terlupakan setelah keluar kelas akibat terlalu sering bermain dengan teman-temannya. Ia menyalahkan Naruto tentu saja. Kekasihnya itu memiliki segudang ide untuk melupakan kewajibannya sebagai pelajar dan memilih untuk bersenang-senang.

Y/N bertekad untuk mempersiapkan diri dengan baik setelah Kakashi-sensei memberi peringatan bahwa ada beberapa mata pelajaran yang nilainya berada di ambang batas. Karena itu, Y/N membuat perjanjian dengan Naruto agar tidak mengganggunya selagi ia belajar di perpustakaan sekolah selama satu minggu. Sebagai gantinya, setelah ujian berakhir, Y/N akan mentraktir kekasihnya dengan ramen ukuran jumbo dengan topping pilihannya. Ia ingin sekali turut mengajak Naruto belajar bersama, tapi sia-sia.

Naruto dan belajar hampir tidak pernah berada dalam satu kalimat, apalagi terlihat bersama. Bahkan amukan Bibi Kushina saja tidak mampu membuatnya duduk diam dan membaca buku lebih dari lima belas menit.

Di perpustakaan, Y/N memilih untuk duduk di dekat jendela dengan pencahayaan yang alami. Suara deru pendingin ruangan dan goresan pensil di atas kertas memberikan suasana yang menenangkan, sangat cocok untuk Y/N yang tidak bisa fokus dengan kondisi bising. Di sebelah kanannya ada tiga buku bertumpuk yang berkaitan tentang matematika, bahasa inggris dan sejarah. Ia adalah salah satu dari banyak orang yang tidak mampu mengerti perhitungan dengan cepat, juga sulit memahami dan mengingat kosa kata bahasa asing serta peristiwa dan tanggal tertentu dalam sejarah sehingga butuh waktu lebih lama bagi Y/N untuk mempelajari dua mata pelajaran itu.

Baru dua jam Y/N duduk dan menyerap isi bacaannya tentang sejarah perang dunia kedua, Shikamaru datang menghampiri mejanya.

"Kau lebih baik ikut denganku," papar Shikamaru.

Y/N mendongak bingung. Shikamaru tampak terengah dengan alis bertaut,  dibalik ekspresi bosannya ada sirat kekhawatiran. "Ada apa?"

"Naruto," hanya dengan satu nama itu, Y/N langsung membereskan barang-barangnya dengan panik. "Ia bertengkar dengan kakak kelas."

"Alasannya?" desak Y/N gelisah. Ia menyamakan langkah dengan Shikamaru yang menuntunnya ke lapangan dengan terburu-buru.

"Aku tidak tahu," sahut Shikamaru. "Sasuke sudah berusaha melerai, tapi Naruto tetap keras kepala. Ino dan Sakura bersikeras agar aku mencarimu karena menurut mereka hanya kau yang bisa meredakan amarahnya. Merepotkan sekali."

Senyum kecil terukir di wajah Y/N tanpa bisa ditahan. "Maafkan aku Shikamaru."

"Tidak perlu minta maaf," Shikamaru mengibaskan sebelah tangannya, menolak maaf Y/N. "Naruto memang temperamen. Kurasa kakak kelas itu melakukan sesuatu hingga Naruto murka seperti itu. Jika Sasuke tidak bisa menenangkannya, maka hanya kau yang bisa. Setidaknya, sebelum para guru mendengar keributan ini."

Y/N tidak menyahut. Riuhnya siswa yang berteriak 'terus! Terus!' mulai terdengar dari lorong. Dari jauh Y/N melihat lapangan dipenuhi dengan siswa yang berdiri melingkar bagai membuat arena bagi Naruto dan kakak kelas yang tengah beradu tinju. Di sisi lapangan yang agak kosong, berdiri teman-temannya yang gelisah dengan usaha Sasuke yang sia-sia. Y/N meneriakkan kata 'terima kasih' pada Shikamaru lalu berlari menembus kerumunan.

"Uzumaki Naruto!"

Hening seketika.

Y/N menghampiri Naruto dengan garang. Kalau saja bukan karena kekhawatiran juga amarah yang menguasainya, Y/N pasti sudah tertawa melihat perubahan ekspresi Naruto yang sebelumnya memerah karena geram, kini tampak seperti pencuri yang tertangkap basah.

"Aku hanya meminta waktu untuk belajar sebentar dan kau sudah pergi mencari masalah," Y/N berkacak pinggang di hadapan Naruto. "Kenapa lagi kali ini?"

Sasuke, yang menyadari bahwa bantuannya sudah tidak dibutuhkan, langsung melepaskan pegangannya pada Naruto dan pergi menjauh, tidak ingin berurusan lebih lanjut. Sedangkan Naruto mengatupkan bibirnya, enggan berbicara.

"Naruto," gumam Y/N mengancam. "Aku tidak akan bertanya untuk kedua kalinya. Kau menjawab padaku atau pada Bibi Kushina, pilihanmu."

Naruto ternganga lalu panik. Jika ada yang mampu menggetarkan keberanian dan tekad seorang Uzumaki Naruto adalah ibunya sendiri. Y/N menyaksikan secara langsung betapa menakutkannya amukan wanita berambut merah itu. Tidak heran Naruto siap membuka mulutnya ketika nama sang Ibu terucap.

"Tidak hanya takut pada kekasihmu, kau juga takut pada ibumu?" suara itu berasal dari kerumunan kakak kelas di belakang Y/N. "Kau benar-benar pecundang ya?"

Pandangan Naruto kembali menyorong tajam. Kedua tangannya mengepal erat dan rahangnya mengeras. Menimbang dari reaksi Naruto, Y/N tahu bahwa penyebab perkelahian ini bukanlah kekasihnya, tapi kakak kelas dengan mulut sampah di belakangnya.

"Oi, brengsek! Kau jaga bicaramu ya!"

Naruto mengaduh sakit ketika Y/N menyikut perutnya keras. Y/N melirik Naruto tajam, menyuruh pria itu untuk tidak kembali membuat keributan tanpa suara. Menyadari betapa seriusnya Y/N saat ini, Naruto bergeming.

"Tapi mereka bicara buruk tentangmu, Y/N-chan!" protes Naruto tidak terima, namun masih tidak bertindak.

Y/N mengabaikan kekasihnya lalu berjalan mendekati seorang kakak kelas yang tampilannya berantakan. Pipinya membiru akibat tinju yang dilayangkan Naruto. Sudut bibir Y/N tertarik lebih dalam ketika menyadari bahwa kakak kelasnya mendesis ketika mencoba berdiri lebih tegak. Tidak salah lagi, Naruto bersaling menendang salah satu tulang keringnya.

"Senpai," Y/N menjulurkan tangan mengajak berkenalan. "Perkenalkan, namaku Y/N. Aku kekasih dari pria yang baru saja kausebut pecundang."

Kakak kelas di hadapan Y/N meraih tangannya dengan sungkan, seolah akan ada serangan dadakan. Seringai Y/N melebar saat tangan mereka saling menjabat. Untuk beberapa saat, Y/N terdiam. Ia mengamati pergerakan kakak kelasnya dengan seksama. Saat bahu kakak kelasnya melemas juga tangan yang berada dalam genggamannya berhenti gemetar, Y/N melancarkan serangannya.

Bagai elang menyambar mangsa, Y/N bergerak cepat memelintir tangan kakak kelasnya lalu memutar tubuhnya tepat dibawah lengan mereka hingga keseimbangannya kacau. Kemudian, mengabaikan pekikan sakit kakak kelasnya, Y/N mendorong tubuh kakak kelasnya keras sampai terjungkal. Gerakan Shiho Nage pada Aikido.

Kerumunan kembali riuh saat menyaksikan serangan cepat Y/N. Suara yang paling keras terdengar adalah suara kekasihnya yang berseru 'kau keren Y/N-chan'. Y/N berjongkok di samping sosok yang kini merintih sembari memegangi lengannya.

"Itulah alasan Naruto takut padaku, senpai," desis Y/N geram. "Dan menghormati wanita adalah sikap sopan yang paling dasar. Ingat itu atau kupatahkan lenganmu lain kali."

***

"Itte—Y/N-chan! Aw! Sakit!"

Naruto menggeliat liar, berusaha melarikan diri dari tangan kekasihnya yang tanpa ampun mengoleskan obat merah pada lukanya. Tidak ada kelembutan atau tatapan simpati. Y/N seolah ingin melampiaskan kekesalannya pada memar di tubuh Naruto.

"Kali ini apa lagi?" omel Y/N. "Alasan apa yang memaksamu memukul kakak kelas, hah?"

"Kau dengar ejekannya di lapangan, Y/N-chan," Naruto meringis saat Y/N menepuk pelan lukanya dengan antiseptik. "Kakak kelas itu ternyata sempat menyukaimu, tapi kau menolaknya. Aku tidak masalah kalau ia hanya mengejekku, tapi ketika ia menyebutmu dengan panggilan buruk... rasanya aku ingin merobek mulutnya. Saat aku sadar, ternyata aku sudah meninjunya."

Y/N menghela napas pasrah. Terkadang, ia jengkel dengan kebiasaan Naruto yang kerap kali bereaksi impulsif. Tidak jarang Naruto memulai perkelahian atau berbuat onar karena seseorang mengganggu teman-temannya. Sikapnya yang seperti ini adalah alasan mengapa Iruka-sensei sering menahan Naruto di ruang detensi.

Hati Y/N seakan diremas kuat memandang Naruto yang menunduk dengan raut bersalah sambil memainkan ujung seragamnya, menghindari tatapan tajam Y/N. Kalau sudah begini, amarahnya menguap entah kemana.

"Aku akan mampir ke rumahmu sore ini," gumam Y/N sembari membalut luka kekasihnya. "Biar aku yang menjelaskan kejadian ini pada Bibi Kushina."

Ekspresi Naruto langsung sumringah. Tanpa ragu, ia menggamit pinggul Y/N sebagai pelampiasan rasa senangnya. "Terima kasih Y/N-chan! Kau baik sekali. Oh, teknik yang kau praktekan pada kakak kelas di lapangan, sangatlah hebat! Aku bersyukur tidak menjadi partner latihanmu. Kau luar biasa Y/N-chan. Gadisku memang yang terbaik."

Y/N mendengus geli dengan pujian berlebihan Naruto. Ia mengusak rambut pirang kekasihnya dan tertawa kecil saat Naruto menghujani wajahnya dengan ciuman kecil. Ia terpaksa mendorong bahu Naruto untuk menegaskan satu hal.

"Kau masih melanggar perjanjian kita untuk tidak menggangguku selama seminggu Naruto," hardik Y/N. "Berarti kau berhutang satu mangkuk ramen jumbo padaku."

Cengiran Naruto berubah menjadi ekspresi horor saat matanya terfokus pada sesuatu di belakang Y/N. Ia berbisik. "Aku akan mentraktirmu sepulang sekolah Y/N-chan, tapi sebelum itu ada setan yang harus kita hadapi."

Y/N menoleh. Ia menelan ludah ketika beradu tatap dengan Tsunade-sama yang berkacak pinggang dengan dahi berkerut, ditemani dengan Kakashi-sensei yang terlihat geli dengan apa yang baru saja ia saksikan dan Iruka-sensei yang tampaknya tidak senang dengan pertunjukkan beberapa saat lalu.

Oh uh.

Oke, jadi sebelumnya ada yang ingin kutegaskan.

Aku tahu, banyak dari pembacaku adalah seorang penulis juga dan aku sangat mengapresiasi ketika ada yang bilang kalau ceritaku ternyata menginspirasi mereka untuk menulis juga. Cuma, aku mohon satu hal.

Jangan menjiplak karya orang lain.

Semenjak aku nulis ff di wattpad udah beberapa kali aku ngeliat ada yang menjiplak ceritaku. Aku gak keberatan kalau Cuma ide dasarnya aja misal, si karakter cemburu dengan reader, atau ada satu kalimat yang bikin kalian terinspirasi juga untuk bikin cerita. Aku sama sekali gak keberatan. Tapi jangan sampai alur dan kalimat pokoknya juga diambil, itu udah menjiplak namanya.

Aku orangnya terbuka kok. Kalau ada dari kalian yang memang ingin pake kalimat pokok aku untuk cerita kalian kan sebelumnya bisa minta izin, dan pasti aku izinin kok. Kalau memang kalian pengen punya temen diskusi untuk cerita kalian, kalau mau kalian bisa PM atau kirim pesan ke aku aja nanti akan kukasih kontak pribadiku. Bahkan kalau kalian Cuma pengen temen curhat, aku juga bisa dengerin—karena semua orang butuh tempat cerita tapi gak semua orang bisa ngeluarin apa yang mereka pendam.

Sekali lagi, tolong ya temen-temen. Jangan menjiplak karya orang lain. Semisal kamu mau ambil esensi dari ceritanya, bisa izin ke si penulis. Gak Cuma ke aku aja, tapi ke semua penulis kayak gitu, okay Minna?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top