Uzumaki Naruto
Hah... membosankan sekali. Tidak ada yang bisa dilakukan di kamar rumah sakit ini. Bagaimana bisa Kakashi-sensei betah berada di rumah sakit? Selang infus yang membatasi pergerakanku, Tsunade-sama juga memperingatkanku untuk tidak turun dari kasur, meminum obat sesuai aturan, tidak bisa memakan makanan yang sebenarnya, dan tidak ada yang boleh mengunjungiku untuk sementara ini. Satu-satunya hal yang bisa dilakukan adalah membaca buku, seperti yang disarankan Kakashi-Sensei.
Saat menjalani misi, banyak perampok atau nuke-nin yang menghalangi jalanku. Tidak bisa disalahkan juga, karena misiku adalah menangkap mereka. Aku terkena tusukan di perut dan jarum beracun di lengan. Memang tidak parah, tapi kalau aku sampai di desa lebih lama dari yang seharusnya, aku bisa saja mati. Tsunade-sama memarahiku karena ceroboh, beliau bilang pikiranku tidak fokus. Memang pada kenyataannya juga begitu, aku mendapat kabar kalau Naruto ikut dalam misi yang berhadapan dengan Orochimaru. Kalau mereka bisa mendapatkan Orochimaru, besar kemungkinannya mereka bisa menemukan Sasuke.
Lamunanku buyar saat mendengar suara ribut di depan kamar. Dari semua suara yang bercampur, aku mengetahui suara Naruto yang berteriak meminta agar ia boleh masuk ke kamarku. Entah bagaimana caranya ia tahu kalau bukan Tsunade-sama yang memberitahunya. Menit selanjutnya, suara itu sudah berhenti dan pintu kamarku dibuka. Naruto tampak panik, ia bahkan belum mengganti bajunya yang dipakai saat misi.
"Y/N, kau baik-baik saja?" Naruto memperhatikan seluruh tubuhku, memastikan kalau tidak ada luka yang berdarah lagi.
"Aku baik-baik saja, Naruto. Kau sendiri?"
Naruto menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja. Apa yang terjadi padamu? Kudengar dari baa-chan kalau kau terluka saat misi?"
"Aku terluka saat bertarung dengan perampok dan nuke-nin. Tusukan di perut dan jarum beracun di lengan," aku mengangkat kausku dan memperlihatkan bekas tusukannya. Naruto meringis saat melihatnya dan saat ia mencoba untuk menyentuhnya, aku yang meringis.
"Pasti sakit sekali," kata Naruto, merujuk pada dirinya sendiri.
Aku menghela nafas pelan. "Bagaimana dengan misimu? Apa kau bertemu dengan Sasuke?"
"Ya," angguk Naruto. "Kami mengikuti Orochimaru sampai ke markasnya dan bertemu dengan Sasuke. Ia bilang kenapa terus mengejarnya kalau waktu yang kupunya bisa digunakan untuk berlatih menjadi hokage dan aku berkata aku tidak mungkin menjadi hokage kalau tidak bisa menyelamatkan temanku. Kami bertarung sebentar, lalu Orochimaru memanggilnya dan mereka menghilang. Aku gagal menyelamatkannya lagi, Y/N."
Naruto menundukkan kepalanya, ia selalu seperti ini saat nama Sasuke diucapkan. Sasuke selalu menjadi topik yang sangat sensitif untuknya dan Sakura. Aku menepuk bahu Naruto pelan, memaksanya untuk menatapku.
"Hey, calon hokage tidak pernah mengenal kata menyerah, kan? Kau bukan seperti Uzumaki Naruto yang kukenal," ucapku lembut.
"Sakura-chan bilang, kekuatan Sasuke terus meningkat, dugaannya adalah karena terus mengonsumsi obat-obatan yang dibuat Kabuto untuknya," balas Naruto.
Aku mengusap pipinya pelan, Naruto menyandarkan kepalanya pada tanganku. "Kau tahu, Naruto yang kukenal selalu meneriakkan cita-citanya menjadi hokage pada semua orang, ia juga selalu berlatih tanpa henti agar semua orang berhenti meremehkannya dan yang terpenting, ia selalu menolong temannya yang sedang kesulitan. Hanya karena Sasuke bisa kuat dalam waktu singkat, bukan berarti kau tidak bisa."
"Apa yang harus kulakukan?"
"Kau bisa bertanya pada Kakashi-sensei tentang latihan yang cocok untukmu atau kau juga bisa mempelajari jurus baru. Banyak cara yang bisa kau lakukan untuk menjadi kuat," jawabku.
"Terima kasih, Y/N."
Aku bergeser mendekat ke arah Naruto. Ibuku selalu berkata kalau pelukan dari orang yang menyayangimu bisa mengurangi sedikit rasa sedih yang sedang di rasakan dan aku ingin mengurangi rasa sedih yang sedang Naruto rasakan walaupun hanya sedikit. Awalnya, ia sedikit kaget dan bergeser menjauh, tapi aku mengeratkan pelukanku dan memaksanya untuk tetap diam di tempat. Perlahan aku merasakan kalau ia juga memelukku, semakin lama pelukannya di pinggangku semakin erat.
Ringisan kecil terdengar dariku, membuat Naruto melepaskan pelukannya dengan cepat. "Ah.. maafkan aku, Y/N, aku tidak sengaja."
"Tidak apa-apa, sudah tidak terasa sakit lagi."
Naruto memperhatikanku dengan seksama. "Kumohon, jangan ceroboh lagi. Melihatmu seperti ini juga membuatku ikut terluka, Y/N."
Aku tersenyum menggoda. "Tidak janji."
"Eh?" aku tertawa keras melihat ekspresi wajah Naruto yang syok saat aku menjawabnya. Wajahnya berubah seketika menjadi jengkel dan kesal.
"Aku ini kunoichi, tidak mungkin aku pulang dari misi selalu dalam keadaan sehat. Bahkan Kakashi-sensei yang hebat saja masih sering masuk rumah sakit," jelasku.
Saat Naruto ingin membalas ucapanku, pintu kamarku terbuka. Sakura masuk dengan wajah kesal saat melihat Naruto, tapi melembut saat melihatku. Ia mengangguk kearahku sebagai salam dan menjitak Naruto.
"Kau tiba-tiba menghilang, kupikir kau diseret Tsunade-shisou karena membuat keributan di rumah sakit," kata Sakura.
"Maaf Sakura-chan, saat aku mendengar Y/N terluka saat misi dan dirawat di rumah sakit, aku langsung ke sini," balas Naruto sambil mengusap kepalanya yang masih terasa sakit.
Sakura menghampiriku. "Kau baik-baik saja? Kudengar kau tertusuk jarum beracun dan Tsunade-shisou sendiri yang memindahkan racunnya?" tangan Sakura mengeluarkan cahaya hijau dan meletakkannya diatas perutku.
"Ya, aku memang agak ceroboh."
"Lukamu sudah baik-baik saja, aku diperintahkan Tsunade-shisou untuk menyembuhkan lukamu dan melakukan cek secara keseluruhan sebelum kau bisa keluar dari rumah sakit," kata Sakura. Ia meletakkan tangannya di dahiku untuk cek secara keseluruhan.
"Terima kasih."
"Dan kau, Naruto, ikut aku. Kakashi-sensei, Sai dan yang lainnya sudah menunggumu di sana, kau bisa mengobrol dengan Y/N lain kali," Sakura langsung keluar saat ia menyelesaikan kalimatnya, sementara Naruto masih tinggal.
Ia mendekat kearahku dan berbisik. "Saat kau sudah keluar nanti, kau mau makan ramen bersamaku, Y/N?"
Aku mengangguk semangat. "Tentu saja."
Hah... kurasa hari terakhirku di rumah sakit tidak terlalu membosankan. Yang kuinginkan sekarang hanyalah cepat keluar dari rumah sakit dan makan ramen bersama dengan Naruto. Rasanya tidak sabar.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top