Uchiha Shisui *Modern*


Y/N memainkan gaunnya gugup. Bagaimana tidak? Untuk pertama kalinya ia menghadiri pesta formal dalam rangka merayakan hari jadi perusahaan Uchiha. Ia merutuk Shisui dalam hati karena berhasil membujuknya untuk mendampinginya di pesta ini. Terkutuklah Uchiha dengan bakat persuasif mereka. Berulang kali Y/N mematut diri di depan cermin, memastikan baik riasan maupun gaunnya pantas untuk dilihat publik. Terutama jika disandingkan dengan Shisui.

Dari arah yang berlawanan, Shisui perlahan menghampirinya. Tentu saja hal yang pertama kali ia sadari adalah betapa tampannya Shisui mengenakan tuksedo berwarna navy dengan dasi yang senada dengan warna gaunnya. Shisui beranggapan mereka akan semakin serasi kalau warna pakaian yang mereka kenakan senada.

"Y/N, kau terlihat ..." Y/N menunduk malu di bawah tatapan Shisui. "Menakjubkan."

Wajahnya terangkat hingga beradu tatap saat Shisui menangkup pipinya. Astaga ... seseorang tidak boleh terlihat begitu tampan hanya karena tersenyum. Tanpa disadari, wajah Y/N menghangat lantaran Shisui tidak kunjung mengalihkan pandangan dari Y/N.

"Kenapa memandangku seperti itu?" tanya Y/N malu bercampur gugup. Tangannya masih mencengkeram sisi gaunnya.

"Aku jarang melihatmu berpakaian seperti ini," gumam Shisui rendah seakan tidak ingin menghancurkan suasana. "Sepertinya ... aku jatuh cinta lagi padamu, Y/N."

Mendengar ucapan Shisui, sontak saja Y/N menutup wajahnya yang merah padam dengan kedua tangan. Ia tidak mengindahkan Shisui yang terkekeh dengan sikapnya maupun usaha pria itu untuk menurunkan kedua tangan. Benar-benar deh. Baru beberapa menit bertemu, Y/N sudah mati kutu di depan kekasihnya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika harus menghadapi Shisui dengan rayuannya selama sisa malam ini.

"Aish ... manis sekali gadisku yang merona ini," bisik Shisui gemas lalu membawa Y/N dalam pelukannya. Tidak dihiraukan tamparan pelan mengenai punggungnya juga gumaman yang menyuruhnya untuk menjauhkan diri. Saat ini, ia hanya ingin mengagumi betapa menakjubkan kekasihnya.

"Kau dilarang untuk memujiku atau menatapku seperti itu untuk sisa malam ini," perintah Y/N sesaat setelah Shisui memberi jarak antara tubuh mereka. "Jantungku tidak akan bisa bertahan jika kau terus melakukannya."

Senyuman lebar terukir di wajah Shisui. "Menatapmu bagaimana, Y/N? Penuh kasih sayang? Tatapan kagum? Atau tatapan memuja? Ah, tapi yang manapun sama saja. Aku tidak bisa menahan diri untuk berdecak kagum dan memuja seorang gadis cantik kan?"

Bisa dipastikan debaran jantung Y/N menggila dan ia tidak tahu bagaimana caranya menenangkan jantungnya. Y/N yakin ia harus memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan tidak ada masalah serius pada jantungnya setelah berulang kali Shisui membuatnya merona. Y/N semakin jengkel saat Shisui terkekeh puas dengan reaksinya.

"Sudah kubilang kau tidak boleh merayuku sepanjang malam," omel Y/N. "Sekarang, apa kau akan terus tertawa atau mengajakku ke pesta?"

Shisui berdehem pelan, berusaha untuk menahan senyum geli karena sikap malu-malu gadisnya terlepas dari fakta bahwa mereka sudah menjalin hubungan selama beberapa tahun terakhir.

"Baiklah. Waktunya mengantarkan gadis cantik ke sebuah pesta," Shisui menjulurkan lengannya, menunggu Y/N membalas ulurannya. "Kita tidak bisa menyia-nyiakan pesonamu kan, princess?"

"Shisui!"

***

Angin malam di musim panas terasa sejuk di wajahnya yang menghangat. Y/N undur diri dari sisi Shisui untuk mencari angin, balkon adalah tempat pilihannya. Meninggalkan sisi Shisui bukan berarti Y/N tidak senang berada di dekat kekasihnya, hanya saja pria itu tidak mengindahkan perintahnya.

Ia sukses dibuat terperangah oleh Shisui yang mengenalkannya sebagai 'gadisku' atau 'pendampingku' dan yang paling parah adalah 'calon istriku' pada koleganya. Shisui malah cemberut dan berkata 'Apa salahnya memamerkan kekasihku sebagai salah satu gadis yang paling menawan?' saat Y/N mengomelinya. Jelas saja, tamparan pelan di lenganlah yang Shisui dapatkan untuk jawaban asalnya.

Y/N mencondongkan tubuhnya ke tepi balkon, menyesap segelas jus yang ia ambil sebelum memutuskan untuk keluar aula. Masih tercetak jelas diingatannya bagaimana seringai geli dari Sasuke dan kalimat penuh godaan dari Itachi ketika mereka mendengar cara Shisui memperkenalkan dirinya. Y/N mendengus kecil lalu mengalihkan pandangan ke langit malam. Walaupun sudah musim panas, bintang tidak terlihat terlalu jelas di langit Tokyo, mungkin karena polusi.

"Apa yang kaulakukan di sini?" Y/N menoleh ke sumber suara yang datang bersamaan dengan sesuatu yang disampirkan di bahunya. "Pakai jasku. Meski sudah masuk musim panas, angin malam tetap bisa membuatmu sakit."

Y/N mengulum senyum. Ia membenahi jas yang diberikan Shisui asal. "Mencari angin. Aku tidak tahan mendengar gombalanmu lebih lama lagi."

Sebelah alis Shisui terangkat heran. "Gombal? Kapan aku mengggombal?"

"Jangan pura-pura tidak tahu," dengus Y/N. Ia bersedekap di hadapan Shisui kesal. "Hanya itu yang kaulakukan sepanjang malam ini, Shisui."

Shisui terdiam, masih bingung dengan tuduhan Y/N, tapi sesaat kemudian ia tersenyum lebar. Kedua tangannya menangkup wajah Y/N yang memberengut lucu. Hal yang selanjutnya Y/N sadari adalah pipinya yang dicubit gemas. Baru saja Y/N ingin menggigit tangan jahil kekasihnya, sesuatu malah menarik perhatiannya.

Pesta kembang api menghiasi langit malam.

Seluruh atensi Y/N tersita pada kembang api yang berlomba-lomba sampai angkasa lalu meledak hingga membentuk siluet warna yang indah. Ia tidak menyadari Shisui telah melepaskan cubitannya. Ia juga tidak menyadari aula pesta sudah sepi, semua orang berpindah keluar gedung untuk menikmati permainan warna di langit. Satu hal lagi, Y/N sama sekali tidak menyadari Shisui tengah berlutut di sampingnya seraya menggenggam kotak beludru.

Ia tidak menyadarinya hingga di tengah-tengah pesta kembang api tulisan 'Please, let me be the one' muncul.

"Shisui, apa ya-" Y/N terkesiap saat menoleh ke arah Shisui. "Apa yang kaulakukan?"

"Y/N," Shisui menarik napas panjang. "Kalimat yang kauanggap sebagai gombalan adalah apa yang kulihat dan aku bicara jujur. Kau adalah gadis yang menawan. Gadis yang menakjubkan dan aku bersyukur bisa memilikimu sebagai kekasihku. Hanya saja, Y/N ... aku terlalu serakah, memilikimu sebagai kekasihku saja tidak cukup. Aku ingin semua kecantikanmu, senyummu dan semua yang ada pada dirimu hanya untukku. Jika kau berkenan, maukah kau membiarkan pria serakah ini memilikimu seutuhnya?"

Y/N menutup mulutnya tidak percaya dengan ungkapan perasaan Shisui. Perasaan haru dan bahagia membuncah dalam dirinya hingga air mata mengaburkan pandangan. Ia berusaha keras untuk tidak menangis mengingat mereka tengah menjadi bahan tontonan oleh tamu undangan.

"Astaga ... kau ini selalu saja bertingkah mengejutkan. Bagaimana kalau aku jantungan hah?"

Shisui meringis, jauh dalam hatinya ia khawatir Y/N akan menolaknya karena bertindak segamblang ini, mengingat keduanya adalah orang yang tertutup. Namun, setelah Y/N mengulas senyum lebar, kekhawatirannya lenyap.

"Tentu saja aku mengizinkanmu."

Tamu undangan mulai riuh ketika Y/N menghambur ke pelukan Shisui. Beberapa di antaranya meneriakkan ucapan selamat, ada yang bersiul dan ada juga beberapa tamu wanita yang berseru 'aww'.

Semua itu tidak terdengar oleh Shisui atau Y/N. Mereka tenggelam dalam kebahagiaan di dunia mereka sendiri.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top