Uchiha Sasuke *Modern*
Hubungan jarak jauh itu sulit, siapapun yang menjalaninya pasti tahu bagaimana beratnya menahan keinginan untuk bertemu, sulitnya berkomunikasi karena perbedaan waktu yang cukup signifikan ditambah dengan kesibukan masing-masing. Seperti hal itu belum cukup, berulang kali sebuah janji dibatalkan karena kondisi yang tidak memungkinkan. Y/N adalah salah satu orang yang mengerti betul beratnya menjalani hubungan jarak jauh.
Pandangan Y/N mengarah keluar jendela perpustakaan. Gerombolan burung yang terbang menyita perhatiannya, beberapa di antara terbang berpasangan membuat Y/N mengulas senyum tipis. Dagunya bertumpu pada kepalan tangan, tidak ia pedulikan beberapa buku tebal yang terbuka di hadapannya. Saat ini pikirannya teralihkan oleh sosok kekasihnya. Uchiha Sasuke.
Entah sudah berapa lama sejak terakhir kali ia melihat langsung wajah kekasihnya. Mungkin sejak Sasuke memutuskan untuk melanjutkan studinya di Inggris empat tahun lalu. Ah ... Sasuke sempat beberapa kali pulang ke Jepang, tapi itupun tidak dalam waktu yang lama, paling hanya 4 hari lalu kembali lagi ke Inggris. Mereka sudah menjadi sepasang kekasihnya di tahun awal sekolah menengah atas, itupun dengan dorongan dan bantuan dari Itachi. Semenjak keberangkatannya ke Inggris, ia hanya melihat wajah Sasuke melalui layar laptop dan sesekali bertukar pesan lewat email. Jadi, sudah sewajarnya ia sangat merindukan pria itu kan?
"Jam berapa di sana?" wajah Sasuke muncul di layar sesaat setelah ia meng-klik tombol berwarna hijau. Ada beberapa buku yang terletak di dekat Sasuke juga secangkir minuman yang Y/N duga adalah kopi.
Y/N melirik jam yang tertera di sudut layar. "Jam sebelas malam."
Perbedaan waktu Jepang-Inggris adalah 8 jam. Tidak heran saat mengangkat panggilan dari Sasuke, Y/N terlihat siap tidur dengan piyamanya sedangkan pria itu masih tampan dengan mengenakan kemeja yang dilinting sampai siku. Ia tidak bisa menahan decak kagum memandangi kekasihnya walaupun wajah itu sudah menjadi pemandangan sehari-hari.
"Bagaimana harimu?" tanya Sasuke lagi. Matanya terpaku pada Y/N,begitu lekat seakan mencoba menelaah keadaan Y/N hanya dengan melihat wajahnya.
Y/N tersenyum kecil. "Luar biasa. Tadi siang, salah satu dosen memujiku karena laporan yang kutulis beberapa waktu lalu dianggap bagus. Lalu, kau tahu? Salah satu projek yang dari kemarin buntu akhirnya hampir selesai. Lega rasanya hampir semua tugasku di semester ini selesai."
Senyum tipis yang sama terukir di wajah Sasuke mendengar cerita Y/N. "Itu baru gadisku."
Hampir tidak ada yang bicara selama beberapa menit. Sasuke kembali fokus dengan bukunya sedangkan Y/N fokus dengan catatannya sambil sesekali melirik Sasuke. Inilah rutinitas mereka, bertatap muka sambil mengerjakan tugas kuliah diselingi dengan obrolan ringan yang didominasi oleh Y/N.
"Bagaimana kuliahmu, Sasuke?" tanya Y/N seraya meregangkan punggung. Tugasnya untuk malam ini sudah selesai karena sudah dicicil dari jam 7 malam.
Sasuke menghela napas. Ia mengetuk ujung pulpennya ke meja. "Tidak ada yang terlalu sulit untukku. Hanya tugas yang menumpuk dan tidak ada habisnya. Sepertinya aku tidak jadi pulang bulan ini, Y/N."
Y/N berusaha menelan kekecewaannya. Lagi-lagi janji temu yang dibatalkan. "Tugasmu sangat banyak ya?"
Sasuke mengangguk kecil. "Jangan terlalu kecewa. Aku bisa merasakan aura kesedihanmu dari sini."
Y/N mencebik, melipat kedua tangannya di depan dada kesal melihat seringai tipis Sasuke. "Jangan meledekku terus. Kerjakan tugasmu dengan benar dan cepat pulang."
"Kenapa? Kau sudah sangat merindukanku?" seringai Sasuke. Ia mengabaikan tugas di hadapannya dan menatap mata Y/N lekat. Tatapan lembut dengan sirat penuh kasih sayang yang jarang diperlihatkan oleh Sasuke. Sebelah tangannya mengarah ke kamera, mengusap layar bagian pipi Y/N. "Aku akan pulang sebelum kau sadari."
Suara notifikasi pesan menyadarkan Y/N dari lamunannya. Ia meraih ponselnya yang berada di atas buku laporannya. Senyumnya mengembang membaca pesan dari orang yang sudah ia anggap sebagai seorang kakak. Pesan dari Itachi.
Jangan lupa mampir ke rumah malam ini Imouto. Ayah dan Ibu menunggu kedatanganmu.
Karena sudah menjadi kekasih Sasuke selama bertahun-tahun, Y/N tidak lagi menjadi orang asing di kediaman Uchiha. Tidak jarang, Itachi dan Izumi atau Shisui mengajaknya bertemu untuk makan di kafe dan menghabiskan waktu dengan membicarakan keseharian mereka juga Sasuke. Iya, walaupun tengah bersama dengan yang lain, namun pembicaraannya tidak juga lepas dari Sasuke. Mau bagaimana lagi, ketika mendengar nama Sasuke, pikirannya teralih pada pria itu dalam sekejap.
Y/N mulai mengemas buku dan alat tulisnya menyadari langit mulai menggelap dan matahari mulai bersembunyi di balik awan. Sudah lama sejak terakhir kali ia mengunjungi kediaman Uchiha karena disibukkan dengan penelitian dan tugas-tugas yang sepertinya tidak akan pernah habis, hari ini Y/N memutuskan untuk mampir ke rumah kekasihnya.
Saat memperhatikan sekeliling, Y/N menyadari begitu banyak orang yang berkumpul di lorong seraya berbisik setengah menjerit. Memang bukan pemandangan yang asing, karena banyak pria tampan yang berada di kampusnya seperti Sai, Gaara juga Sasori, namun Y/N merasa ada yang janggal hari ini.
"Aku tidak mengenal pria tampan itu. Apa kau pernah melihatnya?"
"Tidak pernah. Kalau aku pernah bertemu dengannya, aku tidak akan pernah melupakan wajah tampannya."
"Ia ada di gerbang. Ayo kita temui. Mungkin saja aku bisa menjadi kekasihnya, kan?"
"Jangan mimpi. Ia pasti sedang menunggu seseorang. Memangnya kau tidak lihat ia mengabaikan gadis-gadis di sekitarnya?"
Y/N mengernyit. Para gadis di lorong tidak mengenal sosok 'tampan' yang tengah menunggu seseorang di gerbang kampus. Siapa pula yang rela menghabiskan waktu mereka yang berharga untuk menunggu seseorang di gerbang? Aneh, di zaman yang canggih ini kenapa sosok itu tidak menelpon atau mengirim pesan pada orang yang ia tunggu.
Kerutan di dahi Y/N semakin dalam seiring dengan semakin dekatnya ia dengan gerbang. Sosok yang tengah bersandar di salah satu dinding dekat dengan parkiran terlihat sangat familiar. Y/N menganga tanpa bisa ditahan saat ia melihat dengan jelas sosok yang menjadi perbincangan hangat para mahasiswi.
"Sasuke!?"
Sosok berperawakan jangkung itu menoleh ketika mendengar namanya disebut. Seringai penuh kepuasan terulas di wajahnya mendapati Y/N tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Tanpa mengindahkan gadis-gadis yang berkerumun di dekatnya, Sasuke berjalan menghampiri Y/N yang masih terpaku.
"Sasuke! A-apa yang kaulakukan di sini? Bukankah kau seharusnya masih berada di Inggris? Bukannya kaubilang tidak bisa pulang bulan ini?" tanya Y/N bertubi-tubi dalam satu tarikan napas.
"Namanya kejutan, Y/N," seringaian berubah menjadi senyum tipis. Sasuke mengusak rambut Y/N lalu mengambil alih tas yang tersampir di bahu kekasihnya. "Ayo, kurasa Nii-san sudah mengacaukan kejutannya dengan menyuruhmu datang ke rumah, kan? Ada orangtuamu juga."
"Hah?" Y/N masih belum bisa pulih dari rasa kagetnya. "Kenapa orangtuaku juga ada di rumahmu?"
Sasuke membantu Y/N mengenakan seatbelt dan menaruh tas gadisnya di kursi belakang. Setelah mendudukkan dirinya di kursi pengemudi ia beradu tatap dengan Y/N yang menyiratkan penasaran dan bingung. Sasuke mengaitkan jemarinya dengan jemari Y/N lalu mencium punggung tangannya lembut. Senyum penuh arti menghiasi wajahnya.
"Kenapa? Tentu saja untuk membicarakan pernikahan kita nanti, Y/N."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top