Uchiha Sasuke
Aku menatap bulan yang bersinar begitu terang dengan tatapan rindu. Banyak yang terjadi saat bulan muncul. Nama Uchiha bersimbah darah, seorang Uchiha yang kupercaya telah melarikan diri setelah menghabisi seluruh klannya, sementara dua Uchiha yang selamat tenggelam dalam kesedihan yang dalam. Aku adalah salah satu dari Uchiha yang selamat dan Sasuke mengikuti jejak Itachi yang melarikan diri saat bulan muncul juga.
Sudah lama saat terakhir kali aku melihat Sasuke. Temanku, sahabatku dan.... cinta pertamaku. Aku adalah orang yang menemani Sasuke saat ia merasa kesepian, tidak hanya aku, tapi Naruto juga melakukannya tanpa sadar. Aku tidak ikut dengan Sasuke saat itu karena aku ingin melindungi Konoha, aku satu-satunya pemilik nama Uchiha di Konoha, lagipula aku tahu apa yang sebenarnya terjadi, Itachi yang memberitahukannya padaku sebelum ia pergi.
Sasuke pergi dengan janji ia tidak akan melupakanku dan sering mengunjungiku, tapi janji hanyalah kata-kata kosong. Selama hampir beberapa tahun ia tidak menemuiku bahkan sampai ia berhasil mencapai keinginannya.
Ya, Sasuke berhasil membunuh Itachi dengan tangannya sendiri, aku mendengar kabar itu dari Tsunade-sama dan Naruto. Mereka bilang Akatsuki berhasil membujuk Sasuke untuk ikut bersama mereka. Yang bisa kulakukan sekarang hanyalah berdoa untuk keselamatannya dan berharap bisa bertemu dengannya, ditambah lagi hari ini adalah haru ulang tahunnya.
Aku mendengar jendela kamarku diketuk pelan. Mataku terbelalak tidak percaya saat melihat sosok Sasuke yang mengetuk jendela itu. Ia terlihat lebih tampan daripada saat kami terakhir kali bertemu.
"Halo, Y/N."
Sasuke masuk dan berdiri di hadapanku dalam diam. Aku sangat ingin memeluknya, tapi entah bagaimana tanganku malah melayang untuk menamparnya. Amarah yang kupendam selama ini mulai muncul, lalu aku membentaknya.
"Kemana saja kau? Kukira Orochimaru berhasil menggunakanmu dan Akatsuki sudah membunuhmu. Kau sudah membuatku khawatir setengah mati, kau sama sekali tidak mengunjungiku. Apa kau sudah lupa padaku? Apa kau sudah tidak menganggapku lagi?" bentakku. Suaraku terdengar seperti bisikan saat mengucapkan kalimat terakhir.
Sasuke masih tidak bereaksi, raut wajahnya yang datar masih belum berubah. Mataku terasa panas, begitu juga wajahku saat Sasuke berjalan mendekatiku.
"Kenapa kau tidak mengatakan apapun? Kita berdua sama-sama tahu kalau aku juga sama menderitanya sepertimu, Sasuke."
Tiba-tiba ada tangan yang memelukku. Tanpa mendongak pun aku tahu kalau tangan itu adalah milik Sasuke. Aku merebahkan kepalaku di bahunya tanpa ada niat memberontak, aroma familiar yang sudah lama tidak tercium olehku kini memenuhi indra penciumanku, aroma mint bercampur dengan bau hutan. Tangan Sasuke mengusap punggungku, ia mengubur kepalanya di rambutku.
"Maafkan aku, Y/N," gumam Sasuke. Tangannya semakin erat memeluk punggungku.
Aku tersenyum tipis. "Kurasa menjadi anggota Akatsuki membuatmu menjadi lembut, ya?"
"Diamlah, Y/N."
Kami menarik diri dari satu sama lain. Saat aku menatap Sasuke, matanya sudah tidak sedatar dulu, malah terlalu banyak emosi yang berkumpul sampai aku tidak tahu arti dari tatapan matanya. Apa Sasuke sudah tahu kebenarannya?
"Sekarang jelaskan apa yang terjadi padamu beberapa tahun ini. Pasti banyak hal yang terjadi, kan?" pintaku. Aku harus tahu apa yang terjadi agar aku bisa memahaminya.
Sasuke bercerita tentang latihannya dengan Orochimaru juga saat ia membunuhnya, merekrut anggota timnya yang sekarang, saat dalam perjalanan ke tempat Uchiha ia tidak sengaja bertemu dengan Naruto yang ingin menyeretnya pulang, ketika ia membunuh Itachi, sampai tahu tentang kebenarannya dari seseorang yang menjadi anggota Akatsuki, itulah yang membuatnya bergabung dengan Akatsuki. Aku kembali memeluk Sasuke saat tubuhnya bergetar.
"Kenapa ia harus melakukan itu, Y/N? Kenapa harus Itachi yang membunuh Uchiha?" Sasuke mencengkeram bajuku kencang. Aku tahu bagaimana sakitnya Sasuke, walaupun Itachi bukanlah kakakku, aku sudah menganggapnya seperti itu.
"Kau tahu yang Itachi inginkan? Ia ingin kau kembali Sasuke, Itachi ingin kau pulang ke Konoha. Bukan keinginannya agar kau bergabung dengan Akatsuki," kataku. Sebelum pergi Itachi juga menitipkan pesan agar membawa Sasuke pulang kalau ia pergi, tapi aku belum bisa mewujudkan keinginannya.
"Tidak bisa," bisik Sasuke. "Aku tidak bisa terima perlakuan desa yang sudah memaksa Itachi, aku tidak bisa terima tuduhan mereka yang menghina Itachi sebagai pengkhianat, Y/N. Aku tidak bisa."
Aku tersenyum tipis, sepertinya semua keturunan Uchiha memang keras kepala. Itachi yang bersikeras agar ia yang melakukan semuanya dan tertuduh, Sasuke dengan pikirannya yang terus fokus pada balas dendam, aku yang terus bertahan dengan perasaanku.
"Baiklah, kalau itu yang kau inginkan, aku tidak bisa menahanmu," balasku. "Tapi bukan berarti aku akan membantumu untuk membunuh tetua desa."
"Jadi kau akan mencoba untuk membunuhku juga?" tanya Sasuke tidak percaya.
"Tentu saja tidak," aku menggeleng. "Kalau saat itu terjadi, aku tidak akan melakukan apapun. Aku tidak akan mencoba untuk membunuhmu atau membantumu menyerang desa, aku akan menyerahkan urusan desa pada Naruto saja, ia tahu yang terbaik."
"Maksudmu dobe?"
"Ya, Naruto."
Kami terdiam. Baru terpikirkan olehku, Sasuke menemuiku di Konoha dan melewati kekkai, bagaimana kalau ia ketahuan? Bagaimana kalau ada seseorang yang mengikutinya sampai ke rumahku dan mendengar pembicaraan kami?
"Tidak akan ada yang tahu aku ke sini, Y/N. Kau tenang saja," kata Sasuke. Ups, sepertinya aku terlalu keras menyuarakan pikiranku.
"Omong-omong kenapa kau ke sini, Sasuke?" tanyaku.
Sasuke menyeringai tipis, seringai yang kurindukan. "Untuk menemuimu, tentu saja dan untuk mengambil hadiahku."
Baru saja aku akan bertanya, apa yang ia maksud dengan hadiah, ada yang mengetuk jendela kamarku lagi. Ternyata burung elang milik Sasuke-lah yang mengetuk jendela kamarku, sementara pemiliknya menatap jendela dengan pandangan tidak suka, rahangnya mengeras.
"Kurasa kau harus pergi, benar kan?" tanyaku.
Sasuke mengangguk tidak rela. Ia menghampiri burung elang itu, lalu kembali menerbangkannya. Aku berjalan mendekati Sasuke saat ia menatapku. Saat kami berdiri berhadapan, Sasuke mencium dahiku lama.
"Aku sudah mendapatkan hadiahku sekarang," bisik Sasuke. Ia sudah hampir melompat dari balkon saat aku memanggilnya.
"Tunggu Sasuke!"
Sasuke berbalik dan menampakkan senyumnya yang sangat jarang diperlihatkan. "Sebaiknya kau menungguku, oke?" lalu dengan cepat menghilang dari pandanganku.
"Tentu saja aku akan menunggumu. Selamat ulang tahun Sasuke."
Kenangan menyedihkan yang terjadi saat bulan muncul sekarang terasa samar dengan pertemuan kami barusan. Tentu saja aku akan menunggunya dan lain kali aku akan mengucapkan selamat ulang tahun padanya tanpa harus menunggu ia datang menemuiku.
Otanjoubi omedetou Sasuke-kun!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top