Uchiha Izuna
Aku berjalan mondar-mandir di kamar seraya menunggu kepulangan kekasihku dari medan perang. Sangat mengerikan melihat medan perang saat ini, mayat berjatuhan dimana-mana, bau anyir menusuk indra penciuman dan yang paling menyedihkan adalah saat orang yang ditunggu ternyata pulang tanpa senyuman, melainkan dengan bersimbah darah. Sekali lihat pun tahu kalau aku bukanlah seorang shinobi, tapi aku adalah seorang medis dari kalangan penduduk biasa, karena itulah klan Uchiha mengambilku.
Tiba-tiba saja pintu kamar terbuka, menampakkan sosok Uchiha Izuna, yang kehadirannya sudah kutunggu sejak tadi. Tanpa pikir panjang, aku memeluknya sebelum ia sempat mengatakan apapun. Aku mengubur wajahku di lehernya, tidak peduli dengan bau keringat dan darah yang bersatu dengan aroma tubuhnya. Salah satu lengannya di tempatkan di bahuku dan lengannya yang bebas ia gunakan untuk menahan berat badan kami berdua.
"Syukurlah kau baik-baik saja, Izuna. Syukurlah," gumamku. Suaraku sedikit tertahan karena leher Izuna.
"Sudah kubilang akan baik-baik saja," ucap Izuna. Berkali-kali ia mencium puncak kepalaku sambil mengusap rambutku. "Aku pulang, Y/N. Aku pulang."
Suara deheman pelan membuatku buru-buru melepaskan pelukanku. Terlihat kakak Izuna, Madara yang berdiri sambil menatap kami. Ia tersenyum tipis melihat kami, lalu menggosok lehernya pelan. Saat ini yang terlihat bukanlah pemimpin Uchiha yang ditakuti, tapi seorang kakak yang sedang melihat hal yang seharusnya tidak ia lihat.
"Tidak usah pedulikan aku, kalian bisa melakukan apapun selama yang kalian mau, tapi kusarankan untuk melakukannya di tempat yang lebih sepi dan privasi, bukannya di lorong rumah," kata Madara.
Izuna menatap kakaknya tajam. "Nii-san!"
"Baiklah, baiklah, aku akan pergi," Madara mengangkat tangannya defensif. "Jangan terlalu berisik ya, semua orang membutuhkan isitirahat mereka malam ini."
Madara pergi dengan melambaikan tangannya ke arah kami. Aku masih bisa mendengarnya berbisik. "Kurasa aku juga harus mulai mencari seorang pendamping."
Aku kembali mengubur wajahku di leher Izuna saat kusadari wajahku menghangat. Terdengar suara tawa Madara saat ia pergi, Izuna mengusap punggungku sambil terkekeh pelan. Aku bisa mendengar suaranya dengan jelas juga hembusan nafasnya di sekitar rambutku.
"Tidak perlu malu, Y/N. Walaupun aku yakin kita tidak akan melakukan apapun selain istirahat malam ini, nii-san memang keterlaluan," kata Izuna. Tangannya masih belum berhenti mengusap punggungku.
"Tentu saja kau memerlukan istirahat sebanyak yang kau bisa. Ayo, kau harus memulihkan tenagamu," balasku sambil membantunya bangun.
Aku mengernyit mendengar Izuna meringis saat aku menarik tangannya untuk bangun. Melihat hal ini, buru-buru aku menariknya ke dalam kamar, tidak kupedulikan ringisan samar yang sengaja di tahan, lalu mengangkat lengan bajunya. Benar seperti dugaanku, luka yang cukup dalam memanjang dari bahu sampai pertengahan lengan bawah masih terlihat baru dan meneteskan darah. Bodohnya aku karena tidak sempat menyadari kalau Izuna masih terluka, kenapa aku tidak memeriksanya dulu, tapi malah langsung menerjangnya?
"Y/N, aku baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," ucap Izuna lembut saat menyadari tatapanku mengarah pada lengannya yang terluka.
"Jangan bergerak atau aku akan merantai kaki dan tanganmu," ancamku mengabaikan nada lembutnya. Perasaan khawatir membuat tanganku bergerak cepat mengambil wadah lalu mengisinya dengan air hangat, handuk kering, obat yang kuracik sendiri untuk keadaan seperti ini juga segelas air.
Aku menggenggam tangannya, membersihkan darah yang masih menempel di lengannya dengan handuk yang sudah dibasahi. "Kenapa tidak memeriksakan dirimu dulu, Izuna? Bagaimana kalau lukamu terinfeksi?"
Izuna tersenyum tipis. "Sudah kubilang, aku baik-baik saja. Lagipula untuk apa memeriksakan diri, aku punya dokter sekaligus perawat pribadiku sendiri? Aku memercayakan hidupku padanya."
"Kemampuanku tidak sebanding dengan ninja medis andalan klan ini, mereka lebih mampu menyembuhkanmu daripada aku. Aku hanya orang biasa, ingat?" ujarku mengingatkan. "Aku takut kalau kau pulang dengan luka parah dan aku tidak bisa menyembuhkanmu."
"Aku percaya padamu, Y/N." Izuna menempatkan telapak tangannya di pipiku, lalu mengusapnya dengan ibu jari dengan lembut. "Lagipula, aku tidak mau ada orang lain yang melihatku terluka. Kau dan nii-san saja cukup."
Aku mendengus pelan. "Dasar Uchiha gengsian."
"Sifat itu sudah mengalir dalam keluarga, Y/N," Izuna menyeringai tipis.
Ia menyingkirkan semua barang-barang yang kugunakan untuk mengobatinya, lalu merebahkan dirinya di futon. Helaan nafas puas terdengar saat punggungnya beradu dengan futon. Izuna menarik tanganku untuk mendekat, wajah kami berjarak tipis, aku bisa melihat seringaiannya dari jarak sedekat ini. Nafas hangatnya begitu terasa di wajahku, tatapan kami beradu.
"Apa yang kau lakukan Izuna?"
Bukannya menjawab pertanyaanku, Izuna malah terkekeh. Ia membawaku ke dalam pelukannya, tangannya melingkar erat di pinggang dan bahuku, memaksaku untuk menaruh kepala di dadanya. Leherku terasa hangat saat Izuna menciumnya membuatku mencengkeram lengannya yang tidak terluka.
"Kau tahu, Y/N?" gumam Izuna pelan. "Bau inilah yang kurindukan saat siang, sosokmulah yang membuatku bertahan menghadapi pedang musuh, yang terdengar olehku saat perang bukanlah jeritan atau teriakan, melainkan suaramu yang memintaku untuk segera pulang."
"Izuna...," aku mengangkat kepala, menatap mata hitam kelamnya.
"Setelah bertemu denganmu, membawamu ke sini dan menyadari perasaanku untukmu, aku merasa harus lebih hati-hati saat bertarung. Alasannya adalah karena masih banyak waktu yang ingin kuhabiskan bersamamu, kalau aku terluka waktu akan kuhabiskan di tenda medis bukan bersamamu. Karena itu, Y/N, aku akan pulang, aku pasti akan pulang, walaupun itu adalah hal terakhir yang akan kulakukan."
Aku mengalungkan lenganku di lehernya, memeluknya erat. Mendengar ucapannya saja sudah bisa membuatku tersenyum dan menangis dalam waktu yang bersamaan. Tidak pernah aku menyangka kalau perasaannya untukku akan sekuat ini.
"Tepati janjimu atau aku akan mengejarmu sampai akhirat dan menyiksamu sampai kau mau kembali ke dalam tubuhmu."
Izuna terkekeh pelan, lalu mencium pipiku lembut, matanya mulai terpejam. "Aku yakin nama Uchiha sangat cocok berada di belakang namamu nanti. Bagaimana menurutmu, Y/N?"
"Eh!?"
Untuk Michelle_1023
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top