Uchiha Itachi *Modern*

Mataku terus mengarah ke langit-langit kamar yang gelap. Telingaku mendengar suara helaan nafas dari Itachi yang berbaring di sampingku. Tangannya berada di pinggangku, memelukku dengan malas, terdengar erangan darinya, lalu pelukannya mengerat. Entah apa yang sedang ia mimpikan. Kepalanya berada di kepalaku dan lengannya menjadi bantalku. Rambut panjangnya masih terikat dan berantakan di atas bantalnya sendiri. Sudah di pastikan Itachi tdiru dengan sangat pulas, berbeda denganku sekarang.

Aku masih sangat terjaga, sama sekali tidak merasa mengantuk ataupun lelah. Aku tidak minum kopi atau soda, juga tidak memakan cokelat kesayanganku atau makanan manis lainnya. Aku tidak melakukannya karena Itachi yang melarangku karena aku ada pertemuan penting yang harus kuhadiri, tapi bukannya tertidur, aku malah tidak bisa memejamkan mata sama sekali. Aku mencoba membalikkan badan, menghadap wajah Itachi yang terlihat sangat damai ketika tertidur. Tubuhku kembali bergerak mencari posisi yang nyaman.

Itachi mendengkur, lalu mengambil nafas dalam-dalam. Sial, aku tahu kalau sudah membangunkan Itachi tanpa sadar. Sejak dulu Itachi memang orang yang mudah terbangun, aku merutuk diriku sendiri karena sudah terlalu banyak bergerak. Tangannya mengepal di punggungku, matanya terbuka malas. Sekilas aku bisa melihat sirat khawatir di matanya.

"Kenapa belum tidur, Y/N?" tanya Itachi dengan suara seratnya. Aku tersenyum mendengar suara bangun tidurnya yang terdengar lebih berat dan dalam daripada saat ia terjaga.

Aku menghela nafas puas saat tangan Itachi mengusap rambutku lembut. "Aku tidak bisa tidur, lebih baik kau tidur lagi. Kau juga ada pertemuan penting besok."

"Apa insomnia-mu kembali lagi" tanyanya mengabaikan ucapanku.

"Aku baik-baik saja, Itachi. Kembalilah tidur," suruhku lagi. Sama sepertiku, Itachi juga menderita Insomnia. Ia jarang mendapatkan tidur sehat selama delapan jam layaknya orang normal, karena itu aku sangat bersyukur kalau ia bisa tidur tanpa harus ada gangguan. Sayangnya, aku malah salah satu dari gangguan itu.

Itachi merubah posisinya agar bisa melihatku dengan lebih jelas. Tangannya membawa tubuhku lebih dekat dengan ke arahnya. Aku bisa merasakan nafasnya di wajahku, matanya menatap lurus mataku, seakan ingin memberitahuku kalau ia tidak akan tidur sebelum aku kembali ke alam bawah sadarku.

"Pekerjaanku tidak lebih penting darimu, Y/N. Lebih baik aku tidak tidur semalaman daripada mengkhawatirkanmu sepanjang hari," ucap Itachi.

"Memangnya kenapa kau harus mengkhawatirkanku?" tanyaku setengah mengernyit.

"Kalau kau insomnia dan tidak bisa tidur saat malam hari, ketika siang kau akan memarahi semua orang di sekitarmu sampai mereka akan merasa kesal padamu dan mengadukan sikapmu itu padaku. Ujung-ujungnya aku yang harus meyakinkan mereka kalau kau sama sekali tidak bermaksud buruk dan mood-mu sedang tidak bagus," kata Itachi setengah menyeringai.

"Apa maksudmu!?" aku memukul lengan Itachi pelan, membuatnya terkekeh pelan dan mendekatkan wajahnya padaku.

"Maksudku adalah," kata Itachi. Ia mencium rambutku. "Aku," ia mencium kelopak mata kananku. "Sangat," ia mencium kelopak mata kiriku. "Menyayangimu," ia mencium pipi kananku. "Karena itu," ia mencium pipi kiriku. "Aku," ia mencium hidungku. "Mengkhawatirkanmu," yang terakhir ia mencium daguku. "Mengerti?"

Sudah bisa di pastikan kalau wajahku sangat memerah. Aku bersyukur karena suasana kamar yang gelap mampu membantuku menyembunyikan rona merah yang akan terlihat jelas kalau suasananya terang. Itachi terkekeh pelan saat menyadari aku tidak membalas ucapannya lagi, tebakanku ia tahu kalau aku sedang mencoba menenangkan debaran jantungku yang menggila. Singkat kata, ia memenangkan argumen kali ini.

"Terserah kau sajalah, Itachi."
"Mmmhhmm," gumam Itachi di leherku. "Kau tahu kan kalau aku mencintaimu?"

"Tentu saja. Memangnya kenapa?" tanyaku. Aneh juga kalau tiba-tiba ia bertanya seperti itu, mengingat nama marganya selalu membuat Itachi tidak mengucapkan banyak perasaan yang ia rasakan.

"Aku hanya ingin kau mengingat hal itu, walaupun aku jarang mengatakannya hal itu padamu," balas Itachi. Ia mencium leherku lembut sambil menyenandungkan lagu yang tidak ku ketahui di leherku.

"Akan kuingat. Lagipula, kau memiliki caramu sendiri untuk berkata kalau kau mencintaiku," sahutku. Tanganku terangkat untuk menguap lebar, sepertinya berbicara dengan Itachi membuatku sangat mengantuk.

"Tidurlah, Y/N. Aku akan di sini saat kau bangun nanti."

Dengan itu aku memejamkan mata, hal terakhir yang kuingat adalah Itachi yang membisikkan kata 'aku mencintaimu' di telingaku sebelum aku bermimpi tentang kami berdua. Mungkin masa depan yang manis akan menanti kami? Entahlah...

Untuk yohanabetaria26

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top