Tobi *Modern*

Aku tersenyum lebar saat merasakan manis yang sangat familiar di mulutku. Rasa manis cokelat yang tersiram di atas kue stoberi. Senyumku semakin melebar saat melihat sahabat baikku melonjak girang di sampingku saat memasukkan lolipop ke dalam mulutnya, walaupun aku tidak bisa melihat wajahnya secara utuh, hanya mulutnya saja. Ia masih menolak dan marah saat aku bertanya apa ia bisa membuka topeng yang dipakainya untukku.

"Lolipopnya enak sekali Y/N-chan. Tobi sangat suka lolipop ini!!" pekik Tobi. Aku menggelengkan kepala melihat tingkahnya. Aku tidak akan pernah bosan kalau terus bersama si topeng lolipop ini. Kurasa Tobi satu-satunya orang yang masih tetap bisa memekik senang walaupun ada kejadian buruk di sekitarnya.

"Oh ya, dimana Deidara dan Sasori? bukankah seharusnya mereka ada di sini?" tanyaku penasaran karena sejak tadi tidak mendengar teriakan argumentasi tentang definisi seni yang sebenarnya.

Yep, walaupun kedengarannya sangat aneh dan tidak bisa di percaya, ketiga manusia yang berbeda warna rambut juga kepribadian ini memang tinggal bersama di sebuah apartemen yang tidak terlalu besar, tapi memiliki banyak kamar untuk di tempati. Aku tidak tahu siapa yang mengajukan ide ini, juga cara bagaimana mereka bisa bertahan selama hampir satu tahun hidup bersama tanpa menghancurkan seluruh isi rumah.

Sejujurnya, aku tidak bisa membayangkan mereka bertiga begitu akur dan memakan popcorn pada saat nonton film bersama di tengah malam. Mendengar dan membayangkannya saja sudah mampu membuatku merinding.

Tobi mengangkat bahu, rasa senang yang tadi terlihat saat mengemut lolipopnya terlihat lenyap. "Entahlah, Tobi tidak tahu. Mungkin Deidara-senpai dan Sasori-senpai sedang pergi ke salah satu museum seni yang baru di buka di dekat sini. Lagipula kenapa Y/N-chan menanyakan Deidara-senpai dan Sasori-senpai? Apa Y/N-chan tidak suka bersama dengan Tobi?"

"Bukan begitu," bantahku cepat sambil mengibaskan tangan. "Aku hanya penasaran kenapa mereka tidak ada di sini? Aku benar-benar senang bisa bersama dengan Tobi."

Tobi langsung melompat untuk memelukku. "Ahh... Tobi juga senang bersama dengan Y/N-chan. Ne, Y/N-chan. Tobi masih mau kuenya lagi. Apa Y/N-chan membawa lebih banyak kue saat ke sini?"

"Tentu saja," jawabku cepat. Aku selalu memastikan membeli kue yang lebih banyak untuk Tobi. "Siapa cepat sampai dapur, akan mendapatkan semua kuenya!!"

Aku memberontak, melepaskan diri dari pelukan Tobi lalu berlari secepat mungkin ke arah dapur. Tobi sempat kaget, tapi dengan cepat mengikutiku. Untuk ukuran orang yang suka bertingkah seperti anak kecil, ia benar-benar cepat. Mungkin juga karena pengaruh gula dari lolipop yang ia makan. Tahu akan kalah, aku langsung mengambil kotak berisi kue dan kembali berlari.

"Y/N-chan gadis nakal! Y/N-chan tidak boleh mengambil kue kalau tidak menang dan Y/N-chan sudah kalah. Kembalikan kuenya pada Tobi," gerutu Tobi saat melihatku. Ia merentangkan tangannya seakan ingin menghalangiku untuk melarikan diri.

Aku terkekeh pelan, lalu menyerahkan kotak kue yang kupegang pada Tobi karena sudah tidak ada harapan lagi. Aku terpojok dan tidak bisa berlari kemanapun, lebih baik menyerah, kan? Ia memekik senang dan merebut kotak kuenya. Aku mengambil kue cokelat dengan taburan keju yang meleleh di atasnya, tanganku bersentuhan dengan tangan Tobi yang juga menginginkan kue yang sama.

Aku mendongak, menatap Tobi dengan tatapan memohon. Kue cokelat yang kuinginkan adalah kue cokelat terakhir dan aku benar-benar menginginkannya. Maklum saja, aku benar-benar suka dengan segala sesuatu yang berbau cokelat.

"Ayolah Tobi, kue yang ini untukku, ya?" pintaku.

Tobi menggeleng pelan. "Aa. Y/N-chan sudah menjadi gadis nakal dengan mengambil kotak kue tadi, jadi kue cokelat lezat ini untuk Tobi yang menjadi anak baik!!"

"Kumohon, Tobi... berikan padaku, ya?" pintaku lagi. Kucoba untuk mengalihkan perhatiannya agar bisa memasukkan kue mini itu ke dalam mulutku bukannya ke dalam mulut Tobi.

Tepat saat perhatiannya teralihkan, aku langsung memasukkan kue cokelat itu ke dalam mulutku. Aku langsung berlari saat Tobi setengah memekik tidak senang karena aku yang memakan cokelat terakhirnya. Tanpa kusadari, ada cokelat yang tertinggal di sudut bibirku karena langsung memasukkan seluruh kuenya dalam satu suapan.

"Y/N-chan gadis nakal!!"

Aku mengaduh pelan saat lantai beradu langsung dengan punggungku. Tobi memegangi kedua tangan di atas kepalaku, kakinya sengaja di rapatkan agar aku tidak bisa melarikan diri lagi. Aku sempat memberontak karena tidak ingin Tobi menangkapku, tapi sepertinya percuma saja karena Tobi malah semakin mengeratkan pegangannya di pergelangan tanganku.

"Tobi lepaskan... baiklah, baiklah, aku menyerah kau bisa menghabiskan semua kuenya," pintaku. Semakin lama pegangan Tobi semakin terasa sakit di tanganku.

"Tidak boleh. Tobi ingin melakukan sesuatu pada Y/N-chan dulu."
Tiba-tiba saja Tobi mengangkat topengnya dengan sebelah tangan sampai batas mulutnya saja. Ia mendekatkan wajahnya ke arah wajahku. Aku tidak tahu apa yang ia lakukan, tapi aku bisa merasakan sesuatu yang basah mengusap sudut bibirku.

"Ada cokelat di sudut bibir Y/N-chan dan Tobi mengambilnya. Apa ini berarti Tobi masih anak baik?" tanya Tobi dengan suara riangnya yang seperti biasa.

Masih dengan wajah memerah aku membalas. "Tentu saja, Tobi masih anak baik. Sekarang bisakah kau bangun dan membiarkanku bernafas sebentar?"

"Tidak, Tobi suka berada di atas Y/N-chan."

Aku dan Tobi kompak melihat ke arah pintu saat mendengar suara gemerincing kunci. Mataku melebar saat Sasori dan Deidara masuk dengan suara keras karena memperdebatkan tentang seni, tapi mereka langsung berhenti saat melihatku dan Tobi.

"Aah... aku tidak tahu kalau kedatangan kita menganggu seseorang, Sasori no danna, hm."

"Aku tidak pernah menyangka bocah kekananakkan itu bisa melakukan hal seperti ini."

"Apa maksud kalian dasar mesum!!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top