Tobi

Aku memasukkan loyang berisi adonan kue coklat ke dalam panggangan. Sebenarnya tidak memerlukan waktu yang lama untuk memanggang adonan itu, tapi agak bosan juga kalau hanya diam dan menunggu. Aku keluar dari dapur dan pergi ke ruangan yang paling besar di markas ini.

Entah bagaimana hari ini semua anggota Akatsuki berada di markas. Sasori dan Deidara saling meneriakkan idealisme tentang seni, kurasa mereka tidak akan pernah setuju dengan pendapat yang lain, Kisame dan Itachi hanya diam di sofa tanpa melakukan apapun, Kakuzu asyik bersama dengan uang tercintanya, Hidan sedang mengejar Tobi sambil membawa sabit besarnya, entah apa yang ia lakukan kali ini, sementara Pein dan Konan pasti berada di atas. Melihat kekacauan yang mereka buat, aku lebih memilih untuk duduk di sebelah Itachi.

"Kali ini apa yang Tobi lakukan?" tanyaku.

Itachi membuka sebelah matanya. "Kurasa ia mengatakan sesuatu tentang ritual Hidan dan dewanya."

Aku menganggukkan kepala. Tentu saja, apa lagi yang Tobi lakukan kalau bukan membuat anggota yang lain marah? Sebenarnya hanya Deidara dan Hidan saja yang selalu terpancing dengan sikap Tobi. Kurasa kalau bukan kemampuannya yang bisa menembus benda, ia sudah mati sekarang.

Tobi langsung berlari ke arahku saat mendengar suaraku. "Y/N-chan, tolong Tobi! Hidan-senpai marah besar!"

"Oii, Tobi! Dasar sialan, jangan kabur kau!" teriak Hidan. Yah, aku tidak pernah berharap Hidan akan berbicara dengan kata-kata yang sopan dan menggunakan suara lembut.

Aku menghela nafas pelan. Kenapa harus aku yang selalu menyelamatkan Tobi dari dewa kematian? Mataku melirik anggota yang lain, tapi tidak ada satu pun dari mereka yang tertarik untuk menolong Tobi. Mau bagaimana lagi?

"Hidan, berhenti," suruhku. Hidan terlihat tidak suka mendengar nada suaraku. "Kalau kau berhenti mengejar Tobi dengan niat membunuh sekarang, aku akan memberi korban untukmu, bagaimana?"

Hidan tersenyum lebar, lalu berjalan menjauh. "Akan kuingat janjimu, Y/N."

Tobi memelukku erat, pipiku terasa sakit karena terbentur topeng miliknya. "Terima kasih, Y/N-chan. Tobi merasa senang karena Y/N-chan menyelamatkan Tobi. Apa yang bisa Tobi lakukan untuk Y/N-chan?"

Tiba-tiba aku teringat dengan kue coklatku. "Kau bisa membantuku mengambil kue coklatku, bagaimana?"

"Tobi suka sekali kue coklat!!"

Aku tertawa mendengar semangatnya. Berada di sekitar Tobi selalu membuatku lebih rileks dari biasanya, walaupun aku juga harus ekstra waspada mengingat Tobi bukanlah orang yang paling hati-hati yang pernah kukenal. Tobi kembali memekik senang saat melihat aku mengeluarkan loyang kue coklat.

"Baunya sangat enak, Tobi yakin rasanya juga tidak kalah enak karena ini buatan Y/N-chan, benar kan?" tanya Tobi. Ia mengambil satu kue, lalu mengangkat topengnya sedikit. Mataku menyipit agar bisa melihat wajahnya lebih jelas, sayang ia hanya memperlihatkan mulutnya saja, itu pun hanya beberapa detik.

"Kita masih harus bertanya pada yang lainnya," jawabku. "Hey, Tobi. Apa yang kau katakan pada Hidan sampai ia marah seperti itu?"

"Tobi hanya berkata kalau dewa Hidan-senpai sangatlah aneh. Rasanya malas juga kalau harus mengorbankan orang setiap hari pada seorang dewa, iya kan?" tanya Tobi dengan nada tidak bersalah.

Aku tidak heran kalau Hidan ingin membunuh Tobi. Siapa yang ingin dewanya dikatai aneh? Apalagi ia juga sering mengganggu ritual Hidan saat bertengkar dengan Deidara? Terkadang aku meragukan kewarasan Tobi, aku juga sering bertanya-tanya apa yang membuat Pein menerima Tobi menjadi anggota Akatsuki.

"Omong-omong, Y/N-chan, apa Tobi sudah bisa memakan kue buatan Y/N-chan?" tanya Tobi.

"Kita akan menawari yang lain dulu, setelah itu kau bisa menghabiskannya. Bagaimana?"

Tobi tidak menjawab pertanyaanku, ia langsung berlari ke tempat anggota yang lain sambil membawa loyangnya. Aku menggelengkan kepala heran, bagaimana bisa Tobi selalu bersemangat ditengah-tengah kumpulan orang yang mempunyai aura seram dan hidup dengan niat membunuh, aku tidak pernah tahu.
Saat aku masuk ke ruangan itu, semua orang sedang mengunyah sesuatu, yang kutebak sebagai kue-ku.

"Aku tidak tahu kalau kau bisa membuat kue Y/N, hm," kata Deidara sambil mengangkat satu kue, tapi tidak pernah di masukkan ke mulut. Kuenya habis oleh mulut yang ada di tangannya.

"Rasanya enak, kau bisa membuatnya lain kali," timpal Itachi.

"Ia hanya boleh membuat ini di saat yang penting saja, kalau terlalu sering akan memakan banyak biaya," sahut Kakuzu. Ia berkomentar seperti itu, tapi tangannya masih tetap mengambil kue. Helaan nafas keluar dari bibirku, hubungan Kakuzu dan uangnya memang sangat kuat, tidak heran kalau ia menjadi bendahara Akatsuki.

Aku melirik Zetsu yang sepertinya baru datang. Ia tidak terlihat mengunyah, apa ia tidak suka dengan kue buatanku? Apa ada sesuatu yang salah dengan rasanya? Zetsu putih menatapku sambil nyengir.

"Aku tidak bermaksud menyinggungmu, Y/N, tapi aku hanya memakan makananku saja," kata Zetsu putih. Aku mengangguk mengerti, Zetsu memang agak pemilih dengan apa yang ia makan.

"Aku tidak menyangka kalau gadis menyebalkan sepertimu berbakat dalam hal masak-memasak," kata Hidan. Tidak ada kata kasar dalam kalimatnya, tapi tetap ada kata 'menyebalkan' untuk membuatku kesal.

"Benar, kan?" pekik Tobi girang. "Sudah Tobi bilang kalau kue buatan Y/N-chan memang sangat enak. Lebih enak dari kue yang ada di toko mana pun, tapi Kakuzu-senpai tidak akan memberi uangnya."

Kakuzu menggelengkan kepalanya tegas. "Apa kau tahu kerusakan yang kau dan Deidara buat menghabiskan banyak uang?"

"Itu bukan salah Tobi, Kakuzu-senpai. Deidara-senpai yang meledakkan ruangannya, itu karena ia tidak sabaran dan pemarah, benar kan senpai?" saat aku melirik Deidara, ia sudah mengeluarkan bom di tangannya dan bersiap untuk mengarahkannya pada Tobi.

"Hentikan bocah, Kakuzu sudah memperingatkanmu. Kalau kau meledakkan ruangan ini kau akan kujadikan boneka," lerai Sasori. Ia sudah memperlihatkan benang chakranya di sekitar tubuh Deidara.

Kenapa bisa jadi begini? Seingatku, kami hanya membahas tentang kue. Deidara mendecih pelan, ia menggerutu tentang hebatnya seni yang akan ia perlihatkan kalau bomnya meledak. Kuperhatikan Tobi masih belum memakan satu kue pun semenjak berada di sini.

"Kau tidak menyukai kue-nya lagi, Tobi?" tanyaku.

"Tentu saja Tobi suka, tapi Tobi ingin Y/N-chan membuat kue hanya untuk Tobi saja, boleh kan?" bisik Tobi.

Tanpa pikir panjang, aku mengiyakan permintaannya. Tobi memelukku lagi, kali ini lebih erat dari yang sebelumnya. Pipiku terasa sakit lagi, tanpa sadar aku meringis. Ia langsung melepaskan pelukannya dan menatapku, atau kuanggap seperti itu.

"Eh, Y/N-chan, Tobi minta maaf. Tobi tidak sadar kalau memeluk Y/N-chan terlalu erat," pekik Tobi panik.

"Tidak apa-apa Tobi."

"Tobi akan membuat Y/N-chan merasa lebih baik," ucap Tobi. Perlahan ia mengangkat topengnya, bisa kurasakan tatapan dari anggota yang lain. Ternyata bukan hanya aku saja yang penasaran dengan wajah Tobi, anggota yang lain juga.

Tidak pernah kuduga kalau Tobi akan mencium pipiku! "Bagaimana Y/N-chan, apa sudah merasa lebih baik?"

Aku melihat anggota yang lain sedang menunduk kecewa bahkan Itachi. Bukan hanya aku yang sadar dengan hal itu, tapi Tobi juga.

"Eh, ada apa senpai?"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top