Shikatema *Modern*

Shikamaru menghela nafasnya berkali-kali saat melihat Temari terus saja mondar-mandir. Sejak ia berkata kalau orangtuanya akan datang untuk makan malam, Temari langsung menjadi seperti ini. Temari ingin semuanya terlihat sempurna dan dalam keadaan yang baik. Shikamaru menutup mulutnya yang terbuka lebar saat Temari menatapnya tajam.

"Lebih baik kau bantu aku, pemalas," Temari berkacak pinggang.

"Kau terlalu khawatir, Temari. Orangtuaku tidak akan memperhatikan seluruh apartemen, mereka pasti terlalu senang karena akhirnya aku menyetujui acara makan malam itu," balas Shikamaru malas.

Temari mendecak. "Kau berkata seperti itu karena mereka orangtuamu, mereka tidak akan mengkritikmu."

Merasa kesal karena Temari masih belum mendengarkannya, Shikamaru menarik tangan kekasihnya dan menyuruhnya untuk duduk. Temari menatap Shikamaru tidak mengerti, tapi diabaikan. Karena tidak memiliki pilihan lain, ia hanya menurut dan duduk.

"Kau sudah membuatku bersih-bersih seharian ini, jadi biarkan aku istirahat sebentar."

Temari setengah menekuk kakinya dan mengambil bantal yang ada di sofa, lalu mengambil buku yang ia baca sebelum Shikamaru memberi kabar mengejutkan. Shikamaru merebahkan kepalanya di pangkuan Temari, seperti yang selalu ia lakukan kalau mereka berdua tidak memiliki kegiatan. Tangan Temari bergerak secara tidak sadar mengusap kepala Shikamaru lembut.

"Kapan orangtuamu akan datang?"

"Entahlah. Mereka bilang akan datang saat makan malam," jawab Shikamaru tanpa membuka matanya. "Tidak ada yang harus dikhawatirkan, setidaknya, untuk lima jam lagi."

"Itu sih hanya kau saja. Masih banyak yang harus kulakukan, sementara kau hanya tertidur," Temari mencubit pipi Shikamaru geram.

Shikamaru meringis pelan dan menggelengkan kepalanya keras agar cubitan di pipinya terlepas. "Apa kau tidak tahu kalau tidur siang itu bisa membuat otakmu lebih segar dan berpikir lebih cepat?"

"Aku tahu, tapi hanya untuk beberapa menit. Sementara kau tidur hampir dua puluh empat jam sehari," dengus Temari.

"Menurutku sama saja."

Temari memalingkan wajahnya dari buku dan menatap Shikamaru kesal. Selalu saja ada alasan untuk membuatnya kesal. Ingatkan dirinya apa yang membuatnya menerima laki-laki paling malas se-Konoha untuk menjadi kekasihnya?

"Jelas berbeda, dasar pemalas. Kau selalu saja membuat argumen yang menguntungkan dirimu sendiri," Temari memukul kepala Shikamaru dengan buku yang ada di genggamannya.

"Astaga... kau benar-benar lebih menyeramkan dari ibuku," Shikamaru mengusap kepalanya yang masih terasa sakit.

Dua hal yang sering Shikamaru katakan pada Temari. Kau benar-benar merepotkan dan kau benar-benar lebih menyeramkan dari ibuku. Dua hal itu juga membuat Temari selalu bertanya-tanya dalam hati tentang mereka berdua.

"Kalau aku memang menyeramkan dan merepotkan, kenapa kau memilihku menjadi kekasihmu, eh?" tanya Temari.

Shikamaru membuka matanya, menatap Temari serius. "Karena kau yang paling memahamiku."

"Apa?"

"Dengar, mengatakan hal seperti ini sangat merepotkan untukku," Temari menatap tajam Shikamaru yang menghentikan ucapannya karena menguap. "Kau itu adalah gadis yang memahamiku dengan baik, paling tidak kau tidak akan berteriak setiap kali melihatku tertidur di sofa. Kau juga tidak semerepotkan seperti kebanyakan gadis. Kau dan ibuku adalah perempuan yang paling merepotkan yang bisa kutolerir."

Temari memalingkan wajahnya yang terasa hangat. Baru pertama kali Shikamaru berkata seperti ini padanya, biasanya ia hanya mengeluh tentang semua hal yang merepotkan untuknya, tapi hampir semua hal yang ada di dunia ini terlihat merepotkan untuknya. Terdengar kekehan dari Shikamaru sendiri.

"Baru kulihat wajahmu memerah," goda Shikamaru.

"Kau diam saja," Temari menjitak kepala Shikamaru pelan. "Kenapa tiba-tiba berkata seperti itu?"

Shikamaru kembali menutup matanya. "Menjelaskan hal seperti itu sangatlah merepotkan, karena kau terus saja berbicara aku jadi tidak bisa tidur. Sekarang biarkan aku tidur dengan tenang."

Temari menggelengkan kepalanya saat Shikamaru sudah memperbaiki posisinya dan tertidur. Baru saja. Baru saja ia terkesan dengan kata-kata yang dikeluarkan Shikamaru, tapi ia langsung menghancurkannya dalam sekejap. Merasa mengantuk karena melihat Shikamaru, Temari memutuskan untuk ikut tertidur.
***
Suara bel yang berbunyi membuat keduanya terbangun. Tidak hanya suara bel, tapi suara gedoran pintu dan teriakan memanggil nama mereka berdua juga terdengar. Shikamaru menguap lebar, ia menatap malas ke arah pintu.

"Shikamaru, Temari, kalian ada di dalam? Ayo buka pintunya."

Temari yang sudah sadar sepenuhnya langsung mengetahui suara yang memanggil namanya. Itu suara Yoshino, ibunya Shikamaru. Matanya bergerak refleks melihat jam yang ada di meja. Sudah jam enam.

Uh oh...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top